Apa jadinya jika seseorang dengan sengaja menguburkan talenta yang sudah dengan cantiknya diberikan oleh Tuhan Sang Pemberi bagi umatNya? Ia tak ubahnya bagai batu yang bisanya hanya diam. Lebih bagus diamnya batu, karena ia sudah ditakdirkan menjadi batu. Ia terasa lebih mulia daripada insan yang dengan sengaja menguburkan talentanya.
Menguburkan talenta sama artinya dengan tidak mau berbagi dan tidak ikut andil dalam sebuah kebersamaan. Banyak faktor penyebabnya mengapa seseorang sengaja menggali tanah dan menguburkan kemampuan yang dimilikinya. Bisa jadi, karena dia terlalu kecewa. Terlalu mendendam dengan keadaan, atau terlalu egois agar orang lain mau merasakan apa yang dirasakannya; kekecewaannya. Memperbesar kekecewaan yang dirasakan, akan mempermalukan diri sendiri dan secara berangsur, akhirnya akan mencelakai dirinya pula.
Mari kita persempit lagi konteksnya. Di saat orang satu unit kerja unjuk kemampuan untuk berpartisipasi dalam acara kekeluargaan di tempat kerja, dalam bidang olah raga dan musik, ia tidak mau ikut menyumbangkan kemampuannya. Sehingga orang-orang yang mengenalnya bahkan mengetahui bahwa ia mampu, akan mempertanyakan keberadaannya. Nah, dari sanalah sebenarnya ia telah mempermalukan dirinya sendiri, tanpa disadarinya. Tanpa perlu teman-temannya menjelaskannya, ia sudah membuka tabirnya sendiri. Tabir yang sesungguhnya telah diperlihatkannya. Sebuah sejarah 'kelam' tentang dirinya, telah dibuatnya.
Memang, masing-masing orang memiliki caranya sendiri di dalam menghadapi gejolak rasa yang menerpanya. Kecewa dan marah tidak dilarang, selama tidak merugikan diri sendiri, orang lain dan lingkungannya. Tetap memilih bangga dengan kekecewaan dan kemarahannya, atau memilih move on dari perasaan yang merugikan diri sendiri, karena biasanya benih-benih itu akan muncul menjadi perasaan dendam yang berakar dan berkepanjangan. Tentunya, masing-masing memiliki resikonya.
Jika telah terjerembab dengan suasana penuh dendam seperti ini, maka untuk memulai kembali membuat sejarah cerah yang baru akan terasa sulit. Langkah akan semakin sempit dan berat, meski ia berpijak pada luasnya bumi dan luasnya cakrawala biru yang memberinya oksigen utuh penuh yang melegakan nafas hidup. Bertindaklah smart. Lebih bijak untuk tidak terjebak pada perasaan-perasaan yang tidak perlu. Tentu akan membuat Tuhan tetap menjaga senyum manisNya bagi kita, sehingga langkah apa pun yang kita tempuh akan terasa mudah, sekalipun berat. Sebab Tuhan menitipkan senyum dan hukumNya lewat alam dan orang-orang di sekitar kita.
5 komentar:
Semoga aku tidak termasuk yang demikian....hehe. Bahkan sering berpikir, "Aduh, sayang banget. Coba kalo aku bisa.." Nice share and happy blogging!
sayang sekali, jika talenta yang diberikan Tuhan tidak dipergunakan dengan baik dan bijak..terkadang hal itu bisa membuat perbedaan dalam hidup. Thanks dah di share Mb..
semoga aku nggak menyia-nyiakan talenta dari Tuhan >_<
ya Allah :(
jadi merasa tersindir karena akhir2 ini chika suka males2an mba :(
ya gunakan talenta sebaik mungkin.
Posting Komentar