Thanks for this day.. May God bless us everyone and everywhere..
Diberdayakan oleh Blogger.
Tampilkan postingan dengan label struggle. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label struggle. Tampilkan semua postingan

Kamis, 09 September 2010

cara membuat copet menggelepar

Kejadian ini pernah dialami oleh seorang tetanggaku, sebut saja Ibu Imas.

Suatu hari, ini kejadiannya juga pas di bulan ramadhan beberapa tahun silam. Ia pergi ke daerah Pasar Baru untuk membeli pesanan baju untuk lebaran.

Penampilannya sebenarnya sederhana. Tak banyak perhiasan yang dikenakannya, kecuali sepasang giwang plenis, kalung, dan gelang. Lumrah, wajar, dan umum kan...?

Kemudian tiba di tikungan jalan, tiba-tiba dari arah berlawanan, muncul seorang lelaki dan dengan mudahnya menjambret kalung Bu Imas.dengan kasarnya.
Tentu saja Bu Imas kaget, tersentak dan agak terhuyung.

Lalu apa yang dilakukan oleh Bu Imas...?

Ternyata ni, Bu Imas balik mengolok-olok kepada sang pencopet dengan girang, riang, puas, dan sebangsanya...

Dengan gayanya yang genit dia menjulurkan lidahnya kepada pencopet itu sambil berkata, "wew...sukurin itu mah bukan emas asli...!" Begitu ia katakan hingga tiga kali, dan... Selanjutnya...

Sang pencopet itu tentu saja geram, serta dengan pandangan nanar, ia yang telah agak jauh ini balik berlari ke arah Bu Imas dan melemparkan kalung Bu Imas ke arah yang tak jauh dari tempat Bu Imas mengolok-oloknya, dan dengan sekaligus mendaratkan satu pukulan telak ke pipi Bu Imas...

Tak menunggu lama, Bu Imas yang meringis kesakitan itu dengan penuh perjuangan, karena beribu bintang telah ada di atas kepalanya, ia mengambil kalungnya. Sang pencopet yang menggelepar karena geram itupun telah lari menjauh, sementara Bu Imas yang tak kuat menahan sakit itupun luruh, terkulai, dan pingsan.....

Senin, 06 September 2010

jejakmu



Satu nama yang pernah kutulis di pantai ini, meski berkali kembali luruh tersapu ombak nan lalu

Yang akhirnya kusadari, bahwa namamu hanya bisa terukir indah, nongkrong di hatiku; bukan hanya di singgasananya saja

Melainkan menyebar dalam selaksa batin, kalbu, dan hatiku...! Juga, di tiap denyut nadi dan setiap aliran darahnya...!

Samar kutangkap jejak langkahmu di sini; itukah kau...?

Picing mata tak kan sanggup memenuhinya

Hanya hati yang mampu merasakannya

Maafkan aku sayang...
Aku tak sanggup mengikuti jejak langkahmu di sini

Langkah-langkahmu terlalu lebar untuk kuikuti

Dan.....
Kembali rekaman jejakmu terhapus ombak yang kian bergulung
Sesaat nampak, namun setengah detik kemudian mereka menghilang, tanpa ampun....!

Aku kembali lelah...
Aku kembali letih...
Aku kembali tertatih...
Aku kembali terseok
Aku kembali terjatuh dan terjatuh; entah sudah berapa kali...

Menyelami ribuan rasa yang tak bisa kuhindari
Siapakah yang sanggup melawan ombak ganas Pantai Selatan ini...?

Kemanakah aku harus berlari, wahai pangeranku...?
Sedang hari mulai gelap
Sang senja telah lama bercumbu dengan mentari di balik cahaya rembulan ini

Kini, yang tersisa hanyalah kesendirianku dan dinginnya;
debur ombak dan buih-buihnya; 
batu karang dan keangkuhannya; 
kesunyian dan kedamaiannya; 
suara malam dan kegelapannya...

Aku tak kan pernah berhenti untuk mendapatkanmu seutuhnya
Aku tak boleh kalah dalam perjuangan ini
Aku sudah tak peduli lagi dengan jejakmu...!

