Thanks for this day.. May God bless us everyone and everywhere..
Diberdayakan oleh Blogger.

Rabu, 29 Februari 2012

Tentang Bunuh Diri

Tulisan ini merupakan turunan dari Hidup ini TERLALU Indah. Dalam banyak kasus, sekarang ini sepertinya bunuh diri adalah merupakan sebuah penyelesaian akhir yang dianggap indah. Selain itu, tulisan ini juga lahir setelah aku dengar ada seorang mahasiswa yang terjun bebas dari lantai atas kostannya di bilangan Jl. Ciumbuleuit Bandung. Ia seorang mahasiswa ITB, 23 tahun. Usia yang terlampau muda dan tergesa untuk pergi dari dunia ini. Menurut kabar dari orang-orang sekitar, ia terjun bebas setelah diputusin sama pacarnya. Sesuatu yang tidak seimbang. Cinta telah ia salah gunakan, rupanya. Ia tak kuat menerima didikan cinta yang memang terkadang menyakitkan. Saat ngobrol-ngobrol tentang kejadian itu, aku berseloroh kepada temanku. "Seandainya anak itu kenal sama kamu, mungkin dia ga bakalan bunuh diri deh, Neng. Hehehe..." Ujarku kepada temanku yang berapi-api menceritakan tentang kejadian itu. Temanku sangat mengecam bunuh diri. So do I!

Aku ga akan menulis tentang bagaimana cara Tuhan memandang tentang manusia yang sudah nekat mengakhiri hidupnya dengan membunuh dirinya sendiri. Menurutku, Tuhan sudah demikian mencintai kita, sehingga DIA menghadirkan kita ke dunia ini sebagai manusia sempurna. Bukan sebagai hewan atau makhluk hidup ciptaanNya yang lain. DIA sudah menghabiskan cintaNya sehabis-habisnya demi berlangsungnya siang dan malam, yang berporos pada bumi yang diciptakanNya sendiri. Menghadirkan kemegahan lainnya agar manusia ciptaanNya ini betah dan mengelola alam raya seluas ini dengan sebaik-baiknya dan penuh tanggung jawab. Masakan kita kalah hanya karena putus cinta? Lalu, dianggap apakah penyelenggaraanNya selama ini??? Lantas, di mana akal, otak, dan hati nurani yang telah diberikanNya kepada kita semenjak kita lahir itu???

Jika masalah keluarga dan perekonomian menjadikan alasan untuk bunuh diri, itu pun sungguh tak seimbang. Tuhan sudah demikian bersusah payah mengatur kehidupan manusia. Antara lahir, mati, pertemuan, perpisahan, dan tidak lupa rejeki bagi kita. Juga membantu membentuk, membangun sebuah keluarga dan banyak teman untuk kita. Jika iman kita terawat dengan baik, kita akan yakin bahwa pertolongan Tuhan akan segera menjangkau kita. Tidak sayangkah kita terhadap KuasaNYA??? Tidak percayakah kita kepadaNYA??? Harus berapa juta atau bahkan berapa miliar kali Tuhan harus meneteskan air mataNya untuk kita??? Tak maukah kita bersyukur atas segala yang telah diperintahkanNya untuk kita? Rejeki, pasangan, dan segala cita-cita yang DIA bersitkan untuk kita, demi kebahagiaan kita sendiri??? Tidak sayangkah kita pada rencanaNya yang indah untuk kita??? Biarkanlah rencanaNya indah pada waktunya. Jangan dipotong oleh kekuasaan kita sendiri. Berhakkah kita untuk memberhentikan rencanaNya???

Sayang, jangan biarkan setan menggerogoti pikiran kita. Hindarkanlah keindahan sesaat. Narkoba yang akan membunuhmu sia-sia. Juga keinginan bunuh diri yang demikian kuat. Berdayakan teman-teman dan keluarga, ajaklah berdiskusi. Buatlah Tuhan tersenyum. Jangan biarkan DIA menangis terus. Tuhan akan terus bersama kita sampai selama-lamanya, jika kita sungguh-sungguh mau terbuka akan kehadiranNya dalam bentuk sederhana, dimana pun dan bagaimanapun caranya...



