Awalnya kau selalu gamit tanganku
Kau bimbing ke depan agar tanganku melingkar di pinggangmu
Aku yang duduk di belakangmu hanya bisa tersipu malu
Merasakan setiap kehangatan yang kau jalarkan lewat jemarimu
Awalnya kau selalu membuatku tertawa renyah, bahkan terbahak
Di bangku Taman Dewi Sartika di bawah bayangan rimbun pepohonan tangguh
Bercerita tentang kupu-kupu berwarna warni yang sebelumnya adalah kepompong; keindahan setelah sekian lama dalam masa kepengapan
Bercerita tentang pelangi di atas taman ini yang terbit sehabis hujan badai
Awalnya....
Awalnya kau berbincang tentang segenap alam raya dan semua siklus kehidupan
Memang, tak ada yang abadi, selalu berganti dengan generasi barunya
"Jangan kau kira batu itu hanya bisa diam. Ia tetaplah bernafas dan menjadi saksi atas segala peristiwa"
Begitu katamu yang kau ucapkan berulang-ulang kepadaku
Lima belas menit yang berharga
Menjadi sebuah ruang yang amat mewah dan penuh berkat
Saat kau bercerita tentang semua itu dalam lima belas menit terakhir
Kau hembuskan nafasmu, yang katanya hanya ingin kau persembahkan untukku
Padu padan antara duka dan suka seirama dengan lagu yang menyayat
Duka karena aku tak kan pernah melihat senyummu lagi
Suka karena kau terhempas ke tempat terindah dengan senyum terkulum
Kau telah menjadi kupu-kupu itu
Kau telah berubah menjadi pelangi
Namun, kau adalah batu yang tak hanya bisa diam saja
Kau akan selalu menjadi saksi atas peristiwa sedih dan senangku
Tangis dan tawaku
Aku tak boleh egois!
Terima kasih atas persembahanmu yang tak kan kulupakan dalam setiap hentak nadiku