Thanks for this day.. May God bless us everyone and everywhere..
Diberdayakan oleh Blogger.

Senin, 31 Mei 2010

air mataku


Mengapa, bila aku teringat dirimu, air mataku selalu mengaliri pipiku?

Mengapa, bila senyummu membayangiku, air mataku juga selalu hadir membayang di kedua bola mataku yang kemudian menetes di pipiku?

Mengapa, bila wajahmu ada di depanku, air mataku juga selalu ada menemaninya?

Mengapa, air mataku begitu mudah tertumpah dengan sendirinya bila sosokmu menjelma di antara keindahan embun pagi yang rendah hati itu?

Mengapa, air mataku tiba-tiba berlinang, hanya karena aku menyebutkan namamu dan membisikannya dengan segenap hatiku pada setiap detik yang menungguku?

Mengapa, air mataku demikian berderai di antara langgam-langgam yang mengalun merdu di telingaku, hanya karena ada bahasamu di sana?

Mengapa, engkau begitu berpengaruh buatku, sehingga air matakupun dapat merasakan kehadiranmu yang begitu indah dan mengobrak-abrik jiwa, pikiran, dan hatiku?

Kekagumanku padamu tak akan pernah berhenti di satu titik.

Aku ingin menggapainya dengan segenap kemurnian di hatiku, dengan seluruh rasaku.

Aku mohon padamu, untuk selalu menjaga kekagumanku.
Untuk kau simpan di sedalam-dalamnya sanubarimu.

Tidak akan pernah habis air mataku karena sosokmu yang rendah hati, smart, penuh kelembutan, mampu melindungiku bahkan dalam radius ribuan kilo meter sekalipun.

Tidak akan pernah habis pula air mataku, karena sosokmu yang selalu mengerti keinginanku, melayaniku, untuk meningkatkan kualitas pengembangan diriku.

Tidak akan pernah habis air mataku, untukmu yang selalu mampu mendengar bisikanku yang lembut, yang hanya satu kali saja aku perdengarkan buatmu, namun kau mampu mengingatnya dan mengemasnya sebagai kejutan-kejutan indah buatku.

Aku bahagia, memiliki anugerah ini, dan aku tersenyum manja ketika engkau tertawa dengan lepasnya demi kelucuan karena hal yang belum kuketahui.

Aku ingin selalu membuatmu bahagia, meski air mataku selalu menghias di wajah orientalku, membiarkannya menemani hari-hariku yang fana ini...

Minggu, 30 Mei 2010

jangan kau lepas lagi



Di sini, di buritan saat siang yang menjelang
Kuayun langkahku bersama langkahmu
Saling menatap, di kedalaman mata kita yang telah lama bertaut
Sepasang jejak kaki kita terekam bumi
Juga tawa lepas kita yang terekam angin, terlebih senyum manis kita...

Kau gandeng tanganku, seolah meyakinkanku bahwa kau akan selalu ada buatku
Melindungi, menjaga, mengayomi, dan peduli padaku
Pada sepotong hati yang sempat retak dan hancur

Tiba-tiba aku bingung
Mencari jemarimu yang kuat namun terasa lembut menggenggam jemariku...
Ternyata telah terlepas...
Aku menangis tersedu hingga mendungpun terasa gelap di atas kepalaku
Sebentar lagi, badai dan air akan segera menderaku
Sendiri!
Dalam kesedihan ini...!

Di manakah jemari kokoh tanganmu itu?
Yang selalu setia merengkuh jemariku, untuk senantiasa mengkaji rasa kita yang telah telanjur lekat?

Aku luruh, aku hanya bisa terdiam kelu dan sedih menyayat, yang hanya bisa terpancar dari air mataku yang tak kunjung mengering

Belajar dari rasaku, yang kian mengharu biru
Aku, kembali menengadahkan wajahku
Melihat kemana jemariku tergenggam
Ternyata, wajah ramahmu ada di sana
Tersenyum penuh kerinduan yang mampu membuat dadaku kian bergemuruh; indah
Kembali mata teduhmu menatap di kedalaman batinku
Menyanyikan lagu syahdu dengan linangan air mata bahagia

Jemarimu, kini menggenggam jemariku kembali
Meretas berbagai kepedihan di hati
Di sini, di kerumunan orang-orang ini
Jemarimu sempat terlepas dari genggamanku
Kumohon, jangan kau lepas genggamanmu lagi
Agar rinduku selalu ada di sana, di balik mega yang kau lihat
Di balik hujan yang jatuh di atas kepalamu
Di balik turunnya embun pagi yang menyapa rerumputan dan menyejukkanmu
Ingatlah aku, jika kau melihat semua itu... dan tersenyumlah dengan lembut dan penuh kasih, maka kau telah menghapus air mataku, menjadi sebuah senyum termanis, di sini...

Luka

Begitu menggamit sukma
Memeluk palung hati terdalam
Luka itu, masih saja menelanku bulat-bulat

Tak bisakah, aku keluar sejenak, untuk menengok asa?
Di sini sumpek, dingin yang bercampur lembab
Tak bolehkah aku menjemput mimpiku dan mereguk udara kasihnya?

Sabtu, 29 Mei 2010

jadilah...


* berikanlah kepadaku kemampuan untuk mengubah apa yang dapat kuubah, menerima apa yang tak dapat terubahkan, dan mengenali di antara keduanya.