* Nah, tuh.... Ada lagi karyawan pendiam yang terjun bebas dari lantai 12! Huffttt

Selasa, 28 Februari 2012

Hidup ini TERLALU Indah



Ya, hidup ini memang terlalu indah. Tak bisa disamakan saat kita dapat meraih sebuah pencapaian hidup yang kita inginkan. Ia terlalu agung untuk disamakan dengan cita-cita yang kita miliki dan berhasil kita raih sekali pun. Memang indah, tapi kehidupan ini letaknya jauh di atas cita-cita kita. Apapun itu, dan bagaimanapun bentuknya!

Kebersamaan yang dilandasi oleh kepercayaan masing-masing individu. Foto di atas, bukan contoh sebagai gambaran seorang lelaki beristeri empat *sigh* :D
Melainkan kebersamaan yang cukup erat tanpa melihat faktor lainnya, selain kebersamaan itu sendiri. Nilai sebuah kebersamaan yang sederhana, tetapi sanggup menunjang rasa percaya diri di saat-saat salah satu pribadi ini lemah dan terpuruk.


Bentuk kepedulian ada dan sesungguhnya bisa diperoleh di mana-mana. Meskipun kita berada di tempat yang asing dan tak saling kenal, penuh perbedaan, tetapi dengan kepekaan yang kita miliki, kita bisa merasakan bahwa sesama kita sesungguhnya peduli terhadap diri kita, dengan apa adanya. Tak peduli jarak, waktu, dan tempat.


So, pandanglah langit biru itu. Jadilah burung-burung yang tanpa ragu untuk terbang melintasi udara! Langit seolah kepunyaannya. Laut dan bumi seolah tempat berpijak baginya. Menjangkau langit, menjejak bumi. Semua sudah demikian sempurna diatur oleh Sang Maha Wenang. 

Siapa pun kamu. Jika saat ini tengah merasakan kegalauan yang sangat amat dan kau anggap kegalauan itu telah berhasil membuatmu menderita. Untuk kamu di mana pun kalian berada. Jika saat ini merasakan kekecewaan yang teramat dalam. Untuk kamu yang ditinggalkan pacar, dengan benih di rahimmu. Untuk kamu yang saat ini baru merasakan diputusin oleh kekasihmu, sehingga merasakan bahwa dirimu tak pernah punya arti lagi. Untuk kamu, yang ibu bapaknya harus menjalani perceraian. Untuk kamu yang sakit lahir batinnya.


Lihatlah kebersamaan itu. Lihatlah kepedulian itu. Lihatlah langit itu, yang senantiasa menyampaikan berjuta kata untukmu. Memberi berjuta sinar keindahan positif buatmu. Jangan tatap kegelapan itu, selagi kau tak mampu. Jangan kau menoleh ke belakang selagi kau masih menangis jika kau menengoknya. Kau sangat berarti bagi duniamu. Bangunlah kebersamaan itu, jika kau telah menganggapnya hilang. Jadilah bunga Morning Glory yang selalu mengagungkan pagi dengan segala kecerahannya. Hiruplah harapan baru bagimu yang tersembunyi lewat udara yang setiap detik kau hembuskan. Genggamlah pelangi yang merebak ke dalam tanganmu. Ia ada untukmu. Khusus, hanya untukmu. Jangan biarkan ia lewat! Luruhkanlah hatimu; terimalah dan berdamailah dengan dirimu sendiri. Dan, bersyukurlah, tundukkanlah kepalamu sedalam-dalamnya demi Dia yang telah memberimu hidup. Sebab, hidup ini TERLALU indah!






* Bagi jiwa-jiwa mereka yang telah tega membunuh dirinya sendiri...Semoga tidak bertambah lagi...

