Thanks for this day.. May God bless us everyone and everywhere..
Diberdayakan oleh Blogger.

Selasa, 10 Agustus 2010

Perjuangan Yang Tak Pernah Sia-sia

Suasana jalanan di malam itu sudah sedikit lengang, ketika Risty dan Hendy melintas dengan motornya. Mereka telah menikmati acara malam Minggu mereka di sebuah resto yang amat romantis di kawasan Bandung Utara.

Risty Rafika seorang mahasiswi semester 6 Jurusan Hubungan Internasional di sebuah universitas ternama di Bandung. Wajahnya cantik, kulitnya putih, dan agak kenes. Rambutnya yang tergerai sebahu, membuat gadis ini semakin manis dan cantik, dengan kebiasaannya menggunakan pakaian yang sporty. Dia banyak disukai oleh teman-teman di kampus, karena dia termasuk mahasiswi yang selain cerdas, dia juga luwes dan ramah.

Sedangkan Hendy Rianto, cowok ganteng dengan kumis tipis menghias di bibirnya ini, yang dipacarinya sejak 5 tahun lalu itu, telah bekerja di salah satu provider yang ada di negeri tercinta ini. Hendy bukanlah sosok cowok yang romantis bagi Risty. Dia selalu bicara seperlunya, tapi dia termasuk cowok yang humoris. Itulah sifat yang disukai Risty, selain karena Hendy selalu mengalah atas setiap keinginan Risty. Risty bagai seorang puteri raja jika sedang berada di dekat Hendy. Meski demikian, Risty sebenarnya sudah mulai bosan dengan hubungan ini, karena  tidak ada tantangannya. Entah tantangan apa yang dimaksud Risty. Risty pintar sekali menyembunyikan rasa bosannya pada Hendy. Di depan Hendy dan semua orang, Risty selalu menampilkan kemesraan yang terbaik. Tak jarang pula ibunya Hendy selalu menanyakan tentang pernikahannya dengan anak sulungnya itu, namun Risty selalu menghindar dengan halus, bahwa Risty ingin berkarir terlebih dahulu, dan berkata bahwa dia tak ingin menikah muda. Ah, Risty memang keras kepala. Tak ada yang bisa meluluhkannya, bahkan orang tuanya sekalipun.

Disertai suara malam yang kian merebak, mereka melaju dengan kecepatan sekitar 40 Km/jam. Mereka yang kebetulan sedang tertawa lepas, berderai bagai tak ada beban. Padahal, Risty sedang mumet-mumetnya nyusun skripsi. Dialah mahasiswi pertama yang memecahkan rekor lulus tercepat dari ilmu yang diambilnya itu.

Derai tawa dari dua insan yang sedang melaju di atas motor ini tiba-tiba terhenti, setelah motor yang dikendarai Hendy tak bisa menghindari jalan yang berlubang. Hendy terlempar dari motornya, dengan kaki yang tertimpa badan motor. Sementara Risty jatuh tertelungkup, dan dia menderita luka-luka ringan di sekitar kaki, pergelangan tangannya, dan kedua sikutnya.
Tak berapa lama mereka telah berada di sebuah rumah sakit yang tak jauh dari tempat kejadian, dengan bantuan beberapa pengendara yang melintasi jalan itu.

Kecelakaan di malam itu, telah membuat kaki Hendy menjadi lumpuh permanen, karena ternyata badan motor itu telah mengenai dan mematikan beberapa titik urat syaraf kakinya, sehingga kedua kakinya menjadi tak bisa digerakannya sama sekali. Namun, Hendy tak mempedulikan keadaannya. Sekarang dia sudah tak bisa lagi mengendarai motornya. Di otak dan benaknya hanya satu yang dia takutkan : yaitu kehilangan Risty, wanita yang dicintainya. Kekuatiran itulah yang akhirnya membuat Hendy shock dan terpuruk.

Hari berganti hari dengan detik-detiknya yang berlalu tanpa ampun. Kini Risty telah lulus dengan predikat summa cum laude, dan bergelar Sarjana Sosial di belakang namanya. Seiring dengan kelulusannya itu, Risty menjadi sulit untuk dihubungi Hendy. Terlebih saat Risty telah bekerja di sebuah perusahaan bonafid, masih di kota ini. Di tempatnya bekerja, Risty tak jarang harus pulang hingga larut malam, karena tanggung jawabnya sebagai sekretaris.