Jadilah pelita bagi pikir dan jiwaku
Dalam menempuh berbagai perjalananku, hingga mampu menumbuhkan kepercayaan diri dan selalu memiliki pemikiran yang positif, cerdas, dan sehat

Jadilah penyejuk bagi ragaku yang letih
Dalam setiap pekerjaan yang kusambut

Jadilah kemasan yang cantik
Dalam membungkus setiap detilnya diriku

Jadilah filter yang menarik
Dalam mempengaruhi setiap ucapku, tindakanku, pikiranku, dan panca inderaku

Jadilah darah yang senantiasa baru bagi dayaku, dan oksigen baru bagi nafasku
Dalam mengaliri setiap organ di tubuhku dengan adil dan normal, sehingga dia selalu mengikat kesehatanku agar tak lari darinya

Jadilah ketenangan, kedamaian, dan keteduhan
Dalam sesak dan kemrungsungnya jiwaku yang penuh gejolak amarah

Jadilah sebuah pengertian berarti
Dalam setiap kebodohanku memaknai sesuatu yang terjadi. Bahwa kebijaksanaan, pengampunan, dan ketulusan hati bukanlah sesuatu yang hina dan bodoh. Melainkan mereka adalah suatu keagungan yang sungguh-sungguh mulia dan terhormat

Jadilah harapanku, tempat bersandarnya hatiku
Dalam setiap kegelapan yang kualami, kedinginan yang atis; tercipta dan kurasakan. Agar senantiasa berani dan konsisten antara pikiran, tutur kata, dan sikap

Jadilah pena bagi seluruh lembaran hidupku
Dalam menggoreskan tintanya untuk segala kisah kehidupan berikut balada-baladanya, dan mengambil hikmahnya tanpa menghakimi

Jadilah sebuah tempat bersyukur
Dalam menyikapi seluruh bagian dari hari-hariku, agar tak akan pernah lagi terucap,"Yaaaahhhh... Begitulah hidup!"



TERIMA KASIH, TUHAN...

my morning dew : the best from the best I ever had


Every my morning, in every my great day

You always come with your lights and sparkling
Pure and simple!!
Charm and humble!!

You always bring me the fresh breeze in every my breath

You always keep silent, keep cool, and keep my heart with your heart

You always there, working with your smiles for do the best

You always there, in the silence of the morning

Although, you are the finnaly must be disappear on the earth and on the leafs, and in my arms too
But you left me with the deep impressed of your self
Its seems to be abit
But, actually you are great!!



My morning dew is never shout..... I love you for being you are...!

Jumat, 28 Mei 2010

klasik asik

Duduk di lincak, ditemani segelas teh hangat
Dengan beberapa potong pisang goreng dan ketan uli goreng nan gurih

Memandang di kemampuan mata menjangkau jajaran pegunungan yang hampir menghilang ditelan kabut sore ini

Badan yang hilang lelahnya oleh air yang membersihkannya
Dibalut pakaian yang sporty
Bersama tetumbuhan yang habis disiram pula
Oleh air dengan cinta dan kasih sayang
Menghiasi senja yang beranjak, dengan lantunan ayat-ayat suci sebelum maghrib di mesjid seberang jalan ini

Mmmhhh...betapa syahdunya yang terasakan
Mereka menjadikan bingkai senja yang sangat romantis
Sederhananya yang paling kusuka
Sebuah suasana yang menghadirkan sesuatu yang sangat berharga, tak bisa diungkap dengan kata-kata, dan mungkin pula tak akan bisa ditukar dengan harta sekalipun

Teduh, penuh cinta, semerbak dengan anginnya yang lembut...
Indah, menjemput rembulan penuh, yang sebentar lagi tampak
Menghiasi langitnya bersama bintang-bintang di sepanjang malam hari ini...

Cempaka Itu, Kesetiaanku...


Kutahu, bunga cempaka itu masih menebarkan wanginya
Menyelubungi segenap hati dan pikiranku
Bersama segala bunyi-bunyian di malam ini
Ditemani senandung syahdu yang tak berkesudahan

Kutahu, bunga cempaka itu masih mempesona
Dengan citra seindah kodratinya
Putih retak, namun berseri
Digoyangkan angin yang senantiasa menggodanya, untuk membawa keharumannya sejauh mungkin, tanpa batas

Kutahu, kesetiaan ini terlalu suci untuk dinodai
Terlalu murni untuk disakiti
Terlalu tulus untuk dilukai

Membiarkan bunga cempaka itu tetap harum mewangi ditebarkan angin-anginnya yang semilir

Membiarkan bunga cempaka itu memunculkan buah-buahnya yang kecil

Membiarkan bunga cempaka itu dengan ketulusan yang selalu terjaga

Membiarkan segalanya terjadi sesuai sejatinya
Seiring cempaka yang kian semerbak dari hari ke hari

Tragis

Di tikungan jalan ini, pasangan yang hendak menikah itu terpental. Tangis histerisnya membahana, saat mendapati calon isterinya telah tiada.



* Tulisan ini diikut sertaksn dalam  Kontes Fiksi Mini yang diselenggarakan oleh wi3nda

Kamis, 27 Mei 2010

senyumku, senyummu


saat satu kesempatan itu datang
menjadi sesuatu yang terindah
terukir menjadi senyum yang termanis pula
di antara berjuta keindahan lainnya
di antara wajahmu dan wajahku

aku akan tetap mencoba...
meski perlu perjuangan
atas keterbatasanku di dunia ini
dunia yang penuh tawa dan ceria
ingin tetap ceria dan ceria selamanya..



*this is an arrow results, honey......hehe

daun

 

Satu-satu daun berguguran
Di pelataran hatiku yang rawan
Oleh sebuah keheningan
Dalam semburatnya senja ini  

Tak akan ada yang memungut dedaunan itu. 
Yang ada, hanyalah penyesalan yang tiada akhir
Mengapa dedaunan itu harus berguguran
Hanya karena tertiup angin?

jiwaku letih, dan hatiku menghampa
oleh sesuatu yang semakin tak pasti
melangkah, tapi tak meninggalkan jejak  
dia hilang bersama debu pasir yang kian  menenggelamkannya

Rabu, 26 Mei 2010

nganti mati ora bakal lali, lha kae lintange mlaku

Pagiku ditemani oleh tembang jawa, membuatku lagi-lagi menerawang
Akan satu kota yang telah melahirkanku, jauh di pinggiran sana
Tak jauh dari Parang Tritis, kau telah menyambutku dengan tangan terbuka
Mengantarku melihat bumi baru yang fana, berhawa panas, tetapi tetap penuh eksotika
Tetap membuatku dingin, dengan sejuk paginya

