Pangeranku,
Sekian waktu kita telah menjelajahi waktu, mengelana di dalamnya.
Tidak. Kita bukan membunuh waktu. Kiasan membunuh bagiku teramat sangat
mengerikan. Waktu telah tersedia bagi kita. Waktu juga yang
mempertemukan kita dengan caranya sendiri. Sejenak, marilah kita mencoba
merenunginya sebagai sesuatu yang paling berharga bagi kita. Kita telah
ditahbiskan oleh Sang Waktu sebagai insan-insan yang berbahagia dengan
segala kisah dan perjuangan hidup kita yang dengan penuh syukur kita
jalani di dalam Sang Waktu. Dalam kurun waktu.
Pangeranku,
Dalam kurun waktu yang kita jalani di salah satu lorongnya,
terkadang kita mengalami sebuah peristiwa yang tidak bisa menolaknya
untuk tidak dihadapi. Saat aku terpuruk, merasa sesak, dan tak bergairah
bergaul dengan waktu. Kau datang dengan bunga-bunga di dadamu. Wangimu
memesonakan rasaku. Bunga-bunga di dadamu adalah riangmu yang kemudian
menjalar menjadi Riangku, Ringanku. Terima kasihku yang setulusnya bahwa
kau tidak memberikan aku seikat kembang cantik dengan dedaunannya yang
masih segar. Sebab kau tahu, aku tak akan pernah sekali pun menerimanya.
Cukup bawalah aku menuju kebun bunga di dekat pertigaan jalan itu.
Kuingin duduk berdua denganmu di sebuah bambu kayu itu. Biar aku nikmati
bunga-bunga indah dengan warna-warninya dan segenap keharumannya tanpa
memetiknya. Aku ingin membiarkan mereka utuh pada tangkainya yang
tersaluri sari makanan dari akar-akarnya. Membiarkan wanginya menyejuki
hati kita.
Pangeranku,
Sederhana tentang kembang itu sudah menjadi pelipur laraku. Di sana
kan kau sibak segala perkataanmu tentang beban hidupku. Tentang sikap
yang harus aku sikapi. Tentang pemikiranmu yang santun namun tegas.
Saat-saat kau ajak aku ke kebun bunga itu adalah saat-saat terindah kau
mengajariku. Kaulah Riangku, Ringanku. Kaulah laut bagiku. Embun bagi
jiwaku. Ketulusanku kepadamu akan mengaliri setiap senyum yang terpapar
di beningnya matamu. Kau peluk aku dalam rimbanya hatimu. Kau rengkuh
aku dalam seluasnya batinmu. Maka, ijinkan aku menjadi sebuah nyamanmu
dalam bening hening wajahmu pada saat-saat sesakmu. Wahai Riangku,
Ringanku. Aku ingin menjadi Riangmu, Nyamanmu. You know, that you always
make it easier when life gets hard…
5 komentar:
keren banget mba tulisannya :)
WHaowww...
Semoga pangeran segera membacanya... :)
semoga pangeran itu, suatu saat nanti bisa menjadi raja, yang mampu memimpin kerajaan menuju kehidupan yang mawaddah wa rahmah...
laut bagiku, embun bagi jiwaku...sungguh kata yang sarat makna :)
kapan yah aku menemukan pangeranku.
Posting Komentar