Berkali-kali Hendy mencoba menghubungi kekasihnya ini untuk bertemu dengannya, namun selalu tak berhasil, seperti satu malam itu, saat Hendy meneleponnya.
"Risty, bisa ga kamu ke rumahku? Aku kangen kamu," pinta Hendy dari balik ponselnya.
"Aduh... Maaf sayang... Aku ga bisa. Malam ini aku ada meeting, untuk program baru di perusahaan ini," jawab Risty sambil mengetik di keyboard komputernya.
"Oh, ya sudah... Maaf aku udah mengganggu kerjamu. Nanti kamu pulang sama siapa? Udah malem lho..." tutur Hendy dengan nada yang sabar. Dia masih saja sanggup menelan kegetirannya, padahal bukan sekali ini saja Risty menolak permintaan Hendy, dengan alasan pekerjaan. Sudah sering banget. Tapi dia cepat tersadar dengan keadaannya. Sekarang, dia tak bisa menjemput kekasihnya, tak bisa membahagiakannya, dan tak bisa menuruti keinginan Risty seperti dulu. Hendy bahkan dapat merasakan bahwa dia akan membuat malu dan menyusahkan Risty dengan keadaannya yang sekarang.
"Biasa, tar aku dianter sama Deny... Kamu kan udah tahu," jawab Risty seringan kapas, tak mempedulikan apa yang berkecamuk di hati Hendy. Betapa dia minder di hadapan Risty. Antara cinta dan minder menyatu di seluruh jiwa dan pikirannya, ditambah lagi dengan sosok Deny, yang memang sempat Risty ceritakan hanya sebatas teman biasa saja.
"Oke, kamu hati-hati ya," jawab Hendy sambil menekan tombol merah di ponselnya. Hendy menelan ludah. Ada sebersit cemburu di hatinya, tapi dia tak berdaya. Sekarang, semakin jelas sudah, bahwa keterpurukannya itu memang beralasan. Tak ada lagi harapan sedikitpun.

Diam-diam Hendy mengikuti perilaku Risty yang semakin hari semakin tak memperlihatkan kasih sayang dan kesetiaannya, juga hubungannya dengan Deny. Hendy menggertakkan rahangnya. Dia merasa bahwa Risty telah memperlakukannya dengan tidak adil. Kemesraan antara Risty dan Deny yang dilihatnya beberapa waktu lalu setelah dia menelepon Risty, sangat menyakitkan hatinya. Tak bisa dipungkiri lagi, bahwa pemandangan yang telah direkamnya itu sangat meninggalkan luka yang dalam di batinnya. Lima tahun... Hanya sejauh inikah perjalanannya? Hanya sebatas inikah cinta yang ada di diri Risty? Perlahan tapi pasti, Hendy berniat mundur dari kehidupan Risty. Pedih dan perih ditahannya. Dia akan berusaha menikmati setiap luka-lukanya, hingga dia terbiasa dan bersahabat di kesehariannya. Dia tahu diri. Dia tak mungkin mendapatkan cinta tulus Risty seperti yang dulu. Dengan perasaan jengah, Hendy mulai membenahi hati dan hidupnya untuk melupakan Risty dengan segenap dayanya, dengan rasa optimis yang seadanya saja. Saat ini hal yang paling terindah bagi Hendy adalah bisa melupakan Risty, berikut kenangan-kenangan terindah yang sempat dikecapnya bersama Risty. Berat memang. 5 tahun bukanlah waktu yang singkat dalam membina sebuah hubungan. Telah banyak suka dan duka yang dilalui mereka berdua. Apalagi kedua orang tua mereka telah menyetujui hubungan mereka. Tapi dia harus berjuang untuk itu dan bangkit kembali melawan keminderan yang sekarang masih saja menyelubunginya.

Lagi-lagi waktu berlalu dengan sangat cepat. Tak terasa, hati Hendy kini telah terbiasa dengan keadaan yang dikecapnya. Dia masih diterima bekerja di perusahaannya yang dulu, karena reputasinya yang sangat baik, sehingga tenaga dan pikirannya masih diperlukan oleh perusahaan itu. Tiap hari Hendy pergi ke kantor dengan diantar jemput oleh adiknya. Tak pernah lupa pula, kuk selalu dibawanya. Ternyata, waktu yang tanpa ampun itu telah membuatnya belajar dan bisa menyembuhkan luka batinnya. Waktu jugalah yang telah berhasil membantunya untuk melupakan Risty. Waktu pula yang menunjukkan bagaimana hubungan yang sesungguhnya antara Risty dan Deny. Risty ternyata lebih memilih cowok yang menurutnya menyenangkan dan penuh tantangan, dibandingkan dengan Hendy yang selalu mengalah. Kini, keceriaan telah tersambut di hati Hendy, dan dia berteriak... "Aku akan mengalahkan dunia dengan sang waktu...!"