Senin, 27 Februari 2012

Keindahan Menurutku di Suatu Masa

Suatu saat, entah berapa waktu yang lampau, aku mempunyai keinginan yang sangat sederhana dan bisa dikatakan amat sepele. Aku suka hujan. Aku mencintai iramanya yang mendayu dan merdu. Suara yang ditimbulkannya begitu mendamaikan hati. Entah itu di atas genting, di atas sungai, bahkan di atas dedaunan. Ah, suaranya syahdu dan bisa menghadirkan kerinduan akan sesuatu yang berada luar jangkauanku.

Hujan, yang acap membuatku ngelangut. Menggulirkan air mata hangat yang penuh keheningan. Hanya suara nyanyian hujan. Inilah keinginanku yang sudah sangat lalu, yang aku katakan entah berapa waktu yang lampau : Menikmati hujan di atas bis! Bis yang nyaman. Aku ingin melaju menerjang hujan deras di atas jalan raya yang penuh dengan air, dan nyanyian hujan. Dan, itu terkabulkan saat aku ditugaskan untuk mengikuti sebuah pelatihan di Ciloto, tahun 2010 silam.

Beberapa foto di bawah ini diambil pada 19 November 2010. Saat pulang dari pelatihan. Suasana hujan yang lumayan deras dan akhirnya menimbulkan banjir di jalanan yang menimbulkan kemacetan pula. Aku lupa, waktu itu aku lagi berada di atas jalan apa... :D
Tapi sepertinya di daerah setelah daerah pertanian di Cianjur. Dia di Cipanas. Kalo tidak salah. :P




 








Jumat, 24 Februari 2012

Kenyamanan Publik

Di parkiran

Sebuah Toyota Fortuner putih. Ada di depan antrianku saat itu. Cakep. Aku ga ngerti tentang kendaraan, terlebih lagi tentang mobil. Feelingku saja yang mengatakan kalo mobil yang ada di depanku itu bagus, cakep, enak dilihat. Masalah harga, aku ga tau. Gelap! Ga seputih warnanya.

Terlihat dari tempatku, pengendara mobil cakep itu adalah seorang ibu muda. Dengan leletnya, ia mencari kartu parkir. Lamaaaaaa banget. Sampai di belakangnya banyak kendaraan yang antri. Semakin gusar. Klakson pun berbunyi. Hadeeehhh... Itu mobil aja yang bagus, tapi sikap dari pengendaranya ga mencerminkan bagusnya mobil yang dikendarainya. *Ga nyambung ya... :P


Di angkot
 
Namanya juga angkot. Berbagai orang yang menumpang, pasti tujuannya berbeda. Turunnya ga bareng sama kita. Saat ada yang hendak turun duluan, kebetulan ia duduknya di pojok, pastilah memerlukan sedikit jalan di antara kaki-kaki penumpang itu. Ada seorang perempuan yang dengan dinginnya tanpa menggerakkan badannya, apalagi barang bawaannya di lantai angkot.  Ia tak memberikan jalan pada penumpang lainnya yang akan turun. Hadeeehhh... Aku hanya bisa menghela nafas dan terdengarlah seseorang di sebelahku berkata, "Mba, tolong barangnya digeser...." 
Ajaibnya, ia tak mendengarkan teguran itu. Ga peka atau gimana ya orang itu......? Sesaat aku takjub, heran, dan merasakan keanehan ada di dalam dirinya.

Di supermarket

Di kassir, ada seorang yang berbelanja, dan setelah menerima struk pembelanjaannya, ia dengan santai mengecek barangnya di situ sampai benar-benar habis dicek barangnya. Sementara, di belakangnya, pengunjung supermarket yang mau bayar di kasir itu kian bertambah banyak. Halaaahhh...