Biarlah cahaya rembulan menjadi penerangku
Kerlip bintang menjadi panduku
Suara malam menjadi pelipurku
Dan keheningan menjadi dialogku

Karena aku percaya, kau tidak akan pernah meninggalkanku...
Kau...
Hanyalah ingin menunggu dan menungguku, selama apapun itu...!!

Sabtu, 08 Mei 2010

Gemericik Air Yang Menyapa


* Kisah dari seorang teman yang telah lelah oleh sebuah lingkaran masalah, dan aku coba ekspresikan dalam bahasa tulisanku.




Aku terusik oleh suara gemericik air, dan matakupun terbuka dengan perlahan.
Haaaahh?! Ada apa denganku saat ini? Segala rasa demikian berdebam! Nyeri dan sesak memenuhi setiap pembuluh darahku.
Apakah aku telah pingsan selama beberapa saat?

Tiba-tiba, aku terduduk, dengan kepala yang terkulai di pundakku. Lemah dan lemas sekali rasanya... Ada apa sebenarnya ini? Jiwaku masih bingung dan sedih. Segalanya begitu cepat menekanku!
Aku tak percaya dengan semua kenyataan ini. Orang yang sangat aku hormati, aku kagumi, aku hargai, dan aku banggakan. Orang yang paling dekat denganku, yang paling bisa membuatku tertawa dan tersenyum. Orang yang selama puluhan tahun mengayomi keluargaku tiba-tiba berlaku tidak adil? Aku menangis tersedu, aku menjerit, aku meronta, aku membenamkan kepalaku di bantalku. Aku muak melihatmu, dan aku mengutukmu, bukan padamu aku mengutuk. Tetapi pada iblis yang telah merasuki jiwa dan pikiranmu, terbawa hingga ke ragamu, dengan senyum yang menjadi sebuah seringai yang sangat mengerikan bagiku, dan bagi keluargaku.

Aku tersadar dengan seluruh rasa dan inderaku yang telah mulai mencerna apa yang terjadi sesungguhnya. Sempat terpikir olehku untuk pergi ke pulau yang terpencil, demi menghindar dari semua yang terjadi di depanku. Tapi apakah ini akan menyelesaikan masalah? Aku sulung yang harus bertanggung jawab. Aku harus berjuang bagi keluargaku yang sangat aku kasihi. Tanpa mereka aku tak berarti apa-apa. Aku harus melindungi mereka dari amarah yang tiada kunjung berhenti. Akan aku hadapi. Aku tak gentar sedikitpun, tak kan mundur satu langkahpun! Aku masih punya nyali! Jangan kau kira aku tak berdaya menghadapi semua ini.

Dengan sisa-sisa daya yang masih Tuhan berikan kepadaku, aku mencoba untuk tetap tersenyum dan melihat semua ini dengan pikiran yang jernih dan tenang. Bukan alasan bagiku untuk tidak membuat orang-orang sekitarku untuk bahagia, hanya karena masalah yang masih terselubung dendam kesumat ini. Aku akan senantiasa membuat mereka tersenyum karenaku, dengan senyumku yang termanis pula, meski ragaku letih, dan jiwaku perih tak berujung.

Mama... Dialah yang akan aku bela seumur hidupku, dan kedua jagoan kecilnya. Dengan doa dan niat yang tulus dan ikhlas, semoga upayaku kini akan menjadi sesuatu yang terbaik buat keluargaku. Meski aku harus kehilangan seluruh air mataku sekalipun, aku akan tetap memperjuangkan hak mereka, yang telah terampas oleh orang yang benar-benar tak punya rasa dan tujuan yang baik. Aku heran, kemana perginya rasa kasih sayang yang dulu pernah dia tebarkan, yang pernah dia tanamkan dalam keluarga kami? Salahkah jika aku membencinya? Aku sendiri tak tahu. Memang, dia tak akan pernah ada di hatiku lagi. Tapi, dia tetap akan menjadi ayahku untuk selamanya, sampai kapanpun. Karena kolaborasinya dengan mamaku, aku lahir, dan sejarah telah mencatatnya. Sikap semena-menanya yang aku benci. Sangat aku benci. Sikapnya akhir-akhir ini semakin memantapkan hatiku untuk tetap membencinya.

