Thanks for this day.. May God bless us everyone and everywhere..
Diberdayakan oleh Blogger.
Tampilkan postingan dengan label kehidupan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label kehidupan. Tampilkan semua postingan

Senin, 15 Agustus 2011

Terasi, Garam, Silet, dan Warung

Sudah lama sekali aku mempertanyakan hal ini : Mengapa warung selalu menolak para pembelinya jika hendak membeli terasi, garam, silet (pilih salah satu), saat mulai maghrib tiba?

Entahlah, apa alasannya sehingga warung (aku ga tau, apakah setiap warung memberlakukan hal itu atau tidak), yang pasti, warung kecilku memberlakukan hal itu :D 
Selalu bilang ga ada, jika pada waktu maghrib atau malem ada yang mau beli terasi atau garam, atau silet.

Mmhhh... Berasa lucu juga, menjalankan tapi ga tau alesannya. Tapi, aku pernah denger dari orang tua dulu secara turun menurun, katanya PAMALI kalo warung menyediakan atau menjual ketiga barang tersebut pada waktu malem (dimulai dari maghrib). Begitu juga pembelinya. PAMALI jika pada saat-saat maghrib membeli salah satu dari barang-barang itu. Tau sendiri kan, kalo orang tua jaman dulu melarang, hampir seratus persen ga ngasih alesannya kenapa. Seperti misalnya lagi ni, aku juga pernah mendengar bahwa wanita yang sedang haid, ga boleh keramas. Terus lagi misalnya pada wanita yang sedang hamil, banyak sekali larangannya.

Mitos itu dilakukan demi kebaikan kita semua. Itu, yang selalu dikatakan para orang tua. Tradisional. Konvensional. Tapi selama itu tidak melanggar agama, merugikan orang lain dan diri sendiri, aku pikir tak ada salahnya jika dituruti. Meski sampai saat ini aku masih mempertanyakannya, apa kabar dengan toserba yang tetep menjual terasi, garam, dan silet di waktu malam, ketimbang beli di warung yang selalu bilang ga ada jika ada pembeli yang membutuhkan terasi, garam, atau silet di malam hari? Mungkin kalo toserba mah beda lagi kali ya... :D

*Menurutku, hal ini merupakan salah satu kearifan lokal yang sebaiknya tetap dijaga sampai nanti. Biarlah ia tetap menjadi misteri tersendiri, yang memang merupakan bagian dari kehidupan ini... Meski jujur ya, aku masih ingin mengetahui alesannya :D

Kamis, 10 Maret 2011

Warisan dan Misteri yang Menyelubunginya

Siapa yang tak senang menerima warisan dari orang tua, leluhur kita... Aku pun senang, pasti... Ga munafik deh, karena warisan merupakan pemberian dan tanda kasih dari orang tua kita.

Namun, dibalik kebahagiaan kita di dalam menerima warisan, tentu ada aturan-aturan yang harus dijaga, dijalani, dan diamalkan. Istimewanya adalah karena warisan merupakan tanda kasih dari orang tua kita, maka warisan itu harus dibagi secara adil dan merata. Tak jarang, kita menemukan sebuah pertengkaran sengit dan bahkan hingga saling membunuh, hanya karena harta warisan.

Menurutku, dibalik warisan ada sebuah misteri yang cukup sukar untuk diurai. Telah aku temukan beberapa kejadian yang mengenaskan mengenai warisan ini. Aku jadi mengambil kesimpulan bahwa setiap ahli waris harus benar-benar mengambil haknya yang sebenar-benarnya, jika warisan itu : katakanlah sebuah rumah harus dibagi untuk beberapa saudaranya, ya bagilah menurut ketetapan yang ada. Jangan sampai hanya salah satu pihak saja yang menikmatinya, dengan menempati rumah itu seutuhnya. Alih-alih membagikannya dengan bijak, ini malah mengusir saudaranya untuk pergi dari rumah yang bukan hak mutlak miliknya.

Akibatnya, keluarga yang menempati rumah warisan itu satu persatu meninggal dunia di usia muda, mulai dari ayahnya, ibunya yang sebelumnya sakit jiwa, dan anak-anaknya yang masih muda dengan kondisi ekonomi yang memprihatinkan. Tak ada lagi yang bisa diambil dari tanah warisan itu, selain penderitaan dan menciptakan neraka bagi diri dan keluarganya sendiri selama hidup di bumi ini.

Inilah pelajaran yang baru saja aku ambil, aku resapkan, dan aku renungkan. Terlalu sayang, jika kehidupan ini diisi dengan hal-hal yang mengagungkan kelicikan dan keserakahan.



* Terima kasih, Tuhan, Engkau telah memberiku pelajaran yang sangat berharga ini, sehingga pengetahuanku boleh bertambah lagi tentang hidup dan kehidupan ini....

Kamis, 30 Desember 2010

Damai Seindah Pelangi

Dengan apakah terbentuk sebuah kedamaian ini...?
Dengan sebuah ketulusan yang tak pernah berujung
Dalam setiap peristiwa yang seolah menyukai kita
Menerima apa adanya dengan kebesaran jiwa dan hati kita

Damai
Kan terbentuk jika kita sanggup melunaskan setiap tantangan hidup seiring kemampuan yang dimiliki
Melunaskan setiap tuntutannya dengan penuh tanggung jawab dan santun
Keindahan dari setiap kewajiban yang harus kita jalani

Bagai pelangi dengan warna warni ceria
Tak ada warna hitam di sana
Semuanya terang membuat tenteram dan damai di hati
Membuat segar setiap mata yang memandangnya

Dengan sendirinya, hati kan bermahkotakan kedamaian dan berjuta keindahannya
Tak usah jauh mencari kebahagiaan, kedamaian, dan ketenteraman
Ke gunung-gunung, ke lautan luas, atau mencarinya di gua-gua keramat yang pengap itu
Bahkan ke tempat-tempat wingit yang tak pernah terjamah

Sebuah nazar harus dilunaskan sebelum waktu menjemputnya
Sebuah janji harus dilunaskan dengan penuh cinta
Sebuah hutang harus pula dilunaskan dengan penuh kasih, legawa, dan tanggung jawab
Sebuah ucapan harus tetap dilunaskan dengan segenap pengetahuan, kerendahan hati, dan sikap

Hutang materi bisa dilunaskan dengan materi yang sepadan
Namun hutang budi belum tentu bisa dilunaskan dengan materi
Tak terbatas kasih karuniaNya
Hingga kita hanya boleh melunaskan sebagian kecil saja dari setiap kewajiban yang ada padaNya, pada alam, pada diri sendiri, dan pada sesama...