***

Sebenernya, masih banyak kejadian yang aku alami, aku lihat, dan aku dengarkan mengenai rasa tepo seliro ini. Banyak yang buang sampah sembarangan, dan lain sebagainya. Tapi cukup tiga saja yang terpaparkan di sini, ga usah banyak-banyak... :D
 
Sederhana. Tak perlu banyak tuntutan dari sikap kita saat kita berada di arena publik. Minimal ga menghambat dan merugikan orang lain. Ga membuat orang lain kesal dengan sikap kita yang pastinya menyebalkan banyak orang. Siapakah diri kita, sehingga kita berbuat demikian? Membuat orang lain nyaman saat kita berada di tengah-tengah mereka, merupakan sesuatu yang bisa menunjukkan diri kita yang sebenarnya.


Rabu, 22 Februari 2012

Mati Ragaku ini - Di Sini : Doaku untuk Sepanjang Hari ini



Tuhan, 
Kau yang menggenggam bukan saja hati milik kami, umatMu yang tersebar di seluruh bumi
Namun, kau pula yang meletakkan kami pada titik kemuliaan yang tertinggi
Pun kami hanya setitik debu, namun tak pernah sekali pun Kau mengibaskannya
Kau tetap merawat kami, melindungi kami dengan jerih payah kami
Tak satu pun lolos dari pandanganMu
Tetapi, kami selalu tega melukaiMu; mencoba menipuMu; membohongiMu lewat sesamaku di saat-saat lena itu menjerat erat

Duh, Tuhanku...
Betapa berdosanya aku padaMu
Bersimbah kelu air mataku menerjemahkan segala kesalahanku; segala kesombonganku
Kuasa badani begitu merengkuh nafsu duniawiku

Tuhan,
Aku ingin sejenak mencari makna jiwaku bagiMu
Menemukan makna rohku bagi sesamaku; di mana pun aku berada
Meski jauh dari pandangan dan jangkauanku, aku tetap ingin memaknai diriku seadanya menjadi satu manfaat bagi mereka; sesederhana apa pun itu
Tak pernah tahu aku akan mereka, yang bernafas di muka bumi ini
Namun dengan kerendahan hati dan segala ketulusanku, semampuku aku ingin menyentuh mereka; memberi setitik cahaya, sesejuk embun pagi bagi mereka

Tuhan,
Mati ragaku ini - di sini
Tidak sebanding dengan luka-luka yang telah kupersembahkan padaMu
Tidak patut aku menyamakannya dengan kemuliaan yang telah Kau berikan padaku

Setidaknya, bukti kasihku masih ada untukMu, dan aku percaya, Kau mau menerima bukti kasihku padaMu 
Bantulah aku untuk selalu dapat mewujudkannya melalui karya-karyaku, melalui pikiranku, melalui tutur kataku, melalui etis humanisku, melalui doa-doaku yang kuhunjukkan siang dan malamku
Inilah, sebentuk mati ragaku; secuil harapan akan kedamaian dan kebahagiaan sejati
Buatlah aku untuk selalu mampu berbagi dengan sesama kami; di mana pun, siapa pun, bagaimana pun dan apa pun bentuknya dapat aku berikan
Sebagai silih atas segala kekuranganku

Aku melangkah selangkah padaMu, dan Kau berlari menyambutku
Aku ingin memperbaiki, mempermanis persahabatan ini dengan lebih indah lagi; mulai hari ini
Sertailah aku Tuhan, di sepanjang waktuku, hingga aku kembali dalam ketiadaanku

AMIN

Senin, 20 Februari 2012

Jealous Gara-gara Mimpi | Mimpi : Sebuah Petunjuk atau Sekadar Daun-daun Tidur?

Suatu malam, hapeku berlagu. Entah siapa yang membuatnya bernyanyi riang. Tak keburu aku angkat, akhirnya dia mati. Aku masih melayani para pembeli di warung tendaku yang menyediakan hidangan laut. Sampai beberapa kali hapeku berlagu, namun aku tak sempat meraihnya juga. Syukur kepada Tuhan, warung tendaku malam itu memang tak sepi pengunjung. Pergi satu, datang lainnya. Begitu silih berganti. Sampai baru saja mau meletakkan pantatku, terus tak terjadi karena pembeli yang datang lagi. Lumayan gempor juga kaki ini....

