Tak pernah aku bayangkan, jika aku mempunyai sahabat yang sungguh sangat menghargai dan menyayangi aku tanpa melihat ras dan strata sosial. Aku juga sungguh bangga telah mengenal dia dan memilikinya sebagai sahabat. Bagaimana tidak? Dia yang setiap detik berhadapan dengan kemewahan, tetapi mau bersahabat dengan seorang sederhana sepertiku.
Hari demi hari telah melewatkan aku dan dia pada sebuah perjalanan yang sukar sekali dilupakan. Buatku, ia seorang sahabat yang mengesankan. Tak ada cacat cela menghampirinya. Dia selalu mengajari aku untuk tetap mempunyai pikiran yang positif dalam setiap kejadian, apalagi jika aku sudah demikian memperlihatkan sikap keminderanku di hadapannya. Jika sudah begini, ia dengan susah payah akan memberikan pemahaman dan pengertian yang akhirnya bisa membuatku untuk mengalah dengan meminta maaf kepadanya.
Malam itu pukul sembilan malam, ia bercerita tentang kekasihnya. Setelah sekian lama ia menghilang dariku. Ia menghubungi dengan suara kepedihan yang mendalam, bahwa ternyata kesetiaan itu susah didapat. Ia telah disakiti oleh kekasihnya. Di sinilah aku mulai merasa bahwa aku memiliki arti buatnya. Aku selalu menghiburnya dengan kasih yang aku punya. Mengerti dan memakluminya dengan ketulusan yang aku punya. Aku berdoa untuk kebahagiaan dan kesuksesannya, seperti saat ia lulus dari pasca sarjana dengan predikat summa cum laude. Aku sungguh terharu karena doaku untuknya telah terkabul. Tak terasa air mataku menitik perlahan, saat aku melihat ia mengenakan toga kebesarannya.
Kembali ia menghilang. Bisa dipastikan, bahwa ia sudah kembali berbahagia dengan kehidupan yang dijalaninya. Hingga ia kembali datang dengan membawa kepedihannya, aku kembali melakukan apa yang telah kulakukan kepadanya. Menghiburnya dan memulihkannya dengan ketulusanku. Berulang kali ia melakukan ini kepadaku. Datang dan pergi.
Kesabaran, ketulusan, dan doaku tak pernah berhenti buatnya. Sampai kapan pun! Sebab, ia telah membuatku cukup memiliki arti, setidaknya aku telah menyadarinya sampai detik ini bahwa inilah kekuatanku. Darinya aku telah belajar tentang makna kesabaran dan ketulusan. Dan itu, akan terus berakar di dalam hatiku, hingga aku tak merasakan kecewa dan kesakitan saat aku terlupakan.
Terima kasih atas pembelajaranmu, sahabat. Walau kini telah lama berlalu, namun tak akan pernah aku lupakan, meski kau sekarang telah melupakanku. Demi ketulusanku, aku tak ingin kau ingat. Aku hanya ingin bahwa kau tak kan pernah melupakan Tuhan Sang Pencipta alam semesta raya ini.
3 komentar:
wooww..tulus sekali mba.. terima kasih atas partisipasinya ya mbaa, aku masukkan inspirasinya ke list :)
Mbak, tulisan yang insfiratif tetnag makna persahabatan sejati, gudlak ya Mbak :)
Baca tulisanmu aku jadi inget sama cerita di Film "Dear Friend" Mbak... :) mungkin itu kenapa ada sebuah penelitian yang bilang, klo menggunakan waktu untuk persahabatan pasti akan menambah kualitas hidup, dan aku rasa itu bener... :)
Posting Komentar