Aku, tak mempersalahkan siapapun di antara kedua orang tuaku, atas kejadian ini. Tapi satu yang pasti, aku harus selalu berusaha agar aku bisa mengayomi mereka yang ada dalam keadaan tertindas, ditinggalkan begitu saja tanpa ada sedikit cinta lagi. Jika telah tiba waktunya nanti, dan apa yang aku upayakan ini tak menemukan hasil, pada akhirnya akan membawaku pada titik kepasrahan yang benar-benar pasrah. Pasrahnya pasrah. Luruhnya luruh. Tapi bukan berarti aku harus putus asa. Hanya mengandalkan kasihNya saja, aku memohon. Aku, wanita yang harus menjadi teladan bagi kedua adikku, dan peredam yang tangguh buat mamaku.
Aku percaya, masa yang indah akan terselami kelak. Bersama saling memberi kasih yang suci dengan niat yang lurus, semoga dapat menjadi nafasku untuk menghadapi segala yang memang harus terjadi. Semoga pula dengan landasan cintaku bagi keluargaku, sedikit demi sedikit dapat menghilangkan rasa benciku padanya. Karena tak ada pepatah di negeri manapun juga, hingga ke ujung dunia sekalipun yang pernah berkata, "kamu adalah bekas anakku..." ataupun sebaliknya.



Bandungku, aku telah memenuhi request temanku. Aku juga akan selalu berdoa buatnya, agar dia selalu kuat dan diberi daya yang cukup, untuk menyelami kejadian ini.
Semoga tulisan yang jauh dari sempurna ini dapat menyemangatinya di dalam setiap pergumulannya. Membuat dia mantap di dalam langkah-langkah kecilnya menuju arah yang positif, lebih baik, dan lebih indah. Amin...

Rabu, 28 April 2010

aku dan matahari cintaku : bersinarlah terus


Aku hanyalah seekor burung yang lemah dengan sayap-sayap yang rapuh. Aku bukan rajawali; aku hanya mempunyai mata dan hati rajawali. Walaupun jangkauanku terbatas, aku memberanikan diri untuk menatap Matahari Ilahi, Matahari Cinta, dan hatiku mengatakan YA, jangan berhenti. Seekor burung ingin terbang menuju kilauan matahari yang mempesonakan matanya. Apa yang terjadi dengan dia? Mati karena malu melihat dirinya tak berdaya?

Oh..No!

Burung itu bahkan tidak mau kecewa. Dengan penuh keyakinan dia ingin terus menatap dengan seksama Matahari Cintanya. Tak ada yang mampu membuatnya mundur, tidak angin, tak juga hujan. Dan jika kegelapan awan datang dan menyembunyikan Matahari Cintanya, burung itu tidak beranjak dari tempatnya; sebab dia tahu bahwa di atas awan yang gelap itu Matahari Ilahinya tetap bersinar, kecemerlangannya tidak akan pernah pudar sekejap pun.




Bandungku, ajari aku untuk bijaksana dalam menerima diri, namun tetap berkeyakinan penuh akan hal-hal yang baik

Selasa, 27 April 2010

berdiri di puncak menara


Petir itu datang mengusir ketenangan seisi belantara... Pertanda apakah ini?
Kesunyian yang damai, yang dinikmati dengan beribu-ribu tawa diamini seisi jagad, akankah kembali gaduh??

Pertapa hina ini harus kembali beranjak ke kegelapan alam, tak ada satu cahaya pun yang dapat menembus pelukan lebatnya dahan, berpayung rimbun daun. Semak-semak yang terhampar menutup jejak sang pertapa.
Tolonglah, wahai alamku! Tenggelamkan aku dalam gelapmu, hapus bayangku dalam peluk ribuan pilar hidupmu.

Tidak bisakah sejenak aku berdialog dengan bahasa yang paling komunikatif...kesendirian...

Tuhanku, perjalanan ini cukup letih...haruskah kembali terusik??
Kepasrahan ini sebagai keyakinan bulatku tanpa sedikitpun keraguan atas naskah-naskah yang Engkau tulis buatku...


BUT, WHY NOW?

Kemanakah aku harus lari?
Kurang dalamkah belantara yang aku lalui? Atau...kurang terjalkah jalan ini?
Ribuan pertanyaan ini kembali menumpuk, membabi buta dalam seluruh tarikan nafasku.

Dalamnya lubang semut berselimut gelapnya malam...
Masih saja bagai berdiri di puncak menara.