Damai seindah pelangi dengan warna warninya yang terang sekaligus teduh
Kan selalu menyertai jika lunas menjadi satu suku kata yang utama dan istimewa dalam keseharian di kehidupan kita...







#30haripuisi - #Day27 : Lunas

Sabtu, 27 November 2010

POSESIF

Posesif...
Benarkah dia merupakan satu kata yang menunjukkan bahwa kita memang benar-benar mencintai pasangan kita?

Sifat yang dimiliki oleh seorang posesif, mungkin bisa dilihat bagaimana cara dia memperlakukan kita.

Bahkan, bisa dipastikan, dia selalu mengatur pasangannya untuk tidak bergaul dengan lawan jenis.

Kayanya ribet juga ya, kalo pasangan kita memiliki sifat posesif.
Dia beranggapan bahwa kita hanya miliknya, dan harus selalu menuruti setiap perkataannya.

Sepertinya tidak ada kepercayaan yang diberikan oleh sang posesif bagi pasangannya.

Pergaulan juga sangat-sangat dibatasi. Pokoknya over protected lah :P

Diharapkan yang mempunyai pasangan yg posesif ataupun dirinya sendiri yang posesif : Bisakah menyesuaikan diri pada situasi yang dipersembahkan oleh si posesif, sebagai konsekuensi logis dari relationship yang dijalani.

Selasa, 23 November 2010

Saat Kehilangan Itu Harus Terjadi

Tak seorangpun yang ingin kehilangan. Apapun itu, termasuk di dalamnya kehilangan berupa materi, atau bagian tubuh kita yang harus diamputasi, atau orang-orang yang kita cintai.

Apa yang telah kita miliki, patutlah disyukuri dengan segenap hati kita, sekaligus sebagai bentuk penghargaan atas segala hasil jerih payah kita.

Sangat bisa dibayangkan, jika satu benda *dalam hal ini hp* yang kita sayangi (karena dia merupakan hasil dari upah keringat dan pemikiran kita), tiba-tiba hilang karena dicuri oleh seseorang.

Pastilah hati menjadi geram, gondok, kepala menjadi panas bagai terbakar api karena emosi yang tiba-tiba melonjak naik. Amarah yang amat tinggi. Panik, karena hp itu bukan hanya sekedar hp saja. Tetapi banyak data yang tersimpan di sana. Belum lagi harus mengurus nomor ke gerai provider kita untuk mencegah penyalahgunaan dari nomor yang tertanam di handset yang telah hilang itu.

Maka, sangatlah wajar jika perasaan itu kemudian muncul. Sangat manusiawi dan tak menyalahi peraturan manapun. Mungkin kalo ketemu sama pencurinya, bakal langsung dihajar habis-habisan sampai babak belur.

Tapi, aku percaya padamu. Bahwa kau yang sedang tertimpa musibah dari peristiwa kehilangan ini tidak akan menghakimi dan menghajar pencurinya hingga mampus.
Aku yakin, kau akan bertindak elegan, bijaksana, dan smart. Meski senyummu tak bisa tampak karena berbagai rasa yang berkecamuk di dalam batinmu.

Rejeki yang sudah berubah bentuk menjadi hp itu, kini telah hilang.
Saatnya berpasrah dan mengambil inti hikmah pelajaran dari kejadian ini. Luruhlah dalam keheningannya. Mau tak mau, suka tak suka, kita harus berusaha agar tidak mempunyai prasangka buruk. Biarlah Tuhan mengganti yang hilang itu dengan hp yang lebih bagus. Aku yakin itu...:)



*bwt embun pagiku dan teman-teman yang sedang kehilangan krn pencurian..kamu harus janji, kalo akhirnya pencuri itu ketemu, kamu jangan dendam sama dia ya...aku ngerti perasaanmu (cacian dan makian memang pantas didengar sm dia). Tapi jika harus memilih, selesaikan semua dng cerdas. I trust you...!

Selasa, 16 November 2010

BEHAVE

Orang-orang bijak mengatakan bahwa manusia adalah tempatnya salah. Di dalam kehidupan ini, tidak ada satu manusiapun yang tidak berdosa.

Kita sering lupa untuk bersikap. Bukan untuk mengagungkan dan menyombongkan diri sendiri, tetapi lebih pada menghormati dan memelihara apa yang telah diberikan oleh Tuhan.

Dalam keseharian hidupku, aku tengah dan masih terus  BELAJAR mengambil hikmah yang tersembunyi di balik peristiwa apapun juga. Aku berhak bersikap jika ada temanku yang dirasa pemikiran dan sikapnya sudah tidak relevan lagi denganku. Bukan mencari siapa yang benar dan siapa yang salah. Aku TIDAK berhak menghakiminya; karena aku bukan hakim. Aku juga tidak membencinya. Karena pribadi seseorang hanya milik Tuhan, sehingga hanya Tuhanlah yang paling mengetahui pribadi seseorang tadi, mengapa ia mempunyai pemikiran seperti itu dan sehingga ia pun bersikap seperti itu, yang notabene sudah tidak sejalan lagi denganku. Sekali lagi aku TIDAK BERHAK untuk menghakiminya.

Sikapku jika aku sudah merasa tidak cocok lagi dengan temanku, aku menjauhi dia, tapi tidak meninggalkan dia. Masih ada say hello yang wajar dan bukan berarti aku sudah tidak mempedulikannya lagi. Daripada aku berdebat menyoalkan sikapnya yang sudah tak cocok lagi denganku...? Jawabannya adalah Capek Deeeehhh...!

Suami isteri aja bisa cerai, dengan alasan sudah tidak ada kecocokan lagi di antara keduanya. Apalagi hanya sekedar temen... Biarkan dia eksis dengan kesukaannya yang telah dibangunnya dengan susah payah. Jika pandangan kita sudah tidak bisa diterima dengan baik oleh dia, ya sudah. Toh di dalam kehidupan ini tak selamanya niat baik bisa diterima baik pula oleh orang lain. Karena perbedaan pemikiran yang menyebabkan itu ada. Sadar akan perbedaan itu, dan sadar akan langkah-langkah yang telah dipilihnya.