Saat ini juga, ketika cinta sudah mulai menghilang dari hatinya untuk seorang Risty, Hendy telah menemukan satu hati pelipur lara yang mau menerima dirinya dengan apa adanya. Parasnya yang ayu dan lugu, dengan kulit sawo matang. Penampilannya sederhana, tapi matanya jernih menunjukkan kecerdasannya, dengan senyum manis penuh ketulusan. Wanita itu bernama Santi Yulia. Wanita yang diperkenalkan oleh Ridwan, teman sekantornya yang pernah menemaninya melihat kemesraan antara Risty dan Deny ini, benar-benar telah membuat relung hati Hendy kembali berbunga-bunga. Matahari paginya telah terbit, di tengah musim semi yang indah tiada tara. Hendy tak kan pernah lupa untuk bersujud penuh syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Penyayang.

Sementara itu, Risty semakin merasa tak nyaman dengan Deny. Kini, sosok yang menurutnya menyenangkan dan penuh tantangan itu ternyata selalu membuat Risty kesal. Deny tipe cowok yang suka menggampangkan masalah, tak pernah berpikir dua kali untuk menentukan sesuatu, dari hal kecil dan sederhana hingga ke hal yang lebih besar lagi. Diapun tak pernah meminta maaf, meski dia telah tahu bahwa dia yang jelas-jelas salah.

Dengan sisa-sisa harapan yang dipungutnya dari dasar hatinya, Risty kembali mencoba menghubungi Hendy. Ada gundah di hatinya. Diam-diam rasa bersalah pada Hendy menyembul dengan kuat di hatinya. Dia baru sadar, bahwa sikapnya telah melukai hati Hendy dengan memperlakukannya tidak adil. Risty ingin meminta maaf pada Hendy, dengan kembali padanya, memperbaiki kesalahan yang telah dilakukannya. Merajut kembali benang-benang yang terputus. Namun setiap kali Risty menghubungi Hendy, maka setiap kali pula Risty selalu gagal. Bahkan banyak SMSnya tak pernah digubris oleh Hendy. Risty menangis. Risty menyesal. Risty limbung dan tak tahu apa yang harus diperbuatnya. Penyesalan memang selalu datang belakangan. Dia bagai lakon terganteng, atau lakon tercantik yang selalu menjadi menang di setiap akhir cerita.



Cerpen ini diikutsertakan dalam lomba yang diadakan oleh Sang Cerpenis Bercerita yang bekerja sama dengan  Vixxio. 
Jika beruntung, saya pilih novel Larasati karya Pramoedya Ananta Toer.

16 komentar:

gaelby mengatakan... [Reply Comment]

dialektika romantika dan cinta dalam cerpennya kreen. i like it.
SUkses buat kontesnya, Marhaban ya Ramadhan, mohon maaf lahir bathin :)

non inge mengatakan... [Reply Comment]

waaaaaaaaaaaaaaaaaah
kereeeeeeeeeeeeeeeen....
aku suka aku suka....

moga menang yah mba'.... ^^

mohon maaf lahir batin
selamat menunaikan ibadah puasa ^^

Aryadevi mengatakan... [Reply Comment]

berkunjung mba ^_^ dan sukses ya mbaaaa...

Unknown mengatakan... [Reply Comment]

wah, tks ya. aku catat dulu nih.

om rame mengatakan... [Reply Comment]

bagi saya, ini adaLah cerpen yang sangat-sangat menarik dan unik.
biasanya cerpen mengisahkan berawaL dari kepedihan dan berujung pada kebahagiaan, namun ini maLah sebaLiknya. justru menampiLkan makna dan pesan moraL bagi masing-masing pembaca.
saLam sukses untuk aktifitas kontesnya, mohon maaf dengan tidak bermaksud apapun (ikut campur), semoga dewan juri terhormat dapat memperhatikan dengan seksama. dan sangat disayangkan bagi pembaca yang meLewati kisah ini. terima kasih.

tiwi mengatakan... [Reply Comment]

waduuuh kereen, menohok sekali! hmm jd membuat semua org berpikir untuk melakukan sesuatu yg tdk sehrsnya dilakukan, yaitu spt tindakan risty. well, mmg kt akn merasa sgt menyesal kl sdh kehilangan, tp kl ada malah disia siakan..wadoow jgn sampe deh...