Banggakah aku?
Sombongkah aku?
Lemahkah aku?
Kurang ajarkah aku?

Bodohnya aku, masih saja tidak mengerti arti kata sendiri...



Bandungku, aku ingin berbisik padaNya... Ampuni aku, Tuhanku...

Selasa, 13 April 2010

pelajaran di suatu pagi

perjalananku di suatu pagi, ketika semuanya hendak pergi memenuhi panggilan hidupnya, kecintaan yang mengejawantah, dan dengan suka cita menyambut pekerjaan yang hendak dilakukannya dengan semangat di suatu pagi yang cerah, dengan sinar matahari yang menyelusup di sela-sela dedaunan rimbun di jalan yang kulalui.

tampak seorang lelaki dengan berkendara sepeda motor jenis bebek, dengan berbagai macam makanan di belakangnya...ada kerupuk aci berwarna kuning, yang biasanya ditaburkan di santapan bubur atau nasi kuning, atau nasi uduk, dan beberapa kantong hitam yang tak bisa kutebak isinya.
tapi jika diamati, mungkin lelaki ini hendak berjualan di sebuah tempat yang harus dituju dengan sepeda motornya.

sepintas lalu, tak ada yang istimewa dengan apa yang aku lihat. namun setelah aku amati dengan jelas, aku melihat seperti ada kuk yang dibawa serta juga oleh lelaki ini...(aku ga tau dia bapak-bapak atau masih muda...soalnya aku ngeliatnya dari belakang hehehe).
dia menidurkan kuk nya memanjang di sebelah kiri, sama dengan letak untuk memindahkan gigi sepeda motornya. aku mengernyit demi memperhatikan apa yang aku lihat ini. setelah aku amati dengan seksama, aku baru sadar ternyata lelaki ini punya satu kekurangan di kaki sebelah kanannya. alangkah terpananya aku melihat pemandangan ini. betapa untuk mencari rejeki harus benar-benar butuh perjuangan dengan kerasnya. aku jadi malu dan lalu introspeksi dengan diriku sendiri. aku yang terlahir sempurna, tak ada kekurangan apa-apa, malah sering malas dengan apa yang ada di depan mataku. bahkan kadang, aku lupa buat bersyukur untuk satu hari saja yang telah aku jalani sepanjang hari tanpa ada gangguan apapun juga.

mungkin apa yang aku lihat tadi pagi, ga ada yang aneh...ga ada yang istimewa...sangat sederhana...
tetapi buat aku..makna dari penglihatanku pagi itu sungguh memberikan sebuah cermin yang amat berharga. sebuah cermin yang mahal banget...
aku ga sempet mengabadikan salah satu bentuk perjuangan yang aku lihat ini, karena saking terpananya...tertegun, hingga dia berlalu di balik kendaraan-kendaraan lain yang ada di depanku.


bandungku, hikmahmu begitu indah buatku...

Kamis, 08 April 2010

i b u

Seluruh fase di dalam hidupmu telah kau alami seiring sempurnanya masa di dalam hidupmu sendiri.
Dari masa kanak-kanakmu hingga ke masa dimana secara alamiah engkau dipanggil ibu, karena kau mampu menjadi ibu bagi anak-anakmu dengan taruhan hidupmu sendiri. Kau tak peduli dengan semua yang kau rasakan, yang terpenting bagimu adalah bagaimana kau bisa melahirkan kami dengan selamat, sehat, dan sempurna.
Bukan suatu hal yang mudah agar bisa menjadi seorang ibu yang baik. Dengan kesabaran yang tiada batas, kau jalani itu semua dengan keikhlasan di seluruh detik-detiknya. Demi melahirkan kami agar terlahir sempurna, seribu mitos dan pantangan kau jalani. Misalnya ni ya, wanita yang sedang hamil ga boleh keluar rumah setelah azan maghrib. Ga boleh makan serabi, ga boleh makan salak, ga boleh makan kerupuk kulit, trus kalo ngeliat hal-hal yang aneh, harus berbisik "amit-amit jabang bayi", ga boleh membunuh binatang meski kecil sekalipun, dan masih banyak larangan-larangan lainnya. Pokoknya ribet banget deh. Ga gampang lho melakukan itu semua.