Aku ingin menanggapi apapun juga dengan netral. Meski demikian, aku berhak juga mengemukakan pendapatku yang akhirnya menjadi sikapku. Hidup ini pilihan, dan pilihan hidup tidak selalu sama dengan yang diharapkan. Itu sudah menjadi hukum alam yang mau tidak mau harus kita jalani.




* Bwt temen2ku yg masih dalam masa transisi, jangan takut bwt bersikap...yuk kita hargai saja masing-masing pilihan hidup yang telah dipilih, dan lihat apa yang terjadi nanti hihihi...:P

Jumat, 12 November 2010

Sayang, Dengarkanlah

Sayang, dengarkanlah...

Aku tak setiap saat selalu ada di sisimu
Namun, bawalah sebentuk cinta ini saat kau pergi
Untuk selalu menjadi penghiburanmu di saat kau merasa sepi dan sendiri

Bawalah senyum terindahku
Untuk selalu menjadi pengobat rindumu, pun di saat kau sakit; ia kan memberikan kesembuhan bagimu

Dengarkanlah dengan telinga hatimu...
Bencana akan selalu datang dengan tiba-tiba
Bawalah barisan doa manis ini, sebagai perisai tubuh dan jiwamu
Agar kau senantiasa terlindungi dari marabahaya

Dia bukanlah mantera-mantera, tetapi kalimat-kalimat yang kan selalu membantumu untuk menghubungkanmu dengan Tuhan yang menciptakan segenap alam ini
Berdoalah penuh hormat dengan kerendahan hati yang padat penuh kasih
Pasrahkanlah seluruh jiwa dan tubuhmu dalam pelukanNya, saat kau mendaraskan doamu...

Tersenyumlah kepada alam yang menaungimu di manapun kau jumpai pepohonan dan ilalang
Bunga-bunga dan pohon-pohon buah
Basuhlah wajahmu di sungai bening itu
Hiruplah udaranya dengan tanpa ragu

Saat kau temukan satu pohon kecil itu rebah, bangkitkanlah dia seraya kau katakan bahwa kau mencintainya dengan setulusnya jiwamu

Saat kau lihat ada berjuta sampah yang mengenainya, bersihkanlah tempat itu dengan santun, seraya kau katakan bahwa kau amat menyayangi tempat itu...

Hendaknya, kuburkanlah sampah-sampah itu, dan jangan kau tabur di jalanan

Saat kau melihat hewan yang terjepit oleh kayu tumbang, tolonglah dia dengan kasih sayangmu, seraya kau katakan bahwa kau akan selalu merindukannya...

 Sayang, dengarkanlah
Saat kau jumpai tanah baru bagimu
Bersimpuhlah dan kecuplah ia
Sebagai tanda bahwa kau menginjaknya dengan penuh cinta dan rendah hati
Sebagai tanda syukur atas perlindunganNya hingga kau tiba di tempat itu

Titipkanlah dirimu seutuhnya pada alam barumu
Sebagai pengingat bahwa kau akan mengenangnya di sepanjang hidupmu
Menitipkan dirimu, bukan dengan menjadi seorang penjilat...!!!

Menarilah jika mereka sedang menari, setidaknya kau menikmati setiap gerak dan irama mereka dengan suka cita sewajarnya
Berdukalah jika mereka sedang berduka karena apapun juga, namun jangan sampai kau keluarkan air matamu...
Cukuplah wajahmu yang bicara bahwa kau ikut berduka

Jagalah setiap perkataanmu, karena ia yang akan menyelamatkanmu
Karena perkataanmu merupakan isi dari pikiran dan niatmu

Camkanlah semua itu sayang,
Aku tak pernah sekalipun mengajarimu hal-hal yang membuat dirimu sombong dan tak punya sikap

Jadikanlah alam dan orang-orang yang kau jumpai di sana mencintaimu dengan tulus, karena kau telah melakukannya terlebih dahulu; yakni mencintai dan menyayangi mereka dengan segenap hatimu, dengan segenap kejujuran yang kau punya

Di sanalah, Tuhan akan tersenyum mesra kepadamu, karena kau telah mengindahkan kehendakNya...

Dan...
Jika telah usai apa yang harus kau lakukan
Kembalilah kau dalam pelukanku...
Aku akan mengecup wajahmu dengan penuh kerinduan
Setelah sekian waktu jarak berhasil membuat kita hanya saling berangan



* tertawalah dengan ikhlas saat domba-domba itu memakan pakaianmu; jangan kau usik mereka...
janganlah pula kau bersungut-sungut karena peristiwa itu, karena kau telah menjadi berkat buatnya

Rabu, 03 November 2010

Terlambat

Penyakit lupus menyerang bocah cilik berusia 8 tahun. Ria, bocah lucu dan menggemaskan itu telah dua tahun terakhir divonis memiliki virus itu di dalam tubuhnya.

Dua bulan kemarin, ia sempat sembuh setelah beberapa lama dirawat di rumah sakit. Namun tiga hari kemarin ia harus dirawat lagi di sebuah rumah sakit, dan memerlukan darah sebanyak 20 labu untuk golongan darah O. Dokter yang merawatnya mengatakan bahwa di dalam tubuh Ria telah terdapat virus yang bernama rubela *sori kalo cara nulisnya salah*, virus yang disebabkan oleh kucing.

Kami, teman sejawat dari tantenya siang ini akan ikut serta menyumbangkan darahnya. 3 rekan, tidak termasuk aku, karena aku beda golongan darahnya. 

Rencana setelah makan siang, teman-temanku akan ke PMI Jl. Aceh untuk menyumbangkan darahnya. Tetapi, rencana tinggal rencana. Tuhan sudah mengambil Ria sebelum teman-teman memberikan sedikit darahnya.

Terlambatkah untuk memberi pertolongan? Kupikir Tidak. Dengan niat tulus dan suci untuk membantu sudah boleh dibilang bahwa teman-teman sebenarnya telah membantu. 

Penderitaan Ria di dunia fana ini sudah berakhir. Semoga Ria boleh menjadi jiwa yang menempati surga. Amin.

