Thanks for this day.. May God bless us everyone and everywhere..
Diberdayakan oleh Blogger.

Senin, 12 September 2011

Sekumpulan Awan Ini dan Ketidakberdayaanku

Awan ini, begitu berarak di depan mataku
Di depan wajahku ia begitu menari riang
Entah apa yang dimaui gemawan ini dariku
Aku sungguh tak berdaya

Mengikuti arus angin yang membawa sekumpulan awan ini
Aku sempat mencium lembut putihnya awan itu dan terjerembab di dalamnya
Nyaman dan memesonakan lahir batinku
Sekejap, aku jatuh cinta!
Dengan persembahan yang dibawanya

Tiba-tiba aku tersadar dalam kenyamanan ini
Hentakan embun pagi yang luruh di keningku
Tiba-tiba membangunkan aku dari pelukan sang awan
Aku, seharusnya tak boleh mencintai awan itu berlama-lama

Awan itu telah membiusku
Dalam ketidakberdayaanku
Dalam balutan kenyamanannya
Aku harus bangkit untuk segera menemuimu, wahai embun pagiku

Ya, aku harus bangkit segera!
Aku ulangi lagi, bahwa aku harus segera menemuimu
Yang di dalamnya kan kujumpai rahim inspirasi
Dan akan melahirkan berjuta-juta huruf 
Untuk kurangkai memuliakanmu.....


Embun Pagi, di pagi ini aku makin mencintaimu dengan segala kesejukan dan pengharapanmu, dengan sempurna dan segala keheningannya...

5 komentar:

Iskaruji dot com mengatakan... [Reply Comment]

ehm...semoga tidak terjebak dengan awan itu lagi. Dan kembali menikmati embun pagi yang dituangkan didalam tulisan-tulisan blog ini..Hidup terus berlanjut dan sebaik2nya kenyamanan adalah kenyataan...happy blogging!

Ummi Ubay mengatakan... [Reply Comment]

duuhhh ada kata embun pagi
jadi keingat tulisan kroyokan kita dulu mba :D

Ajeng Sari Rahayu mengatakan... [Reply Comment]

indahnya...menjemput embun di pagi hari

Nuel Lubis, Author "Misi Terakhir Rafael: Cinta Tak Pernah Pergi Jauh" mengatakan... [Reply Comment]

awan... jangan menghilang!!!!!!

RZ Hakim mengatakan... [Reply Comment]

Bukan hanya awan yang membius, pilihan kata katanya juga membius.. bagus banget;

Posting Komentar

[[ Form mobile comments ]]