Hingga pada saat yang telah ditentukan olehNya, akhirnya anakmu lahir dengan selamat. Tangis harupun menyeruak disertai senyum tulusmu. Perjuangan yang begitu mendebarkan telah dilalui dengan baik. Kau telah berhasil menjadi media buat sebuah ciptaan baru di bumi ini.

Perjuanganmu ga sampai di sini. Kelahiran anakmu adalah merupakan awal bagi perjuangan-perjuanganmu yang lain. Bahwa kau senantiasa merawat dan mendidiknya dengan kebijaksanaan pengetahuan yang kau miliki. Aku inget akan ucapanmu padaku, pada saat prasekolah. Engkau pernah bilang bahwa jika kamu ga mau dicubit, maka kamu jangan pernah sekali-sekali mencubit temanmu. Karena rasanya dicubit itu sakit, dan jika temanmu mencubitmu, kamu jangan membalasnya..mending kamu pulang ke rumah. Tapi apa yang terjadi, aku malah sering dicubit temanku. Padahal aku kan ga pernah nyubit dia. Mungkin karena waktu aku kecil, aku lucu kali ya..menggemaskan hihihi..narsisnya keluar deh hehe.

Hingga aku dewasa, perkataan ibuku selalu aku ingat. Aku jadikan pelita bagi hidupku. Meski kadang aneh juga. Aku yang ga pernah nyubit aja, malah suka dicubit. Lantas apa kabar ya bagi mereka yang suka mencubit? Pasti bisa dilihat deh dari kuali va nya.

Ibu, dengan ketulusanmu, di dalam linangan air matamu, dan dengan jiwamu, engkau telah membuatku ada. Dengan doa-doamu, telah menjadi nafas buatku di dalam menjalani seluruh kehidupanku. Dengan kesederhanaanmu, engkau telah mengajariku hal apapun yang pernah terselami olehmu. Ga ada kesan mewah, namun terlihat bagai bintang yang selalu bersinar tak lelahnya berpijar indah di kehidupanku. Engkau telah mendidikku dengan menyerahkannya kembali kepada alam yang menaungiku. Karena engkau menyadari, bahwa aku bukan milikmu., seperti kata Kahlil Gibran dalam bukunya Sang Nabi. Aku adalah milik kehidupanku sendiri, dan kau hanyalah perantara yang membuatku lahir, ada di muka bumi ini. Menghiasnya dengan ribuan intan permata dan kilauan sinar alaminya.
Dengan cintamu engkau membasuh setiap sakit dan lukaku, tanpa aku mengeluh padamu, engkau telah mengertinya.
Dengan kesabaranmu engkau telah membuatku tumbuh seirama sang waktu yang diberikanNya kepadaku..betapa sempurnanya.
Dengan senyummu, engkau telah memberi kesejukkan bagi seluruh suka duka hidupku.

Kini, aku sadar akan arti dari filosofi hidupmu. Bahwa menyakiti apapun dan siapapun, meski terkecil sekalipun, pasti ada efek bagi kita di kemudian hari, yang bisa kita sadari dan tidak kita sadari.
Filosofi hidupmu memberi makna yang sangat mendalam. Luas mencakup seluruh pikiran, tutur kata, kelembutan, kesabaran, cinta, dan perjuangan hidup yang harus aku kecap.

Sembilan tahun sudah aku tak bisa melihat senyum terindah dan termanismu, saat menyambut kedatanganku di rumah. Senyum yang selalu tersungging saat bahagia dan saat kau menjalani deraan hidupmu yang seolah tak ada hentinya. Ini menjadi teladan bagiku. Senyum yang menebarkan sejuta doa bagiku, yang sampai sekarangpun sanggup membuatku bertemu dengan orang-orang pilihan, orang-orang yang baik dan hebat, dimanapun berada. Itulah keistimewaanmu, ibu. Bahwa di dalam segala keterbatasanku, doamu masih kurasakan hingga kini.

Tak terasa air mataku meleleh di pipiku..yang berangsur menjadi isak yang tak mampu kubendung. Sambil menulis, aku terus terisak. Aku rindu semua kasih sayangmu ibu... Aku rindu, bagaimana dirimu pasrah dalam menghadapi cobaan hidup yang datang silih berganti. Aku rindu senandungmu sesaat sebelum aku tidur.