Tito's Weblog mengatakan... [Reply Comment]

Banyak novel yang bergenre romance, apa lagi seperti teenlit ini. Kisah cinta memang tidak ada matinya, tetap ada para pembaca setianya.

Oh iya menurut saya nih teh, ending nya sudah bisa dikira-kira, ketika diceritakan mreka kcelakaan.

Pertama: kalau ga sang wanita meniggalkan pria krena prianya yang lumpuh atau,
Kedua: sang wanita menjadi yakin akan cintanya kepada pria, karena sang pria dengan setia merawatnya karena lumpuh dari kecelakaan.
hehhe, itu menurut aku loh mbak.

tapi overall, novelnya memberi pelajaran akan keberanian hidup untuk menerima semua musibah dan Moving forward, tdak mau menyerah terhadap nasib, Good Motivation.

Irma Senja mengatakan... [Reply Comment]

kerennn mba,.... ^^

semoga menang mba :)
dan selamat menjalankan ibadah puasa ya mba....^^

Vixxio mengatakan... [Reply Comment]

Mampir membaca sambil menjuri ya...
O ya, sekalian ngucapin selamat menunaikan ibadah puasa.

attayaya mengatakan... [Reply Comment]

penyesalan selalu datang terlambat
ketika semua sudah menjadi arang dan abu

Nilla Gustian mengatakan... [Reply Comment]

Good luck kakakku !! Aku memutuskan untuk ga ikutan yang ini ( koq aku jadi sensitif sekali dengan temanya ya...hehe )^_^

Met puasa kak :)

ANDI WONG mengatakan... [Reply Comment]

itulah manusia... slalu saja bisa mengambil keputusan yg salah..apalgi soal Cinta.. tanpa sengaja/dg sengaja minyinggung perasaan org... sesal muncul kemudian.. hanya allah-lah sebaik2nya t4 utk berkelu-kesah & meminta pertolongan..

windflowers mengatakan... [Reply Comment]

@ sahabat2ku terkasih..makasi ya bwt masukan dan supportnya...

@ nilla..mgkn sesekali sensi itu wajar...tp kl dibiarin berlarut, akan mengganggu pola pikir kamu de..jd, mnrtku sebaiknya km jangan sensi ya, bukan krn tema ini aja lho, tapi di kehidupan keseharianmu jg...biarin semuanya mengalir sesuai dng kodratnya dan selalu memotivasi diri dng berbesar hati..:)

Sukadi Brotoadmojo mengatakan... [Reply Comment]

semngat mbak, semoga bisa mendapatkan hasil yg terbaik dari kontes ini...
salam..

Nilla Gustian mengatakan... [Reply Comment]

Iya kakakku...
Aku ga terus2an sensi apalagi di luar konteks tema cerpen ini. Trims banget ya kak ^_^
Semuanya diikhlaskan dan dibiarkan apa adanya. Tapi terkadang untuk mengikuti sesuatu misalnya membuat tulisan dengan tema "tertentu", aku sedikit kurang nyaman karena takutnya nanti aku dinilai terlalu mengeksplorasi diri sendiri.. :D..

::: Makasi banyak semangatnya ya kak ^_^ :::

windflowers mengatakan... [Reply Comment]

@ sukadi...makasi atas supportnya ya mas...:)

@ nilla...naahhh..itu dia, baru adikku termanis, tercantik, dan terbaik...semangat untuk terus bersyukur...nyalakan terus lilin semangat itu ampe berpendar, indah hingga membentuk yg paling cantik ke seluruh auramu...memang kadang..perasaan itu bisa muncul kapan saja tanpa km mau..wajar, dan sangat manusiawi sekali..tp ga boleh km diemin ya...
dan..kekurangnyamanan km dlm hal tertentu jg sangat wajar..inilah bentuk dan wajah dunia itu de..selalu memberi kesempatan kita untuk mencari celah, bhw kita harus terus bersyukur apapun kondisinya..:)

Posting Komentar

[[ Form mobile comments ]]