Negeri Tirai Gaib : Indonesia dan Sejarah Terbentuknya

Pada saat Indonesia masih belantara, gelap pekat dengan hutan-hutannya yang sangat lebat dan tanpa berpenghuni. Belum bisa untuk dilewati, apalagi untuk dapat dijadikan pemukiman yang bisa dihuni dan ditinggali, khususnya di Tanah Jawa.

Berawal dari sanalah sang pecinta kehidupan ini hadir untuk membangun sebuah kehidupan baru agar bisa dihuni oleh manusia. Dengan penuh kewaskitaan dan kharisma, mereka mendirikan perkampungan, ladang, kebun, sawah, bahkan kerajaan-kerajaan dengan candi-candinya sebagai saksi sejarah pada masa itu.

Bukan tanpa resiko mereka membangun semua itu, karena sang gaib yang tinggal di sana sangatlah sangar, banyak dan kuat. Sehingga untuk dapat menembus barisan sang gaib yang sangar dan kuat serta banyak tadi, diperlukan keseimbangan antara kekuatan otak, batin, dan lahirnya. Banyak para tokoh yang akhirnya bisa berkomunikasi dengan alam jin dan bangsa gaib lainnya untuk mewujudkan niat mulia itu. Bahwa Indonesia, harus bisa ditinggali dengan nyaman sehingga bisa tercipta kedamaian, adil, sentosa, dan makmur.

Berkomunikasi dengan para gaib di masa itu, bukan bermaksud untuk menyembah mereka. Tetapi hal itu dilakukan agar terbentuk rasa saling menghargai di antara dunia yang berlainan alam ini.
Untuk membentuk sebuah komunikasi dengan alam lain ini, tentu diperlukan suatu ilmu. Karena, ilmu tanpa keyakinan tidak akan bermakna. Demikian juga sebaliknya, keyakinan tanpa ilmu yang cukup tetap tidak akan berguna.

Menghargai alam semesta Indonesia yang tercakup di dalamnya adalah gunung-gunung dan lautan, serta tempat-tempat lainnya. Nenek moyang kita telah melakukan itu; bagaimana harus bersikap dengan mereka, sang alam.

Telah terbentuk sebuah komunikasi antarduadunia. Dunia nyata dan dunia gaib. Mereka ingin alamnya yang berlainan itu tetap terpelihara dengan maksud untuk saling meyelaraskan diri.

Mungkin jika digambarkan, tak jauh beda dengan dunia nyata dan dunia maya. Sebaiknya tetap saling menghargai. Karena di sana sama-sama terdapat jiwa yang bernafas, berilmu, berakal. Dengan cara berpikir masing-masing untuk tetap menghadirkan yang terbaik bagi sesamanya di manapun berada.

Dari sana para leluhur kita memulai kehidupan baru. Sebuah awal yang membuat negeri ini kaya dengan kebudayaan serta keberagamannya dengan berbagai makna pula yang tersirat, juga terdapat ilmu pengetahuan, dengan ilmu untuk batinnya pula.

Cara pandang bahwa kita memuja gunung atau laut adalah salah besar. Adalah sebuah bentuk syukur jika setiap tahun misalnya diadakan Pesta Syawalan di setiap laut yang merupakan pesta bagi para nelayan pula. Sekali lagi, BUKAN untuk menyembah mereka : sang gaib yang ada di sana. Tetapi menghargainya, seraya bersyukur pada Tuhan Yang Maha Kasih atas rejeki yang telah dilimpahkanNya. Hanya SANG MAHA GAIB saja yang kita sembah dan puja.

Karena, mau tidak mau, atau suka tidak suka, kita hidup berdampingan dengan dunia itu. Sebuah dunia yang telah diciptakan oleh Tuhan, yang menciptakan kita pula.

Jadi, menurutku seorang pemimpin di negeri ini, haruslah mempunyai ilmu tersendiri untuk menyimak dunia gaib itu. Sanggup memimpin bukan hanya bagi rakyatnya saja, tetapi sanggup meyelaraskan apapun yang telah diciptakan oleh Tuhan; manusia, alam, dan alam lainnya, dengan menghargai karena mereka memang ada.

Tengoklah misalnya pada masa pemerintahan Pak Karno dan Pak Harto, terlepas dari gaya kepemimpinannya. Jarang sekali ada bencana kan? Karena di dalam masa kepemimpinannya, mereka menghargai dunia gaib itu sehingga menjadi selaras dengan manusia untuk menghasilkan yang terbaik sebagai warisan leluhur bangsa ini.

Kekuatan otak, kekuatan lahir belumlah cukup untuk bisa memimpin Indonesia Raya ini. Ada tuntutan lain yang diperlukan untuk menjadi seorang pemimpin sejati di negeri ini, adalah kemampuan batin yang mumpuni untuk mendukung keselarasan antara dua dunia, dan alam, demi rakyat dan negeri tercinta ini.

Sadar bahwa terbentuknya negeri ini berbeda dengan negeri lain. Tidak bisa disamakan dengan negeri lain yang hanya mengandalkan kemampuan logisnya saja.

Itulah warisan leluhur kita yang membuka Indonesia dengan segenap kemampuannya. Ada baiknya kita memeliharanya agar tercipta Indonesia Raya yang sesungguhnya, sehingga sanggup menjadi mercusuarnya dunia!

Selasa, 02 November 2010

sensasi kecut




Jalan-jalan ke sekitar Dago saat istirahat kantor... Di sana terpampang jelas "Columbia Youghurt" dan membuat kami ingin menikmati sejenak yoghurt ala Columbia ini.
Setelah melihat menunya, kamipun sepakat untuk memesan es krim yoghurt kombinasi diantaranya ada rasa vanila, coklat, dan strawberry dalam satu cup.

Di dalam bayangan kami, yoghurt yang cair dengan es krim terpisah. Jadi kayak minuman float gitu.. Tapi ternyata, dia berbentuk padat seperti es krim, dengan tiga rasa itu. 

Hoalaaaahhh...kecutnya minta ampun...ahahaha... Ga ada manis-manisnya... Kamipun tergelak tertawa lebar karena salah duga... Sayang, ga ada ekspresi wajah-wajah kecut yang bisa ditampilin di sini.. Tapi pasti bisa terbayangkan ya...hehehe
***


* Di dalam kehidupan ini, banyak terjadi kesalah pahaman. Sama halnya saat kita mengira sebuah makanan atau minuman. Sepele memang... Tetapi di sana bisa diambil satu pelajaran bahwa sebaiknya kita bertanya kepada yang lebih mengerti untuk mengetahui segala yang sebenarnya belum diketahui.