Aku terharu dengan lagu itu, meski ada banyak kata yang tak kumengerti tentang isinya
Namun aku mencoba untuk tetap memahaminya
Memahami kesukaan yang telah tiada, dengan niat tulus
Dengan air mata yang mengembang di antaranya
Sekilas senyum lembutnya membayang, di antara lantunan lagu itu
Aahh... rasanya aku tak mau lepas dari senyumnya

Pagiku mengantarkan aku menuju semak-semak kekekalan
Manakala mentari kotaku meronakan pipiku
Pagi ini menjadi pagi yang terindah
Karena aku seolah ada di dua kota yang sangat aku cintai
Cinta, yang tak akan lekang oleh waktu, dan akan aku bawa sampai mati


Bandungku, ijinkan aku untuk mengenang kota yang telah membuatku ada...

dingin

 
Dingin yang membungkus kota, tak mau ketinggalan untuk memaksaku terbangun di pagi yang kosong melompong ini
Tak lama setelahnya, ada bayangan seraut wajah di sana
Dia juga tak tinggal diam di satu tempat
Sebentar ada di bantalku, sebentar ada di atas lemari, sebentar ada di meja, sebentar ada di samping televisi, sebentar ada di depan pintu

Dia bukan hantu... Tapi dia menyerupai seperti hantu, yang kerap mengikutiku dengan satu senyuman yang sungguh benar membuat jiwaku gemetaran (seperti di senja kemarin itu)
Sosok yang mumpuni, perkasa, dan tegap
Embun pagiku!
Ahh...dingin makin hinggap di seluruh tubuhku, meski berselimut tebal
Bahkan hampir saja membuatku pingsan
Membuat perutku melilit, mual, jengah, menerawang, dan kalut
Tiba-tiba pula, apa yang aku rasakan ini terakumulasi menjadi satu rasa yang pernah ada padaku di masa yang lalu
Sebuah rasa yang dikecam banyak orang di sekitarku
Pasti, Tuhan juga ga suka rasa yang ada padaku kini

Ada apa ini sebenarnya?

Engkau, memang telah meninggalkan jejak
Jejak-jejak yang indah untuk dibayangkan dan dirasakan
Tapi betapa bodohnya aku : aku tak tahu untuk siapa jejakmu itu ada



Bandungku, miss u so much...bantu aku untuk kembali terlelap

Selasa, 25 Mei 2010

bingung : harus sedih atau bahagia...



Kemarin, Riska teman kantorku menerima tagihan kartu kredit. Seperti biasanya dia hanya mengeceknya selintas lalu saja, karena dia sudah bisa memperkirakan berapa yang harus dibayar.

Hari ini, Riska baru sadar karena dikejutkan dengan jumlah tagihan yang menjadi sedikit dari jumlah yang seharusnya dia punya.

Ternyata dong, sudah ada pembayaran sebanyak dua kali, dengan jumlah yang berbeda, tetapi tanggal pembayarannya sama. Jika ditotalkan, ada satu juta rupiah lebih. Nah, sekarang yang jadi pertanyaan, siapakah yang membayarkan sejumlah uang tersebut untuk tagihan kartu kreditnya?

Sepintas, ada seulas senyum penuh heran sekaligus senang di bibirnya.
Akupun spontan berteriak, "Traktir ya mba...hehehhe..."

Akhirnya, aku dengan serius berkata padanya, "Mba, mending diurusin aja sekarang... kasihan orang yang membayarkan kartu kredit mba,"
"Kalo bisa, tolong dilacak siapa yang bayar...daripada ntar mba ada masalah," sambungku lagi, setelah dia mengeluh dan bilang bahwa dia bingung dengan kejadian yang dialaminya. Aku hanya berusaha untuk memberikan pemikiranku, karena siapa tahu itu semua karena salah bayar, hanya karena salah input satu dijit. Dan, jika aku ada di pihak yang salah membayar, maka bisa dibayangkanlah akibatnya. Uang dengan nominal segitu, bukan jumlah yang sedikit buatku. Mmmhhh, bisa-bisa semuanya jadi kacau, karena cash flow yang terjadi, sangatlah tidak wajar.

Beberapa saatnya dia diam tak banyak berbicara. Mungkin dia sedang memikirkan apa yang aku katakan tadi.

Selang beberapa menit setelah dia terdiam, di siang ini, aku mendengar Mba Riska menelepon sebuah bank, yang bekerja sama dengan kantor kami. Bank itu menyarankan agar Mba Riska menghubungi bank penerbit dari kartu kredit yang dia pegang.

"Ga bisa dilacak, Win... Karena dia bayarnya melalui ATM, yang ada hanya data kliring di tanggal tersebut. Tetapi jika yang membayar itu komplain ke bank, maka secara otomatis akan terdebet," begitu suara Mba Riska di balik ruangannya, setelah dia mencari tahu ke bank penerbit kartu kreditnya.
"Ya, ga papa mba... yang penting, kita udah punya niat baik. Kalo ntar yang salah ngebayar itu ga komplain ke bank penerbit kartu kredit, ya berarti orang itu malaikat tanpa sayap buat Mba Ris, karena dia udah ngasih uang sama Mba..." kataku sambil tersenyum.
"Huuuuu...kamu bisa aja...malaikat tanpa sayap hahahah,"
"Lha iya dong mba... Itu artinya, Mba Ris juga harus jadi malaikat tanpa sayap buat kami, dengan beli bika ambon dan bolu meranti buat kami, kalo pas Mba Ris ke Medan...hahaha," guyonku sama Mba Riska, yang memang sebentar lagi dia akan bertandang ke Medan.
Kami yang ada di ruangan itu pun saling memperdengarkan tawa kami. Ada yang nyekikik, ada yang melengking, sambil bilang like this lima jempol, dan lain sebagainya... hehehe...