Karena kecapekan, malam itu aku langsung tertidur. Sewaktu aku hendak menghubungi si penelepon kemarin malam, sengaja aku cari waktu senggang yang pada saat itu aku hanya sebentar saja  pergi menengok ke warung tendaku, sebab hari ini Ina sudah bisa membantuku kembali. Aku sempet kaget juga, karena orang ini sudah bertahun-tahun ga pernah ngubungin. Sehingga akhirnya, aku SMS orang yang berteriak-teriak lewat hapeku semalam, yang ternyata temen lamaku, yang masih menganggapku sebagai guardian angel baginya. Ah, ga apa-apa sih, dia mau nganggep aku apa, yang penting, antara aku dan dia sudah ga ada cerita apa pun. Itu kisah lama. Aku garis bawahi, itu kisah lama. Lagian, kan sekarang ini, aku  sudah punya kisahku sendiri.

Malamnya, setelah aku SMS ke dia, Harris meneleponku. Ia langsung bercerita tentang sesuatu kejadian aneh perihal mimpi. Mimpi yang dialami oleh kekasihnya. Lantas apa urusannya denganku ya? Batinku saat itu. Aku mendengarkannya terus. Pada awalnya, setelah ia menanyakan kabarku, ia kemudian bertanya kepadaku, "Rin, di minggu-minggu ini kamu pernah mimpi ketemu sama orang yang belum kamu kenal ga?"
"Belum mas. Emang kenapa?" tanyaku heran, karena aku tidak pernah memperhatikan mimpi-mimpiku selama ini. Sejak dulu, kepadanya aku sudah memanggilnya mas, karena ia tidak mau dipanggil Koko, meski ia adalah seorang Cina tulen. Katanya, ia ingin merasakan bahwa ia adalah orang pribumi, orang Indonesia. Tidak membedakan antara aku dengannya. Karena ia berasal dari Semarang, maka aku memanggilnya dengan sebutan Mas.Dan ia cukup senang dengan panggilanku itu.