Sabtu, 30 Oktober 2010

Purna Bakti

Kehidupan ini berawal dari cinta, tumbuh, dan berkarya demi sesama dan perbaikan kehidupannya.

Berkarya mengikuti panggilan Ilahi, sesuai dengan titahNya. Bukan hanya untuk memuliakan dirinya sendiri, namun terlebih memuliakan tugas, titah, dan panggilan hidupnya.

Detik demi detik diisi oleh totalitas karya. Fokus dan tekun. Tak terelakkan lagi, bahwa karya itu pada akhirnya menjadi sebuah jiwa. Bukan juga berarti mendewakan karya itu. Namun, tanggung jawab di dalam karya itulah yang menjadi konsekuensi logisnya.

Sekali lagi, hidup berawal dari cinta. Menjalani hidup penuh syukur dan cinta pula. Berkarya dengan cinta dan sayang. Bertutur kata dan bersikap dengan hati. Jiwa yang tulus dan ikhlas mendukung setiap karya kita. Menjadikan senyum keindahan tersendiri di wajah kita di setiap waktu.

Manusia adalah pahlawan bagi kehidupannya sendiri. Seperti Raden Mas Ngabehi Soerakso Hargo atau sering disapa Mbah Maridjan. Ia dengan penuh tanggung jawab mencintai dan menyayangi karyanya. Totalitas yang tinggi dan teguh. Kukuh dan ikhlas. Menjaga Merapi yang suatu saat bisa mengambil nyawanya jika Merapi tengah 'membangun' untuk dirinya sendiri dan untuk manusia sekitarnya. Ia harus siap setiap saat untuk meleburkan tubuh dan jiwanya di pelukan Merapi.

*entah mengapa, tiba-tiba aku terhenti menulis di sini dan menangis...*

Sekitar sepuluh menit lebih, aku bergelut dengan air mata dan ingusku yang keluar begitu saja... Mengalir... Duuhhh... Kenapa ini...?

Baiklah, aku lanjutkan lagi ya menulisnya...

Merapi yang agung, gagah, dan perkasa. Tak banyak menuntut, tak banyak meminta. Ia hanya ingin mengembalikan segalanya yang telah hilang. Ia ingin menyediakan kembali bagi manusia, demi kehidupannya.

Itulah satu sisi, mengapa Mbah Maridjan begitu loyal dalam karyanya. Itulah jawaban, mengapa Mbah Maridjan begitu ingin meleburkan jiwa dan raganya di sana. Apapun yang terjadi, ia akan tetap tinggal di sana, tak akan pernah goyah untuk turun gunung. Itulah cinta dan keteguhan yang tulus dibalik karyanya. Kesederhanannya demikian menonjol. Demikian dominan, melebihi nafsu duniawinya.

* Seandainya Mbah Maridjan mau mengajak warganya untuk turun gunung, tapi karena tugas dan tanggung jawabnya, maka dengan diam-diam kembali lagi naik ke atas, mungkin korban jiwa tak akan sebanyak ini. Tapi semua itu sudah ada yang mengaturnya... Maaf, ini hanya sebatas pengandaianku...

Pahlawan kehidupan Yuniawan Wahyu Nugroho atau sering disapa Wawan. Dedikasi untuk karyanya sangat mengharukan. Ia gugur dalam tugasnya. Demi cintanya pada sang kehidupan, ia rela bertaruh nyawa.

Ketulusan hati, kerendahan hati, keteguhan, dan kesederhanaan sangat jelas tergambar pada dua pahlawan kehidupan ini. Keteladanannya demikian menusuk di dadaku. Hingga air mataku mengalir untuk beberapa saat lamanya.

Selamat jalan Mbah Maridjan, selamat jalan Wawan...

Selamat jalan para pahlawan kehidupan...

Beralihlah dari dunia fana ini menuju dunia kekal dengan tenang dan penuh suka cita. Purna baktimu telah tiba untuk selama-lamanya. Bakti yang tulus telah menjadi saksi ukiran dirimu di sepanjang hidupmu, menjadi prasasti sejarah hidupmu untuk selamanya.

Aku juga berdoa untuk korban-korban lainnya saat meletusnya Gunung Merapi. Korban-korban tsunami di Mentawai. Juga korban-korban banjir di Wasior. Kalianlah para pahlawan kehidupan yang sesungguhnya bagi negeri tercinta ini.

Semoga Tuhan memberikan surgaNya untuk kalian. Karena semua terjadi berawal dari cinta, dan berakhir pula karena cinta. Amin...



* Akhirnya bisa nyelesein juga..mhhh..sedih banget rasanya..

** Sumber tentang Mbah Maridjan diambil dari Belantara Indonesia
Terima kasih ya inspirasinya...:)

Selasa, 26 Oktober 2010

Komitmen



Satu kata : komitmen...

Membuat segalanya menjadi cerah ceria, manakala kita membutuhkannya dan ternyata ia telah berada  melekat di hati dan ada pada sikap kita. Tak pduli untuk siapapun dia; sesama, teman, atau orang-orang terdekat kita.

Begitupun di dunia blogging kita, sengaja atau tidak sengaja *tapi bagiku sih ini sebuah dampak dari blogging yang ga sengaja, karena aku menyadarinya setelah mempelajari dari behave temen-temen blogku* ternyata berawal dari semua ini, bisa menumbuhkan sebuah komitmen yamg berjalan dengan sendirinya dan berkembang.

Dari sana, aku bisa belajar menghargai konten orang lain, karena konten kita juga telah demikian rupa dihargai olehnya.
Gaya masing-masing personal dalam behave-nya pasti berbeda-beda. Ada temen yang langsung membabat habis setiap konten yang dipublish dalam sekali kunjungan meski ada beberapa postingan yang telah dipublish dalam satu hari itu,  ada pula yang meski aku telah publish beberapa postingan, tapi tetap saja yang dibaca hanya bagian yang terbaru saja. Namun, ada juga yang membaca beberapa yang dianggapnya menarik. Aku sangat terharu mendapati hal seindah ini.