Itulah, sekelumit peristiwa yang terjadi di siang ini. Satu peristiwa yang penuh arti dan makna. Satu peristiwa yang boleh dibilang jarang terjadi pada kami. Satu peristiwa yang menuntut satu sikap yang bijak, agar kita ga sampai merugikan orang lain, siapapun dia, yang kita kenal atau yang tak kita kenal.
Semua sudah ada yang mengatur. Di tempat tersembunyi, tapi tak jauh dari hati kita masing-masing. Semoga Dia tersenyum melihat kami di siang hari ini...



Bandungku, siang ini ada hikmah buat kami...

Senin, 24 Mei 2010

Senja Ini



Duh... mengapa jiwaku begitu menerawang jauh dan dalam di senja ini?
Dengan temaramnya yang tersenyum tipis menyapaku
Membawaku melewati lorong-lorong waktuku yang telah sangat jauh kutinggal

Sendiri...
Melewati gugusan-gugusan tebing yang terjal
Menyeberangi sungai bening yang airnya sejuk berikut gemericiknya
Menyapa setiap ilalang yang tak pernah henti memandangku
Ada rasa yang sangat teduh dan nyaman di sana

Sendiri di dalam kegelapan yang semakin dalam dan dingin
Hati dan pikiranku seperti menempuh perjalanan yang sangat jauh
Di saat-saat aku tak berdaya dan lemah
Di saat-saat aku terlelap damai dalam dekapan lembut ibuku
Dengan senandung langgam jawa dari bibirnya yang selalu tersenyum dalam setiap suka duka di seluruh perjuangan hidupnya

Sekelebat bayang hadir di antara masa-masa itu
Satu sosok yang tak asing lagi bagiku
Menggulirkan senyuman bermakna, sangat indah dan manis...
Aku suka banget ngeliat senyumnya
Sungguh benar membuat jiwaku gemetaran
Membuat dadaku sesak seketika
Lunglai tak bertenaga demi merasakan saat-saat ini...

Sekejap, mataku berbayang, yang tak lama kemudian membentuk embun yang menggantung di antara bulu mataku yang tak lentik ini
Tak lama diam di sana, embun itu kemudian jatuh...
Pecah, meleleh menyusuri pipi di wajahku yang lelah

Aahhh...
Mengapa rasa ini tiba-tiba muncul? Dan mengapa dia ada di saat ini?
Bergantian bagai hendak membelah dadaku?
Di senja yang penuh keletihan jiwa dan ragaku

Ingin rasanya aku menapaki jalan yang belum pernah kupijak sebelumnya
Ke suatu tempat yang (kuharap) lebih baik dari sini
Di belahan alam lain, jiwaku menunggu di sana




Bandungku, adakah ini hanya sekedar rasaku saja...?

Minggu, 23 Mei 2010

kembali, hujan tercantikku bercerita















Di dalam kesenyapan malam yang telah disediakanNya
Kau kembali menyempatkan diri untuk menemuiku dengan warna-warni alami yang indah

Hujan tercantikku tiba, dengan tetesan termesranya di dedaunan, dan seluruh tanaman cintaku
Dia hadir dalam kegelisahanku malam ini
Hingga yang terdengar hanya rinaimu, di antara sadar dan tidak sadarnya aku memejamkan mataku

Aku...ingin malam ini cepat berlalu
Bersama hujan tercantikku yang sebentar menghilang
Digantikan dengan kecupan sejuk dari embun pagiku
Aku, ingin segera bertemu embun pagiku...

Malam yang mengantarkan segala gundah dan gelisahku
Mengantarkan sisa-sisa keletihan ragaku di sepanjang waktu ini
Bersama hangat suara jangkrik dan sesekali suara kodok ikut mengemas malam ini
Menjadi sebuah harmoni yang cukup indah namun tetap sederhana
Aahh..syahdunya...



Bandungku, terima kasih atas hujan tercantikku

Lay All Your Days In My Arms




Put all your activities for Me
In all your faith and hope, in your life
In Me, you are will be have the true happiness and peaceful
In your heart, of your days, in your dreams and your realities
In your happiness and your sorrows
Believe Me, that the miracles will come to you

You must surrender and give up in Me, in all your heart, in
With My Holy Spirit, it will always to accompany you, forever and ever...



Bandung, with the sweetest smile, I want to take all my life time to put what I have and give all what I do, only for God... Forever...

do not too late to apologize


In all of the relationships, whatever they are, always give the inspiration for me. Because, from there, I can learn in the deep, about behave and behavior. Can learn from the mistakes, if there are.

One of the relationship what I want tell is between mother and her daughter.

Once upon in her daughter time, she knew what her mother do. She always to be a creditor for the people who need her money, with high interest.

It takes a time for her daughter, to give a suggest for her mother. It takes a long time, to do something for her mother.

Finnaly her daughter found the good time to give a suggest to her mother, for do not play in this game anymore. You know, that the high interest can make our life is full of the fire, always feel hot in all situations and conditions, in all what we do.

In that morning, her daughter going to her mother residence. And, the neighbors can hear what her daughter talked about. In her high voices and angry, she has talked with her hands hit to the table.

I can understand how her mother felt. I knew that her mother heart can might be broken with her daughter behavioral. I understand too, that her daughter also have a good purpose for her mother. But, she has a wrong ways to give a suggest for her mother. She hasn't give her mother suggest with a great affections, but with an angry, and made her mother heart is broken.

Since that day, the good relationship between them to be very bad. Her daughter always be hate with her mother and she don't want to meet her mother anymore, and don't want make to apologize first, before her mother done.

I think, there is not wrong, if her daughter to do apologize first to her mother. Because, her mother has had an old age, and maybe no time again for apologize to her. We haven't even know when her mother will passed away, because of her age and her health. The important thing is can forgiving and to do apologize first. However, she always to be her mother, till the end of the time.




