Thanks for this day.. May God bless us everyone and everywhere..
Diberdayakan oleh Blogger.

Sabtu, 28 Agustus 2010

menarilah, sayang...

Saat kabut mulai turun dan enggan beranjak di negeriku tercinta

Saat semua mimpi dengan tak kenal lelah mengitari segenap langkah

Saat bencana mulai menyapa dengan dahsyatnya

Saat cuaca menjadi extrim; tsunami matahari, badai matahari, menipisnya lapisan ozon, melelehnya es di kutub bumi ini

Saat semua merasa lelah dengan kehidupannya

Saat kaki-kaki kecil dengan gontai menyambut kehidupannya

Saat sepasang mata yang cekung menerawang jauh

Saat lapar membusungkan perut-perutnya

Saat bumi tengah menghadapi sakratul mautnya.........

Ternyata mereka masih sibuk menghitung pundi-pundi keuntungannya dari hasil mencuri, dari hasil memeras keringat orang lain...

Ternyata mereka masih sempat terlena dalam pesta pora yang sungguh sangat memabukkan...

Ternyata mereka masih asyik khusuk masai dengan dekadensi moralnya...

Ternyata mereka masih tetap bertahan dengan dunia kelamnya, dunia malamnya, dunia kegelapannya...

Sayang...
Jangan hiraukan mereka...

Kau telah berusaha menuntunnya ke suatu tempat yang layak bagi mereka di tempatmu...

Kumohon dengan sangat padamu; 
bila perlu aku kan bersimpuh di kakimu dan mencium kedua kakimu...

Tetap, menarilah sayang...

Biarkan segalanya pergi dengan gemuruhnya

Biarkan tarian sakral itu selamanya mengalun dengan senandungnya meski terasa pilu

Tetap, menarilah sayang...

Apapun yang kau rasakan;
bagaimanapun perihnya, pedihnya, kejamnya, aku mengerti semua yang kau rasakan, meski empatiku tak banyak membantumu keluar dari semua himpitan ini

Tetap, menarilah sayang...

Masih ada putera puterimu yang menyayangimu dengan segenap batin dan budinya; 
mereka tinggal tak jauh darimu, meski mereka mungkin tinggal di tempat-tempat yang kumuh, 
dan di tempat terpencil biasanya mereka berkarya...
Merekalah pahlawan sejatimu...

Tetap, menarilah sayang...

Karena engkaulah Ibu Pertiwiku,
yang tangisannya sanggup kudengar dimanapun aku berada, dan gaungmu akan selalu tersimpan di dadaku...

Lakonkanlah sendratarimu dengan gemulai
Kau tak kan pernah mati

Menarilah dan menarilah bersama mataharimu, selamanya...

5 komentar:

attayaya jadi anak smp mengatakan... [Reply Comment]

indahnya ibu pertiwi menari
melambai
melayang
tegas
tegap
menghentak bumi
mencakar langit

non inge mengatakan... [Reply Comment]

untuk ibu pertiwi...
sungguh indah puisimu mba' >.<

Nilla Gustian mengatakan... [Reply Comment]

Ibu pertiwi pasti masih bisa untuk terus menari, meski kaki-kakinya sudah letih..

meski kabut masih menyapu
meski bencana terus menyapa

meski lapar masih mendera

Ibu pertiwi pasti masih sanggup menari, sebab mataharinya masih terus bersinar untuk dirinya :)

Aku suka banget kak :)

tiwi mengatakan... [Reply Comment]

waduh, ibu per'tiwi'menari?...he3...ak plg g bs kl disuruh nari sjk jmn smp dl..xixixi, hush! melenceng dr topik he3.., meski skrg kondisi indonesia srg dilanda bencana krn ulah org2 yg serakah, tp ak tetap bangga mnjd org indonesia, kekayaan alam yg melimpah, lumpur porong alias lapindo contohnya, di balik semburan itu sumber gas yg dahsyat yg hny dimiliki oleh neg indonesia!...heeh bnyk skl nikmat alam yg blm bs kt rasakan dg max, dikarenakan berbagai mcm hal yg trlalu kompleks!....entahlah, yg jls maju trs ibu pertiwi!...mg2 di ms dpn kau jauh lbh baik dr skrg!..amin.

Erianto Anas mengatakan... [Reply Comment]

Agak merinding saya membaca yg di bagian tengah mbak....

Dan memang tidak ada pilihan lain: Dan kita pun harus mengikuti tarian ibu pertiwi, sbg lambang empati kita.

Posting Komentar

[[ Form mobile comments ]]