Aku sungguh bersyukur memiliki teman-teman blogging yang disadari atau tidak, telah membawa banyak pembelajaran buatku. Saling support sungguh sangat penting, dimanapun kita berada untuk menunjukkan betapa kita saling peduli, saling memperhatikan, dan saling memberikan keberadaan kita buat teman-teman kita, dalam hal ini di dunia blogging.

Terlepas dari cara dan gaya dari teman-teman, aku hanya ingin mengatakan, bahwa aku sayang kalian... Dari kalian, aku telah banyak menemukan banyak sekali pembelajaran, hikmah, dan kebersamaan, meski kita tidak pernah saling bertemu. Tapi ada kekuatan positif di sana untuk saling membangun, yang kiranya hal-hal positif di sini, bisa dibawa ke dunia off kita. Salah satunya rendah hati dan ketulusan...

Minggu, 24 Oktober 2010

Egois

Aku kadang berpikir, mengapa di dalam diri manusia diselipin sifat egois oleh Tuhan? Tapi sampai detik ini, aku ga tau musti jawab apa. Yang jelas, egois itu sifat yang bener-bener bikin senep. Apalagi kalo udah pada peringkat egosentris. Sifat yang satu ini udah egois, eh ditambah pengen diperhatiin lebih sama orang-orang di sekitarnya. Apa ga bikin mual tuh, kalo udah ngadepin orang yang kaya gitu..?

Manusia telah banyak berbuat egois. Jika manusia mampu meninggalkan sifat yang satu ini, aku yakin alam dan seluruh isi bumi ini bener-bener bisa terpelihara dengan cantik, harmonis, dan indah. Bakal ga ada tuh yang namanya koruptor. Ga akan ada tuh yang pergi studi banding jauh-jauh ke Yunani hanya untuk belajar etika. Apa Indonesia udah demikian parah ya..? Ampe ga tau yang namanya etika? Kalo belom pernah tau yang namanya etika, belajar aja ke abdi dalem di keraton-keraton... Etika macam apa yang mereka cari, ampe sebegitu harus pergi jauh...?

Kadang, jika egois dan egosentris sudah bersarang dalam otak kita, maka kita dengan mudah bisa lupa akan sikap kita, lupa bagaimana harus bersikap. Semua ngawang-ngawang. Tidak membumi, jauh dari rendah hati.

Jika sudah mulai merasakan egois, bahkan egosentris, harap segera kunjungi tempat spa...halah..*ga  nyambung - sambungin aja ya*...biar bisa lebih rileks lagi, dan  lebih nyaman. Karena di dalam sifat egois, bisa membuahkan perasaan angkuh dan sombong, yang akhirnya bisa melupakan Sang Sumber Hidup...


* Egois bisa terjadi dimanapun kita berada. Ia selalu mengikuti kita saat off maupun on kita. Waspadalah...:)

Senin, 18 Oktober 2010

Ketika Keindahan Itu Bernama Bunuh Diri

Menurut penelitian, angka bunuh diri di Indonesia telah mencapai 50.000 orang. Memang tak sebesar angka di Amerika, yang mencapai 900.000 orang. Kejadian bunuh diri di Indonesia , kebanyakan berkisar antara 13 hingga 23 tahun. Biasanya masalah yang sering membuat terpikirkan untuk bunuh diri adalah karena merasa terkekang, merasa terhina, masalah perekonomian, dan masalah percintaan. Tapi, kemarin dijelasin juga lho, kalo anak kelas 2 Sekolah Dasar pun, telah tega membunuh dirinya sendiri, karena terhina oleh kata-kata gurunya.

Kasus bunuh diri ini tak bisa lepas dari peran orang tua. Orang tua tak boleh merasa capek, jika anaknya ingin bercerita. Karena komunikasilah hal yang paling penting untuk mencegah adanya bunuh diri. Pendidikan moral dan agama memang benar-benar harus ditekan bagi anak-anak generasi muda kita.

Untuk mengurangi kasus bunuh diri ini, telah disediakan layanan masyarakat, namun layanan ini belum begitu dikenal. Ini dia link nya http://www.janganbunuhdiri.net. 

Semoga upaya ini dapat memperkecil kasus bunuh diri yang ada di Indonesia.


* Inspirasi dari acara Kick Andy.

Minggu, 17 Oktober 2010

Yang Muda Yang Mulia

Satu sosok tersenyum dengan bibir merahnya, dan pipi yang merona dalam kebahagiaan materinya. Ia tak pernah melupakan kodratnya, bahwa berbagi adalah sebuah kodrat mulia; teramat mulia. Berbagi kasih, dan berbagi perhatian pada kaum yang lemah, tak berdaya. Terlindas oleh beban kehidupan yang demikian menghimpitnya.

Senyumnya semakin melebar, ketika ia bisa mengadopsi seorang bayi perempuan mungil yang lucu, cantik, dan sehat. Ia tak kan pernah menyesal bahwa keputusannya, karena merawat bayi ini akan membuatnya semakin dewasa dan mengerti akan kehidupan yang keras ini.

Materi tentu bukanlah hal yang sulit baginya. Ia bahkan berkelimpahan, meski tak sebanyak para pejabat atau pengusaha kelas kakap lainnya. Dari uang jajan yang diperoleh dari orang tuanya, ia simpan dan kemudian lama kelamaan ia pun bingung, hendak diapakan uang sebanyak *menurut ukuran dia* itu. Maka, terlintaslah ide mulia itu. Yaitu mengadopsi seorang bayi yang berasal dari keluarga yang tidak mampu.

Dengan kasih sayang yang tulus, meski ia masih kuliah, ia dengan sabar dan telaten mengurus bayinya dengan riang. Meski dia masih berstatus wali untuk anak itu (karena ia belum menikah, sehingga orang tua angkatnya masih memakai nama kedua orang tuanya).

Sekarang, bayi itu telah tumbuh menjadi seorang batita yang sehat dan cerdas. Kesabarannya tak sia-sia. Ia telah menunjukkan betapa berharganya bila bisa berbagi. Dengan kesederhanaan jiwanya, meski ia memiliki materi yang berlimpah, namun ia tetap bisa peka dengan keadaan lingkungannya. Lingkungan yang kini membesarkannya. 