Bandung, hope I haven't a fiendish heart for my sesame, forever...absolutely no..!!

for the first time



Untuk pertama kalinya, aku mengangkat satu kisah yang menurutku sangat menyeramkan, bukan karena dia berbau mistis belaka. Namun dibalik itu semua, keterkaitannya dengan satu lagu yang dihubungkan dengan kisah tersebut, sungguh membuat bulu kudukku meremang.

Betapa tidak, dari sekian banyaknya entri yang sudah kupublish, sejak bulan April hingga saat ini, hanya entri dengan judul Bangbung Hideung : kisah penari ronggeng, yang ternyata kutemukan banyak kesalahan dalam pengetikannya, setelah dipublish. Mulai dari konsepnya saja sudah ditemukan kesalahan-kesalahan (aku save konsepnya di word). Setelah aku temukan adanya kesalahan-kesalahan itu, tentunya aku perbaiki pada saat hendak kupublish.
Namun, kesalahan pengetikan di entri tersebut malah semakin banyak.. Hehe ga tanggung-tanggung, letak kesalahannya mulai ada di awal-awal paragraf... Padahal, kesepuluh jariku ini, boleh dibilang sudah fasih betul akan letak-letak dari huruf di tiap-tiap tutsnya di keyboard - pinjem istilah piano. Sori kalo aku agak sedikit narsis hehe.. Tapi di atas segalanya, bener deh, aku heran banget atas kejadian ini.
Belum lagi masalah foto yang mau aku sertakan di entri tersebut, tiba-tiba ngilang. Akan tetap aku cari, dan mohon maaf yang setulusnya jika aku ga bisa nemuin foto itu. Mungkin aku memang lupa ato memang sudah kehapus... Entahlah...

Barangkali ini adalah hal sepele, tapi buatku ini merupakan hal yang luar biasa. Satu experience yang sungguh unik...

Sekali lagi, dengan rendah hati dan segenap ketulusanku, aku ingin memohon maaf, bila terdapat ketidaknyamanan di entri tersebut, baik karena terdapat kesalahan yang begitu banyak, ataupun mengenai topiknya.

Entri bangbung hideung telah mengajariku tentang banyak hal. Dan dengan niat yang tulus dan bersih, sengaja kesalahan-kesalahan itu tidak akan aku edit, dengan tujuan untuk mengingatkan aku tentang hal-hal yang di luar nalar atau logika, dan mengingatkan padaku, bahwa manusia tidak ada yang sempurna.



Bandungku, aku akan tetap berbagi hal-hal seperti ini lagi hehe...

Jumat, 21 Mei 2010

belaian hujan malam ini


Rinai hujan yang datang di malam ini, bercerita tentang dirinya
Satu persatu tirainya yang lembut sanggup memanjakanku di antara penat dan letihku sepanjang hari tadi
Hangat penuh keteduhan
Ramah memagut jiwa, mencumbu rasa
Damai segera menyebar dalam setiap tetesannya

Siap menyelubungi dengan airmu yang mulia
Di bumi yang gersang, pada segenap tanaman dan pepohonan yang dahaga
Kini kembali segar tersirami rintik-rintikmu yang syahdu dengan romantisnya

Belaianmu menemani saat istirahatku dengan romansa yang sangat cantik
Menidurkanku dalam biusnya yang alami
Membiarkan sel-sel di dalam seluruh tubuhku melakukan regenerasi
Dengan sempurna, penuh kasih sayang

Selamat malam hujan tercantikku
Hujan yang penuh romansa keindahan
Biarkan aku tertidur dalam dekapanmu, dalam pelukanmu
Hingga kau menjadi embun pagiku
Esok, masih dalam pelukanmu...



Bandungku, selamat malam, mungkin masih banyak aktivitasmu di malam hari ini

Bangbung Hideung : kisah penari ronggeng



Indonesia, merupakan negara yang kaya akan kebudayaan. Keunikannya tersirat dari setiap adat istiadatnya.

Keunikannya tk jarang ada yang menyisakan daya magis dari kebudayaan itu sendiri. Misalnya tari ronggeng, kuda lumping, tari kecak, dll.

Ceritanya tentang ronggeng, yaitu satu kesenian yang berasal dari Jawa Barat ini, menyimpan satu misteri yang susah dijangkau oleh akal pikiran kita.

Konon, hanya dengan memperdengarkan lagu Bangbung Hideung, maka sang makhluk halus akan datang dan ikut menari bersama orang yang memanggilnya. Tentu saja ayng memanggil makhluk gaib yang aku tak tahu jenisnya ini bersama-sama akan menari rongeng, dengan menggunakan topeng penutup wajah yang seram, dengan seringai senyum yang mengerikan.

Sang makhluk gaib itu akan menari dan menari dengan tangan yang menggapai-gapai, menyerupai wajah dan sosok dari sang penari ( baca : manusia ), yang pada endingnya akan memotong jari-jari tangannya dengan bengis, dan meninggalkannya begitu saja dengan darah yang bercecer di lantai.

Sementara sang penari, diam berendam pada semacam sebuah bah berwana keemasan dengan bertabur kembang tujuh rupa. Wangi yang menyeruak, mengiringi prosesi magis itu.
Sementara, bebrapa nayaga dengan wajahnya yang pucat pasi, mengiringi prosesi magis itu dengan wajah yang sangat dingin, mengiringinya dengan tabuhan kendang dan gamelan. Pastinya, mereka juga berasal dari alam gaib.

Begitulah, prosesi yang membuat mantan penari ronggeng ini menjadi senantiasa cantik dan seksi, sehingga bisa membuat banyak pria tertarik padanya. Itulah cara dia mengenang saat-saat dia menjadi penari ronggeng yang diidolakan banyak pria. Dia tak akan pernah menolak bayaran dari para pria yang melihatnya menari.
Dia, tetap melakukan ritual itu semata-mata demi kebutuhan fisiknya, dengan cara bersekutu dengan iblis.