Ibu, aku menyadari bahwa aku sama sekali belum bisa membahagiakanmu semasa hidupmu. Tapi aku yakin, bahwa kebahagiaanmu kini lebih agung dan indah daripada kemampuanku memberikannya. Mungkin saat ini kau sedang ngobrol sama bapak, kakek dan nenek di tempat yang indah, yang bahasa buminya adalah surga.

Meski aku tak bisa lagi memandang wajahmu, melihat senyummu yang berarti pula merupakan doa buatku, dan tak bisa lagi menikmati candamu, tetapi semoga lewat setiap doaku yang kuhunjukkan buatmu, dapat mengirimkannya kembali buatku. Karena aku dapat mengintip kebahagiaanmu di sana, dan aku yakin, kau akan tersenyum memandangku... Engkau ada di saat sepi, saat aku bersujud...
Semangat hidupmu yang menjadikan orang lain berharga dan sempurna, akan selalu ada di dalam kobaran hatiku, hingga aku dapat menemuimu kelak.


Bandungku, kuterkenang ibuku hingga datang kangen yang mengharu biru...
Kamis 02:05 - 04:32
08042010

Minggu, 04 April 2010

ternyata, cinta juga punya konsekuensi

Satu titik yang paling berharga di dunia ini adalah pernah mencinta dan dicinta. Tetapi jika cinta bisa mengakibatkan suatu kondisi yang sangat memprihatinkan bagi yang melakoninya, aku jadi bingung. Sebenernya, cinta itu apa sih?

Satu cerita cinta dari siangnya hari ini...

Seorang pemuda yang terpaksa harus kehilangan pekerjaan, karena sudah empat kali mencoba membunuh dirinya sendiri.

Mmmhh..setahuku, cinta mengajarkan sesuatu yang membuat kita mencintai orang lain. Tapi, mengapa cinta jadi berubah fungsi ya? Benar-benar bertolak belakang. Jangankan mencintai orang lain, mencintai dirinya sendiripun, dia tak sanggup..

Gara-gara perasaan cintanya yang ditanggapi dengan wajar, membuat lelaki ini merasa tak ditanggapi oleh wanita yang dicintainya ini. Padahal hampir seluruh harta bendanya telah dititipkan kepada cewek yang sangat dia sayangi.

Ketika dia mencoba membunuh dirinya sendiri untuk yang pertama kalinya, dia melakukannya di kantornya sendiri. Dengan gagah berani, dia menenggak obat nyamuk cair. Di sini, aksinya ga berhasil, karena temennya mengetahui aksinya.

Untuk kedua kali, dia mencoba menghilangkan nyawanya sendiri dengan mengiris nadi tangannya menggunakan silet. Lagi-lagi dia selamat, karena ada orang yang mengetahuinya.

Untuk percobaan pembunuhan dirinya yang ketiga dan keempat, lagi-lagi dia gagal, karena dia melakukannya di depan umum, kembali dengan meminum obat nyamuk cair.

Hehe..aku sempet heran juga pas denger cerita ini, karena kalo emang dia bener-bener tega menghilangkan nyawanya sendiri, ya mungkin dia tak melakukan usahanya ini di tempat yang mudah dijangkau oleh orang lain.
Tapi bisa jadi juga sih, ini adalah satu cara yang dipakainya, karena dia sebenernya pengen diperhatikan oleh sesamanya. Tak peduli siapapun dia.

Akhirnya dia diberhentikan dari pekerjaannya, setelah empat kali kejadian yang sama dia lakukan.

Kabar wanita yang dia sayangi juga akhirnya pindah rumah, setelah mengetahui hal ini. Malu karena dia merasa telah menjadikan semua ini terjadi, bahwasanya kabar tentang titipan sebagian harta dari cowok itu adalah bukan keinginannya. Melainkan keinginan dari lelaki yang tidak dia sukai dan tidak dia sayangi. Dan orang-orang yang tidak mengetahui secara detil permasalahannya, jadi menyalahkannya. Jadilah cewek ini pindah ke tempat yang jauh.

Cinta, yang seharusnya dinikmati sebagai anugerah yang paling mulia ini ternyata di sisi lainnya terdapat konsekuensinya juga.
Konsekuensi sakit hati dan merasa ditolak merupakan hal yang bukan sembarangan bagi segelintir orang yang merasa keberadaanya tidak dianggap.