Satu pelajaran yang berharga yang diperoleh dari obrolan ringan sore itu. Berbagi bagai setitik embun turun bagi orang yang benar-benar membutuhkannya. Berbagi membuatnya bahagia, karena ia bisa membahagiakan sesamanya dengan berbagi, sesuai dengan kapasitas dan kemampuannya.


* Pastinya, banyak di antara kita yang telah mengadopsi anak yang berasal dari keluarga yang tidak mampu. Ini bukanlah satu-satunya guru, namun telah dapat membuka pintu salutku buat dia, karena aku mengenalnya. Salam salut pula bagi teman-teman yang telah menjalani hal ini... Tuhan pasti membalas segala kebaikan kita dengan berkatNya yang tak pernah pudar...:)

Jumat, 15 Oktober 2010

One Day No Rice




Seperti yang kita tahu, bahwa makanan pokok rakyat Indonesia adalah nasi. Himbauan pemerintah saat ini untuk rakyatnya adalah agar dalam satu bulan, ada satu hari kita tidak makan nasi.

Alasan adanya himbauan ini bertujuan untuk diversifikasi pangan. Nasi, bisa dialihkan ke singkong, jagung, sagu, ubi, dan lain sebagainya. Ini dilakukan, agar kita bisa menghemat beras. Karena semakin berkurangnya lahan sawah yang telah berganti menjadi perumahan, mal, atau pembangunan apapun itu.

Mmhhh.. Apa ga kebalik ya...? Pembangunan mal sebaiknya dipangkas agar lahan padi tetap terpelihara. Dan jika nanti beneran beras sudah tidak ada lagi dan digantikan pada makanan lain seperti yang disebutkan di atas, apa ga nambah boros...? Misalnya rakyat jadi memilih untuk membeli ayam goreng cepat saji tanpa nasi, atau beli roti, atau burger, dan sebangsanya. Karena toh sama aja kan.. Dengan singkongpun, rakyat Indonesia ga akan pernah merasa kenyang, sebelum makan nasi.

Entahlah... Makin ke sini koq kayanya Indonesia ini semakin 'indah'... Akupun semakin menganehinya...dengan segala yang terjadi... Maunya menyelesaikan masalah, tapi malah menambah persoalan yang baru lagi.

Kamis, 14 Oktober 2010

kenikmatan di era globalisasi

Di setiap dimensi kehidupan ini, pastilah mengalami perkembangan, mengalami kemajuan. Hal ini tidak dapat dipungkiri lagi bagi seluruh makhluk hidup di dunia ini.

Seperti halnya masalah transportasi. Jika dulu jarang sekali angkutan kota. Namun, seiring perkembangannya, maka trayek-trayekpun ikut bertambah. Lokasi yang dulu tak bisa dikunjungi, sekarang bisa dengan mudah digapai.

Demikian juga dalam bidang teknologi informasi. Handphone bukan menjadi barang yang istimewa, dan dalam perkembangannya, dia mengalami kemajuan yang pesat. Segala aktivitas juga bisa dilakukan di dalam genggaman kita. Mau mengucapkan selamat hari raya, atau ulang tahun, bahkan urusan banking pun sudah bisa dilakukan dengan jemari-jemari kita melalu ponsel ini.

Ada lagi perkembangan untuk masak memasak. Jika dulu, meracik bumbu dengan susah payah kita menumbuk di atas cobek tanah liat kita. Untuk mendapatkan santan, kita harus melewati beberapa proses. Kelapa diparut dulu, kemudian diperas.
Di jaman ini, kita bisa dengan mudah mendapatkan bumbu untuk memasak. Mulai dari bumu nasi goreng, opor ayam, sayur asem, sampai sop. Juga untuk santan, sekarang kita bisa dengan mudah mendapatkan santan siap saji.
Betapa mudah dan membuat kita manja...

Jika dulu, kantor-kantor hanya memiliki tangga untuk naik ke lantai atas. Masih sangat jarang akan penggunaan lift atau eskalator, namun sekarang banyak dijumpai di mal-mal pun di kantor-kantor.

Semua perkembangan tentunya dimaksudkan untuk berbagai kemudahan.

Dapat dibayangkan kehidupan jaman dahulu dengan sekarang. Semua dilakukan dengan cara manual. Harus capek dan berkeringat. Silaturahmi juga harus dilakukan face to face, karena belum ada fasilitas komunikasi yang memadai dan mendukung.

Mungkin, sekarang ini kita hanya bisa berkeringat saat kita sedang makan saja. Kecuali kita sengaja berolah raga untuk membuang kalori kita.

Itulah dampak dari kenikmatan di era sekarang ini; era globalisasi...

Jumat, 08 Oktober 2010

Saat Ketakutan Akan Tuhan Terkalahkan Dengan Ketakutan Kepada Orang Terdekat

Tuhan adalah Sang Ilahi, Sang Maha Gaib. Tak ada satupun makhluk yang sanggup memandang wajahNya. Meskipun kita dengan segala keterbatasannya tak sanggup memandangNya, namun Ia bisa dipastikan melihat dan hadir di tengah-tengah kita. 

Tersenyum saat melihat tingkah polah kita yang kadang lucu di hadapanNya. Terharu saat Ia melihat kita dengan tekun menjalankan apa yang diperintahkanNya. Terluka hatinya saat melihat umatNya saling rebut kekuasaan, melakukan pembunuhan, dan tak mengindahkan lingkungan, di setiap relung penciptaanNya.

Tak jarang, karena KegaibanNya, Ia sering dilupakan manusia. Saat seorang isteri merengek ingin memiliki sesuatu yang sangat mahal harganya. Sebuah harga yang tak sanggup dijangkau oleh suaminya, sehingga ia dengan segenap pikirannya ingin mengabulkan permohonan orang yang ia kasihi di dunia ini. 

Sering pula, karena ingin dibilang mengayomi, melindungi, maka sang suamipun kemudian berselingkuh. Ia tak pernah berkeluh kesah kepada orang yang sangat ia cintai itu. Lalu kesulitan demi kesulitanpun menghantam ia, sang kepala rumah tangga. Menumpuk, dan tak bisa satupun yang bisa diuraikan lagi.