Selalu ada hikmah di balik setiap peristiwa. Kehidupan ini terlalu banyak dimensinya untuk diselami. Tetapi satu yang pasti, dunia gaib memang tidak bisa dipungkiri keberadaannya. Mereka senantiasa ingin dihargai dan dihormati keberadaannya, tetapi tidak untuk dipuja dan didewakan, bahkan mengajaknya bersekutu.
Cukup untuk menyadari keberadaan mereka sebagai makhluk Tuhan juga, itu sudah bagus. Hanya cukup tahu saja.

Di atas semuanya, alangkah bijaknya kita, jika kita lebih mengerti dengan pasti, bahwa kitalah makhluk Tuhan yang paling sempurna dan mulila yang DIA ciptakan.
Maka, kita dapat selalu memberdayakan segala sesuatu menurut kodratnya, tanpa menyentuh dasar-dasarnya.



* Bangbung Hideung dan aku

Bangbung hideung artinya bangbung hitam. Bangbung adalah sejenis serangga yang biasanya ada di sekitar pohon kelapa. Bangbung dalam Bahasa Indonesia adalah Kumbang. Jadi bangbung hideung artinya kumbang hitam.
Sesuatu yang aneh terjadi juga padaku, setelah beberapa kali mendengarkan lagu tersebut. Secara kebetulan, bangbung itu ada di rumah, hinggap di antara gantungan sabun cuci yang biasa dipakai, yang kemudian aku ambil gambarnya, karena sebelumnya juga, aku ga tahu rupa dari jenis serangga yang satu ini.

Pernah kejadian pula saat aku tidur, sebelumnya aku denger lagu-lagu yang dipasang di MP3 player di ponselku, dan kemudian aku tertidur. Di dalam mimpiku, seolah-olah aku sedang mendengarkan lagu itu di bagian rancak-nya (di bagian tengah lagu itu). Tapi pas terbangun, memang lagu itu yang terputar, karena player aku set random, tetapi baru bagian awalnya yang baru terdengar. Kejadian ini aku alami sebanyak dua kali.
Pertanda apakah ini?
Apakah itu pertanda bahwa kehadirannya memang hanya lewat sebuah lagu yang menyimpan misteri itu?
Entahlah...



note: inspirasi kisah ini diambil dari Nightmare Side - Ardan FM.


Bandungku, engkau jugalah misteriku yang terindah...
wah...mau upload fotonya, tapi blom ketemu...kayanya dia ga mo eksis deh hihih...



*Aku sengaja tak mengedit semua kata-kata yang salah di entri ini...

kalah
















Oh...tidak! Itu bukan aku...!
Mengapa kesalahan dan kesalahan itu selalu bertaburan di atas kepalaku?
Dan, mereka merupakan kesalahan yang sama pula...?
Mengapa aku tak kuasa menolak kesalahan itu?

Separuh dari waktuku, aku bergumul di antara kepastian dan ketidakpastian
Aku bingung...
Di manakah aku harus berpijak...?
Sedangkan setiap langkah yang kubuat selalu salah?

Kaki yang rapuh menjejak bumi
Mengalirkan kepedihan yang teramat dalam
Hingga beribu tanya itu terus terngiang...
Aku, melawan arus!
Aku melawan takdir!

Tunggu... Benarkah ini takdirku?
Sekuat-kuatnya aku menggebrak bumi
Maka seketika itu pula kaki dan jiwaku semakin rapuh...

Kembali, aku tak berdaya untuk melawannya
Meski dengan disertai jeritan batinku yang paling lantang dan keras sekalipun
Namun, tetap aku kembali tak kuasa untuk memberontak, membentangkan seluas-luasnya keinginanku...!

Akupun mendapati diri dan jiwaku kembali hanyut, bahkan larut
Terbawa gelombang dengan angin yang deras...
Terseret, tertelan, dan tergulung di dalam ombak-ombaknya yang kian menderu...tak tahu di mana aku kelak akan terdampar...
Entah sampai kapan, tapi aku tetap tidak akan menyerah...



Bandungku, tolong kembalikan jiwa sejatiku...

Kamis, 20 Mei 2010

Hari Kebangkitan Nasional


Mengintip saat-saat lalu, dimana para pejuang kebangkitan nasional melakukan pergerakan-pergerakan secara kedaerahan, tetapi ditujukan untuk membela seluruh tanah air dengan suka cita, penuh konsekuensi, dedikasi, dan pengorbanan yang tak pernah putus.

Mulai dari pemikiran, tenaga, hingga sikap sebagai pejuang ksatria, hingga nyawapun berani dikorbankan demi semua cita-cita luhur, agung, dan mulia dalam nama Tuhan.
Sikap terpuji yang bukan hanya indah untuk dikenang, tetapi sejatinya harus menjadi sebuah renungan bagi kita semua, melakukan apa yang kita bisa, dan yang wajib kita lakukan, juga mengembangkannya dengan penuh tanggung jawab dan ketulusan.

Apa yang kita buat kini, boleh jadi memang untuk kita sendiri. Namun setidaknya, sebagai manusia yang bersifat humanis, secara tidak langsung kita juga telah membangun komunitas kita yang paling dekat, yaitu lingkungan kita sendiri.
Hanya, yang jadi masalah, apakah kita melakukannya dengan penuh ketulusan dan tanggung jawab atau tidak. Semua hanya kita yang tahu.

Semoga, dengan peringatan 102 tahun kebangkitan nasional ini, dapat membuat kita semakin memahami arti sebuah ketulusan tanpa pamrih dalam apapun yang kita lakukan, demi kemajuan kita bersama.


Bandungku, selamat memperingati hari kebangkitan nasional ya...

sebentuk keabadian


Pada sebentuk bening pagi hari itu
Saat semua orang tengah berjuang demi sang hidup

Saat semua orang bergumul dengan segala kebutuhannya...


