Thanks for this day.. May God bless us everyone and everywhere..
Diberdayakan oleh Blogger.

Sabtu, 13 November 2010

STIGMA

Dadaku tiba-tiba bergemuruh

Jantungku sepertinya sakit bagai dicengkeram oleh tangan yang kuat dan keras

Aku menggelepar bagai ikan yang memang tak betah hidup di darat

Mataku meremang

Telingaku berdengung; semua terasa asing dan aneh

Kepalaku panas bagai diterjang kepulan asap panas

Bumi yang kupijak bagai tak mau lagi tersentuh oleh kakiku

Semua serasa berputar dan bergoyang tak tentu arah

Bumipun serasa berguncang keras berpadu dengan detak jantungku yang semakin tak beraturan

Dia seolah tak mau lagi menopang beratnya seluruh beban di atasnya...

Hiruk pikuk, jerit tangis orang-orang, angin membawa sampah dan debu pekat, entah dari mana angin membawa semua itu...

Aku benar-benar limbung, dan akhirnya jatuh tersungkur di bebatuan cadas

Aku mengerang, menjerit sambil kujambak rambutku

Putih pucat wajahku, pasi bagai rembulan yang masih mencoba menerangi siang

Keringatpun membanjiri sekujur tubuhku, perih bagai luka yang tersiram air asin

Kering sudah kerongkonganku, tercekat dan pedih...

Telah putuskah urat nadiku karenanya...?

11 komentar:

Aryadevi mengatakan... [Reply Comment]

mengunjungi mba, selamat malam minggu dan santai dengan keluarga.

Belantara Indonesia mengatakan... [Reply Comment]

Puisi bagus bagi pendaki kayaknya jeng...hhhhhh....ya kayak gtu yg sering kutemui...akhirnya cuma bisa teronggok ciut nyali di bebatuan, sebagai penyangga badan..miris..duka...

Bumi Al Fattah mengatakan... [Reply Comment]

Baca puisi mbak di atas saya jadi ngrasa tambah miris, mbak.
Serasa bencana ini karena ulah dan dosa manusia sendiri, dan alam pun menampakan ketidaksukaannya atas tingkah kita yg bergaya.

Sukadi Brotoadmojo mengatakan... [Reply Comment]

Tak akan putus urat nadi hanya karena sedikit benturan, hantaman adalah cambuk yang akan menjadikan kita batu karang yang tak akan goyah diterjang ombak, bahkan menenangkan ombak tsb.. :)

Winny Widyawati mengatakan... [Reply Comment]

jangan ada yang terluka lagi :'(

Duh koq sedih puisinya ni mbak ...

Ummi Ubay mengatakan... [Reply Comment]

akhir yang begitu menyedihkan :(
apakah saudara2 kita merasakan seperti itu yah

TriZ mengatakan... [Reply Comment]

Puisimu begitu menyayat hati mba.. kuatkan dirimu.. ingatlah selalu kepadanya

DenBaGas mengatakan... [Reply Comment]

Salam
Masih basah bencana itu di mata saya..
Semoga lekas berlalu..

Salam kawan

nuranuraniku.blogspot.com mengatakan... [Reply Comment]

salam sobat
puisi indah,bermakna.
saya berharap, semoga tidak kering kerongkongannya dan tidak jatuh dibebatuan cadas.

Teras Info mengatakan... [Reply Comment]

Puisinya bikin merinding sobat....
salam kenal...

windflowers mengatakan... [Reply Comment]

@aryadevi..met sore..met menikmati pula weekendnya..:)

@belantara indonesia...mmhh gitu ya hihi..

@bumi al fattah...yup, miris dan sedih, pedih, dan merasa keciiilll bnget, ga ada apa2nya..kita bagai senoktah debu yg gampang dikibaskan setiap saat..

@mas sukadi..semoga mas..tetep kuat berkat doa dan berbagai pengharapan terbaik kita...

@mba winny..yup, jangan sampai ya mba..

@chikarei..mungkin jg chik..bs jd seperti itu..

@mba triz..ingat kepadaNya selalu bagai menemukan setetes embun di tengah gurun sahara yg membuat kuat kembali lahir dan batin..

@denbagas..yup bukan hanya masih basah, tp akan selalu teringat dan membekas sampai selamanya..

@mba nura..yup tidak akan mba..semoga..

@teras info..merinding tp semoga ga sampai bikin nangis..

Posting Komentar

[[ Form mobile comments ]]