Dalam kasus ini, betapa jelasnya bahwa ketakutan akan Tuhan sudah hilang, menguap entah kemana. Karena desakan orang yang terkasih, ia tak segan-segan menjadi seorang koruptor. Pun dengan membiarkan dirinya diliputi oleh kesulitan-kesulitan yang menderanya. Karena ingin terlihat gagah di depan orang yang ia cintai, maka kesulitan itupun dikeluhkan pada orang lain, yang akhirnya orang lain yang tak tahu apa-apa bisa saja menjadi korbannya, karena keluhannya juga masih muter-muter di masalah keuangan. Akhirnya, karena takut ketahuan pasangannya, ia pun tak membayarkan hutang yang sudah kadung terbentuk. 

Senin, 04 Oktober 2010

hutang jilid 3 : sampai kiamat hutang akan tetap menjadi hutang

Dalam ajaran agama manapun juga, yang namanya hutang harus dan wajib untuk dibayar. Agama  mengajarkan bahwa yang namanya manusia tak boleh berhutang; bukan berarti manusia tidak boleh untuk ngutang. Tetapi, tidak boleh ngemplang, tidak boleh jeblug.

Niat baik untuk membayar hutang harus menjadi sebuah niat yang benar-benar kuat dan ikhlas, bahwa seharusnyalah kita tidak merugikan orang lain.Setidaknya, aku pernah mengalami hal ini, sehingga ada perasaan tertipu. Ada perasaan kapok untuk berbuat baik lagi; yaitu menolong sesama yang membutuhkan pertolongan.

Alih-alih membayarkan hutangnya, eh malah membeli sebuah mobil baru. Ga peduli mobil second atau first, tapi yang kuherankan adalah.... Mengapa tak segera membayarkan hutang yang sudah punya sebuah rentang waktu hampir satu tahun, sementara ia bisa membeli sebuah mobil? Padahal, jumlah hutangnyapun tak sebanding dengan harga mobil yang dibelinya. Meski buatku, nominal yang ada padanya tak kecil pula jumlahnya. Apa ia selingkuh kata dari pasangannya, sehingga ia merasa takut ketahuan jika ia telah berhutang? Aahhh... Betapa kasihannya jika memang itu terjadi padanya. Di depan pasangannya saja ia sungguh-sungguh tak berdaya dan tak punya kuasa untuk mengeluarkan suara bahkan keinginannya; berikut segala kesulitan yang tengah dihadapinya. Mmhhh...betapa menderitanya, karena di keluarga kecilnya saja ia tak bermanfaat bagi dirinya sendiri, dan hanya terkesan egois, dengan menampilkan sesuatu yang nampak harmonis di depan orang banyak. Hanya nampak ideal di depan mata orang banyak. Sementara dalemannya............ (Mohon diisi titik-titik di samping ini-red).

Kalo anak kecil dengan usia hampir setahun, pastilah ada lucu-lucunya. Kita merasa terhibur dengan kehadirannya. Rasa capek, letih dan lelah lahir batinpun seketika hilang saat senyum lucu dan tingkah polahnya ada di depan mata. Nah, kalo hutang...? Semakin lama ga dibayar, malah semakin gondok, bikin segala rencana jadi hancur. Ditagih malah merasa ga enak dan bahkan balik marah. Terus apa maunya...?

Aku tahu, dengan ngomong atau menulis apapun juga, dengan bahasa santunpun tak kan pernah digubris. Mungkin seperti sudah kehilangan hati nuraninya. Tapi setidaknya agar cukup tahu, bahwa hutang itu tak kan pernah kulupakan sampai kapanpun juga. Biarlah nominal itu kuserahkan padaNya, Sang Empunya Kehidupan ini. Sang Empunya Jagat Raya ini. Yang selalu menyejukkan hatiku, pada saat-saat muncul sifat-sifat manusiawiku.




* Embun pagiku... Terima kasih... Karena senyummu telah meluluhkan kembali hatiku yang beku karena berbagai beban di pundakku...:)

Kamis, 30 September 2010

Test Keperawanan

Haha... Aku baru tahu (telat kali yeeee *halah*) kalo anggota DPRD Jambi meluncurkan idenya mengenai test keperawanan bagi calon pelajar SMU dan Perguruan Tinggi.

Mmhhh..kalo buat aku pribadi ni, kayanya wacana di atas ga adil deh.

Ga adilnya yang pertama... Masa cuma kaum cewek aja yang ditest, yang diperiksa...?
Terus, apa kabar dengan kaum cowok?

Ga adilnya yang kedua...
Kalo ternyata banyak kaum cewek yang udah ga perawan lagi, masa ga boleh sekolah...?
Apa kabar dengan UU yang mengatur hak untuk mendapatkan pendidikan yang layak bagi warga negara Indonesia.
Apa kabar dengan perjuangan RA. Kartini yang menggaungkan emansipasi wanita dalam karyanya Habis Gelap Terbitlah Terang...?

Kebayang, kebodohan lantas menjadi sebuah trend mark buat negeri ini.
Udah gitu, pasti sekolah-sekolah ga laku. Terus tar guru-guru, dosen-dosen, dan para pegawai tata usahanya pada nganggur... Sementara ni, ga bisa dipungkiri lagi bahwa kaum cewek lebih dominan daripada kaum cowok. Apa ga nambah rumit lagi tuh, kalo makin banyak pengangguran...?

Ga adilnya yang ketiga...
Faktor hilangnya keperawanan itu beraneka macam. Ga melulu karena faktor suka sama suka. Gimana kalo hilangnya keperawanan itu disebabkan oleh kecelakaan, karena olah raga, dan disebabkan oleh pemerkosaan...?
Apakah ga bakal jadi beban psikis buat mereka...?

Meski baru wacana, tetapi keliatannya wacana ini sudah menimbulkan kontra.

Lagi-lagi, peran orang tua yang harus mempertanggungjawabkan setiap kondisi anak-anaknya. Ga peduli anaknya cewek atau cowok. Hajaran pendidikan tentang agama dan moral yang bermula dari keluarga sebagai basis mungil ini, memang harus kuat, harus tangguh, harus perkasa, harus menjadi pedoman yang sangat berpengaruh bagi alam sadar maupun alam bawah sadar mereka.



* Adik-adikku sayang, tetep keep fight ya buat masa depan kalian sendiri...
Kalian mungkin udah bisa menilai kinerja dari generasi sekarang yang jadi pemimpin. Masa kalian nanti akan ga lebih baik daripada mereka...?