Tak peduli dingin atau terik

Tak peduli lelah atau sakit

Tak peduli dengan usia

Tak peduli dengan keadaan yang ada...


Semua bisa dilakukan dengan suka atau tidak

Dengan sebuah keterpaksaan dan keharusan sekalipun

Namun tetap harus dilakukan dengan satu keyakinan dan kepasrahan akan suatu hasil

Dari berbagai upaya dengan segenap daya yang telah dilakukan


Semua itu...

Tak bisa mencegah mataku untuk mendapatkanmu

Tak bisa mencegah mataku untuk menatap kehadiranmu

Tak bisa menghalangiku untuk tidak terpesonakan

Tak bisa pula menghalangiku untuk tidak tersenyum

Sekilas tapi berarti...

Dia sempat menyelinap membawa kebahagiaan

Kehadirannya membentangkan berjuta kenangan
Bagai sebuah slide yang tak mau berhenti dari pandanganku
Membuat jantungku berdegup tak beraturan


Satu kehadiran yang tampak mulia sekaligus misterius dan tak terduga

Sosok yang selalu lekat di hatiku, yang selalu dengan tanpa sengaja namanya terucap di bibirku, saat susah dan senang

Sosok yang selalu mampu menghadirkan berjuta kerendah hatian bagiku

Sosok yang demikian jujur dan luhur

Sosok yang senantiasa cemerlang bagai bintang

Sosok yang demikian hebat...


Meski rentang waktu yang panjang telah terjalani
Namun dia tetap dengan rendah hati membiarkan diriku abadi dan bermakna di sepanjang hidupnya
Meski dua pribadi ini tak akan pernah jadi satu
Dengan aroma jiwanya yang selalu ingin menjadi yang terbaik bagiku pula


Aku kan selalu berterima kasih, bahwa kau masih tetap berkenan menganggapku sebagai malaikatmu

Hingga hari-hari berlalu, selamanya...



Bandungku, semoga selalu menyejukkan

Rabu, 19 Mei 2010

suatu siang


Satu pertemuan di suatu siang yang tak sengaja.

Ketika aku dan dia sama-sama sibuk, juga semua orang di sekitarku dengan aktivitasnya yang beragam.
Dari awal percakapan yang sangat sederhana, namun ternyata di kemudian hari sanggup menimbulkan percikan-percikan unik yang sedemikian cepat merambat hingga dia menguasai hati dan pikiranku.


Di setiap detik yang ada, ternyata yang tersaji bagiku hanyalah namanya, wajahnya, senyumnya, gaya bicaranya, dan caranya memperlakukan aku dengan romantis, tapi tetap wajar dan bersahaja...


Dari ribuan, bahkan jutaan kosa kata yang pernah ada, tapi yang terangkaikan dan terucap hanyalah :

"Sejak saat itu, wajahmu selalu kebayang,"
"Miss you,"

"Pagi, honey..."
"Aku kangen kamu saat ini,"

"Aku sayang kamu,"

"Jujur... aku ga bohong koq,"
"Luv you,"

Tak ada kata-kata lain!! Semua terjadi begitu cepat, begitu intens! Di setiap kesempatan, setiap kata-kata yang lahir dari mulutnya mengalir dari suatu keadaan yang sangat tiba-tiba, penuh misteri, dan debaran-debaran aneh yang menyertainya.


Namun, segalanya berakhir dengan tiba-tiba pula...
Lambat laun, dari jutaan kosa kata yang sering terdengar :

"Maafkan aku..."
"Kamu harusnya ngerti dong,"

"Aku cemburu padamu,"
"Aku perih..."

"Aku tak tahu harus berbuat apa, tapi aku ga mau kehilangan kamu..."

"Semuanya ingin kulakukan buatmu, tapi... aku ga bisa ngapa-ngapain,"
"Aku sedih...kenapa semua ini terjadi?"


The last contact in the afternoon.


Semua terjadi begitu tiba-tiba dan begitu cepat. Dia datang dan pergi berlalu begitu saja tanpa basa basi, tanpa kata selamat tinggal, tanpa satu patah katapun, dan tanpa pula meninggalkan jejak yang berarti.


Dan.........perlahan tetapi pasti, wajah serta senyumnya pun meredup, dan menghilang bersama hembusan angin di siang itu.

Berawal dari suatu siang, dan berakhir di suatu siang pula...
Namun demikian, dia akan tetap menjadi setitik noktah dari sekian banyaknya perjalanan, mau tak mau...!!
Meskipun, dia tak pantas pula untuk dikenang.



Bandungku, siang ini cukup cerah..heheh

Selasa, 18 Mei 2010

kutinggal senyumku di sini


Hari ini Chika ga banyak kata. Dia hanya terdiam kelu, dengan mata yang berbayang seperti hendak menangis. Aku yang melihatnya, sengaja seolah tak memperhatikannya. Aku tak mau mengusik segala lintasan yang ada di benaknya. Aku mengerti itu, karena dia beberapa hari ini memang agak pendiam, tak seperti biasanya, dan kalo udah kayak gini, aku cuma bisa diam, dan menunggu dia untuk tenang kembali dan akhirnya menyapaku dengan sikap yang biasa-biasa saja.

"Ri, aku pengen ngomong sama kamu," akhirnya Chika ngomong juga.
"Ya ngomong aja Ka," jawabku pura-pura tak mengerti dengan apa yang dia rasakan.
"Aku bingung, ni..kemaren suamiku telepon, kalo aku harus ikut dia ke Papua. Dilema juga sih.. Kamu tau sendiri kan, gimana kehidupan keluargaku,"

Mmmhhh, memang bener-bener dilema sih. Hehehe... Aku bukan mengulang yang Chika omongin barusan. Aku cuma mencoba berempati sama apa yang sedang dia hadapi sekarang. Kalo Riri jadi Chika, emang bingung banget, harus ikut suaminya ato ga. Kalo ikut suaminya ke Papua, bingung. Harus beradaptasi dengan lingkungan di Papua, tepatnya di lingkungan Suku Dani. Tapi kalo tetep tinggal di kota ini, yang nota bene cuma bisa dikunjungi suaminya untuk 10 bulan sekali. Mana tahaannnn.... Pokoknya kompleks banget deh ngebayanginnya. Belum lagi anaknya yang masih umur 3,5 tahun. Masa harus single fighter, sementara dia punya suami. Dia sudah melalui kondisi seperti ini selama kurang lebih lima tahun, pas awal mereka menikah. Chika menikah di usia 20 tahun.