Padahal, dengan cinta bisa mengubah gurun pasir menjadi hutan yang lebat, penuh warna-warni bunga dan buah-buah yang manis.
Dengan cinta pula, bisa mengalahkan beribu pasukan perang yang bersenjata lengkap.

Definisi cinta yang amat luas dan kompleks membuatku kelu. Karena cinta memang bukan buat didefinisikan. Cinta cukup sulit buat dimengerti, namun cukup mudah buat dirasakan.

Alangkah bijaknya kita, jika kita dapat menikmati cinta secara proporsional.
Alangkah bijaknya kita, jika kita dapat menyeimbangkan antara perasaan dan logika kita, jika kita sedang jatuh cinta.

Mmmhhh....dapatkah kita melakukannya??



Bandungku, semoga selalu penuh nuansa cinta yang putih dan tulus...

Sabtu, 03 April 2010

satu kisah dari dusunku


Mendapati satu kenyataan yang sangat miris...

Berkisah tentang sepasang muda mudi yang terjebak dalam lingkaran kehidupan yang tanpa disadari oleh mereka...
Sepasang kekasih yang masih sangat belia ini, harus dihadapkan pada sebuah kenyataan yang belum seharusnya mereka hadapi.
Gelak tawa dan keceriaan yang seharusnya masih mereka alami bersama dengan teman sebaya lainnya, kebebasan berekspresi yang secara positif, sudah tidak bisa dirasakan dan dialami mereka.

Kini, remaja yang masih berusia belasan itu, harus dipaksa menjadi orang tua bagi anak mereka. Faktor pendidikan dan ekonomi menjadi alasan kuat mengapa mereka terjebak dalam situasi yang bernafaskan dilema.

Keadaan makin menghimpit mereka ketika mereka menyadari, betapa beratnya dunia yang harus mereka jalani. Betapa untuk makan saja sang ayah dari bayi itu harus mencari pasir di sungai kampung, yang dijual dengan harga dua ribu rupiah. Ini terjadi karena mereka harus putus sekolah, sehingga mereka tak punya pekerjaan yang layak untuk menghidupi keluarga kecilnya.

Sesaat, ibu bayi yang baru melahirkan ini tertegun sejenak melihat hasil yang diberikan oleh suaminya. Dua ribu rupiah...hanya bisa cukup untuk membeli mie instant dan telur untuk makan sekali itu saja.. Mereka membuat hidangan yang berbahan sederhana ini apa adanya...

Tak bisa dibayangkan, bagaimana keadaan mereka untuk hari-hari berikutnya. Mereka mengais rejeki dengan ala kadarnya, belum untuk bayi mereka.. Tak kuasa untuk membayangkannya, yang ada hanya rasa miris berkepanjangan. Beban, rasanya harus tetap menjadi beban, tanpa bisa terkurangi. Bahkan bisa jadi malah semakin bertambah saja. Apakah ini merupakan takdir bagi mereka?

Orang tua mereka sungguh tak bisa diharapkan untuk membantu kehidupan rumah tangga mereka. Orang tua mereka sendiri sudah punya masalah-masalah yang harus dihadapi, yang sama, atau mungkin lebih berat daripada mereka. Tak bisa ditimbang dan diukur.

Dari kisah ini bisa dilihat betapa sebuah perjuangan keras sangat benar-benar dibutuhkan untuk meneruskan kehidupan. Suatu kondisi yang sungguh membuat hati trenyuh.

Kehidupan memang tidak pernah tidak mengakui mereka, termasuk kita sendiri. Bukan hanya mereka, tetapi kita selalu eksis di dalam perannya. Kehidupan telah banyak memberi... Apakah balasan kita?

Kehidupan telah ikhlas menerima kita sebagai insan mulia dan berbudi luhur. Masih pantaskah kita mempersalahkan kehidupan ini?


Bandungku, hatiku penuh haru

Jumat, 02 April 2010

about love

Love is the continual struggle... Because if we have found and can achieve a kind of love like this : pure and sincere love, glory and honest, hope and unconditional... We must keep it hard on our heart, and we always try to defense in a love like this....
The true happiness will be there in our soul, our heart, our spirit, and in all of the way of our life...