Gambar diambil dari sini
Suatu hari datang seseorang (tak perlu aku sebut profesinya ya :D) ke meja kerjaku.Ia tampak terburu-buru, dan aku sapa bapak itu dengan senyum ramah tentang keperluannya. Kemudian ia bertanya apakah di tempatku terdapat jaringan internet. Aku bilang ada. Kemudian ia berkata, "Mba, bisa tolong saya ga? Tolong kirimin data ini via email mba ke bla bla bla, ini saya bawa datanya di flash disk. Tolong ya mba..."
Mmhh... Tentu saja aku langsung menolaknya secara halus. Hehe.. Aku tidak mau namaku tiba-tiba nongol ke email address orang lain yang tidak aku kenal dan tidak mengenalku.
Kemudian dengan wajah 'bijaksana' aku bangkit dari tempat dudukku, dan mempersilakan beliau untuk menggunakan internet di komputer kerjaku. Tak berapa lama, ia mengutak-atik keyboard, mengetikkan sesuatu dan beliau juga sudah mempersiapkan flash disknya untuk dikoneksikan dengan pc komputerku.
Aku menunggu... Menunggu... Dan akhirnya, beliau bangkit dari tempat duduknya, dan berkata, "Ah, nggak jadi aja mba... Biar di tempat saya saja mengirimkannya... Tadinya sih biar cepet aja. Tapi ya sudahlah..."
Doeng..... Aku jadi pengen ketawa deh :P Orang Sunda bilang meni rariweuh :D
***
Alamat email, mungkin bagi beberapa orang tidak terlalu penting. Tetapi bagiku, itu sangat penting karena aku menganggapnya sebagai salah satu identitas diri. Terang saja aku tidak 'mengijinkan' siapa pun dia untuk menggunakan alamat emailku, untuk keperluan orang lain yang sesungguhnya tidak aku mengerti urusannya apa. Bukankah setiap pribadi memiliki sisi privasinya masing-masing? Aku tentu sangat tidak merasa berkepentingan dengan data yang ingin dikirimkan via alamat emailku. Lalu? Ya, aku sangat menghormati area privasi seseorang apa pun dan bagaimana pun bentuknya.
Aku memang sekali waktu pernah satu kali memberikan password emailku kepada kakakku, untuk keperluanku. Dan setelah kakakku tidak 'mengantarkan' keperluanku, dia langsung suggest aku untuk langsung mengganti passwordnya, biar dia tidak bisa lagi 'mengintip' isi dari emailku. Lagian aku yakin dia tidak akan pernah mengintipnya. Bener kan mas? :P
Aku jadi pengen share sedikit tentang pengalaman per-email-an. Suatu saat, pernah seseorang memberikan pintu akses untukku agar aku bisa membaca sebuah inbox. Pintu akses itu bukan punya dia. Dia sengaja memberikan pintu akses itu agar aku bisa leluasa membaca segala permasalahan di antara dia dan dia. Tentu saja pemberiannya aku tolak dengan cara yang halus. Emang aku tak ada kerjaan apa? :D Masih banyak kerjaan yang lebih penting yang harus aku lakukan daripada hanya sekadar membaca inbox orang-orang yang tidak ada sangkut pautnya denganku. Bener tidak?
Dari pengalaman yang sudah aku alami, aku belajar banyak dari sana. Karena orang yang kuanggap dekat denganku pun, ia enggan untuk mengetahui password dari area privasi ini. Alangkah bijaknya jika kita sungguh menghargai privasi orang lain, dalam konteks ini adalah email address; ini baru salah satu dari sekian banyak privasi lainnya dari sesama kita, siapa pun dia.
4 komentar:
iyees setuju mbak
imel untuk pribadi saya keep untuk org2 dikenal sdg imel yg untuk daftar socmed, grup dan berbagai layanan ini itu saya sendirikan
biar mudah ketauan kalau ada temen kirim imel :)
iya...mending dijaga gitu mba..sip..
terima kasih sudah berkunjung...salam kenal :)
iya.. benar banget, takutnya disalah gunakan identitas kita. heheh.. padahal kitanya gak tahu apa-apa.
nice post.. :D
Posting Komentar