Aku hanya bisa menatapnya dengan penuh haru. "Kamu ga usah bingung, Ka.. Seorang cewek, kalo udah menikah, dia berarti udah menjadi tanggungan suami. Kalo menurutku sih, kamu ikutin aja apa yang jadi keinginan suamimu. Sekarang, hidupmu udah buat suami dan anakmu. Kamu juga ga mau kan kalo lama-lama kamu termakan sendiri sama kebingunganmu,"
"Ngerti kan maksudku?" jawabku, seolah tak mengerti kata hati Chika, yang kalo aku lihat, dia lebih suka tinggal di sini, di Jakarta, bersama kedua orang tuanya.
Kebayang aja gitu, hidup sepi tanpa suami, dan sehari-hari dia hanya berteman internet (baca: FB) untuk mengusir segala kejenuhan yang menderanya.

Hari lepas hari setelah pertemuanku dengan Chika, kembali ada kabar dari Chika bahwa dia akhirnya memutuskan untuk ikut dengan suaminya, apapun yang terjadi. Bulan depan, dia bener-bener telah menguatkan niatnya untuk ikut dengan suaminya. Aku hanya bisa berdoa, agar apa yang dia putuskan saat ini, tidak berubah lagi untuk kesekian kalinya.

Chika, sahabatku akhirnya memilih untuk mendengarkan suara hatinya yang paling dalam, yang selama ini mungkin - pasti sangatlah dia perlukan di dalam kehidupannya bersama suami dan anaknya.
Lagu Trouble is a Friend dari Lenka, menjadi saksi perpisahanku dengan Chika, sahabatku yang paling manis yang pernah kutemui. Gerak langkahnya yang kemayu namun tetap menyimpan kekuatan yang hakiki sebagai seorang wanita. Punya kepribadian yang sangat kuat. Aku salut dengannya.

Hari ini, perjalanan di mobil yang mengantarkan kami untuk jalan-jalan keliling kota untuk yang terakhir kalinya. Kami sadar, bahwa kami belum tentu bisa bertemu kembali. Kami benar-benar menikmati kebersamaan ini dalam diam dan dengan diam-diam pula, air mata mengalir perlahan dari mata kami, demi persahabatan ini.

"Riri, kutinggal senyumku di sini... Jangan lupakan aku ya Ri..." ucapnya lirih sambil memelukku erat. Dion hanya bisa memandangi kami yang sedang berpeluk pisah ini. Aku hampiri Dion dan memeluknya, sambil mengusap kepalanya aku berujar, "Jangan nakal ya Dion... Kamu harus jagain mama kamu..." Dion hanya tersenyum dan mengangguk. Aku tak kuasa melihat binar bola matanya.
Jagoan kecil Chika berikut kelucuannya akan selalu ada di batinku. Persahabatan ini terlalu indah untuk ditukar dengan apapun juga.

"Bawalah senyumku juga kemanapun kamu pergi, Chika." ujarku sambil memeluknya lagi dengan erat.
"Hati-hati selalu ya..." sambungku lagi.
"Iya.. Kamu juga ya, hati-hati..." jawabnya sambil melepaskan pelukannya.

Mungkin kalo supirnya ga mengingatkan kami karena memang Chika harus pergi, kita masih terus kangen-kangenan.
Chika, meski persahabatan kita dimulai dari dunia maya, tapi semua begitu bermakna. Saling memberi warna dan arti. Memberi kasih dan perhatian, untuk menguatkan segala yang telanjur menjadikannya lemah.

Kini, tak ada lagi deringan telepon Chika untuk minta ketemu dan curhat atas segala yang menimpanya. Aku lebih banyak tahu masalah dia, karena dia selalu menceritakan apapun tentangnya kepadaku. Sekarang, tinggal bayangan senyumnya yang menjelma. Kembali ke sedia kala...

Devosi Termanisku..


Saat malam menjadi sebuah pagi yang luruh menyapa bumi...
Inilah saat-saat yang paling indah pula untuk menyapaMu
Melalui devosiku yang menggetarkan kalbu
Menorehkan kenangan dari hari ke hari

Di sinilah, jiwaku berpasrah
Dengan linangan air mataku, aku memohon
Agar Engkau berkenan menerima doa-doaku
Sebagai persembahan terindah dariku buatMu

Lutut yang bertelut memeluk bumi
Hamparan telaga bening terdapat di sana
Bertaut di antara keindahan dan keharuan sujudku
Di antara bulir-bulir dari devosi itu sendiri, bersama kesegaran pagi
Bersama percikan kristal embun pagiku (selalu-red)

Terucap nada yang lirih dari balik sanubari
Menembus hingga ke langitMu (semoga...)
Berharap agar senantiasa layak dalam tutur dan ucap
Dalam langkah dan laku
Dalam segala pikir dan seluruh dayaku, juga inderaku

Memohon bimbingan melalui devosi termanisku
Membawaku pada satu kenyataan
Bahwa tidak ada yang kebetulan di dunia ini

Devosi yang terindah ini kali, mengajarkan aku untuk memberi rasa bagi sesama...
Meski hampa di diri dan jiwa
Hingga DIA memberi padaku melebihi yang aku perlukan
Mengertiku saat aku terluka
Menolongku pada saat-saat tersulitku, tepat pada waktunya



Bandungku, biarkan aku larut di dalam kasihNya, selalu...