"Gini, Rin. Cewekku, si Dewi, sekarang lagi ngadat sama aku."
"Gara-garanya dia mimpi aku sama kamu lagi ngobrol berdua, kayak orang yang lagi pacaran gitu lah. Mesra banget gitu katanya. Dia mimpiin kita tuh udah tiga kali berturut-turut,"
"Terus mimpi yang ke dua, katanya aku tuh manggil kamu dengan nama RIN. Masih mesra. Nah mimpi yang ketiga, waktu itu katanya aku sama kamu lagi duduk-duduk gitu, terus kamu dipanggil sama seorang bapak dalam Bahasa Sunda begini: Rin, ke sini, sudah sore dan, mulai dari situ, dia murka sama aku. Aku sampe nyempet-nyempetin cari-cari di internet tentang mimpi. Dan aku Googeling, ga ada satu pun artikel tentang mimpi seperti itu...." cerocosnya tanpa henti. Ga ada dia kasih ruang bicara padaku. Aku masih mendengarkannya dengan tabah.
"Kenapa aku langsung ngubungin kamu, karena ciri-ciri cewek yang ada di mimpi-mimpinya si Dewi itu, mirip banget sama kamu. Aku jadi langsung inget kamu dan langsung telepon kamu kemaren. Eh, ga diangkat juga," imbuhnya.
"Haahahahahha..." ketawaku meledak saat itu juga.
"Lah, koq malah ngetawain.... Ini serius Rin. Dia sekarang ga mau ngomong sama sekali ni sama aku. Ditelepon, dia ga mau ngangkat teleponnya. Padahal jelas-jelas hapenya aktif koq..."
"Ya abis, mau gimana lagi Mas. Namanya juga mimpi. Aku musti bantu gimana coba? Kenal pun aku ga sama dia." Kataku sambil menahan tawa.
"Nah, itu dia Rin. Aku juga sempet bilang kayak gitu sama dia. Sapa tau aja yang di mimpinya itu namanya Ririn, Rina, Rini ato Merin. Bukan kamu, Karin. Lagian kenapa ga ditanyain aja sekalian di mimpinya, siapa maksud dari nama RIN itu. Trus si Dewi bilang, ya mana aku tau. Masa di mimpi bisa nanya-nanya kayak gitu. Gitu Rin jawabannya..." Harris nampak kesal dengan ceweknya yang marah-marah ga jelas hanya gara-gara  mimpi. Tapi aku akui, bahwa Harris adalah seorang yang easy going. Dia cowok yang simpel dan ga neko-neko. Dulu, aku ga pernah bisa marah padanya, saking easy goingnya. Karena, marah pun percuma saja bagiku. Ah, ternyata masih tidak berubah. Mungkin itulah salah satu point dariku buatnya.
"Ya, aku sih ga papa dia mau ngambek kaya gitu sampe kapan pun juga. Tapi aku tuh pengennya dia dengerin dulu penjelasanku." Suaranya kini agak lunak.
"Ya udah, kamu berjuang lagi deh Mas... Bilang aja gini, kalo pun emang bener itu tuh pacarku di mimpimu itu yang bernama Karin, dia itu ga banget deh. Dia itu bukan tipe aku."
"Pokoknya, jelek-jelekin aja aku mas." Lanjutku lagi.
"Ga, Rin. Ga papa. Aku juga pengen tau, sampai dimana dia mau bertahan kayak gitu terus. Satu yang pasti, aku cuma pengen terus jadi sahabatmu. Meski apa pun yang terjadi. Aku ga takut koq sama suamimu."
"Wah-wah...hati-hati ah..." Ujarku.
"Ya udah deh Rin... Aku cuma pengen nanyain itu aja koq. Sapa tau kamu juga mimpi hal yang sama dengan si Dewi. Ga ngerti deh tuh anak. Percaya banget sama mimpi-mimpinya sebagai petunjuk buat dia. Emang bener sih, kita pernah deket. Tapi bukan berarti dia harus menelan mentah-mentah mimpinya itu." Katanya dengan emosi yang hampir memuncak lagi.

Akhirnya pembicaraan selesai. Ada sesuatu yang menggelitik hatiku. Bukan hanya dengan persoalan mimpi itu. Mau tidak mau itu memang merupakan petunjuk buatku. Sepertinya, Harris masih menaruh harap padaku, yang akhirnya dia masih mencari-cari sosok sepertiku. Aku yang langka di matanya. Ia begitu menyanjungku sebagai perempuan sederhana yang ga neko-neko, ga matre, dan sebangsanya, yang membuat dia menganggapku sebagai perempuan langka yang harus dilestarikan. Hanya saja, karena strata sosial yang begitu menyolok, aku mundur dari kehidupannya, meski dari awal pertemuan dia begitu heran, karena di jaman sekarang masih ada perempuan seperti aku. Ah, dunia sungguh berwarna. Mimpi oh mimpi.



* Diceritakan kembali dalam bentuk AKU. 
Semoga kedua temanku ini mendapatkan yang terbaik dari masalah ini. Meski aku tahu, Harris cowok easy going itu, pasti akan meninggalkan ceweknya.

Rabu, 15 Februari 2012

Tentang Keberadaan Cinta

Cinta.
Entah dia yang menjelmakan rindu atau rindu yang perlahan menyesap dirinya menjadi cinta
Lingkaran ini perlahan menjadi abu-abu; kelabu

Cinta.
Di baliknya terdapat sebuah ketidakberdayaan
Sebab, cinta mengajari untuk mengalah
Membiarkan setiap detik terjadi meski tidak untuk memuliakan dirinya

Cinta.
Sebuah rongga tanpa batas yang katanya penuh madu
Tetapi tetaplah pahit untuk dikecap
Saat cinta itu dibuat untuk berdinding ganda

Cinta.
Lekukannya nyata meski tak terlihat
Wujud sederhana serupa udara yang keluar masuk melewati paru-paru
Menghembus wewangian, seindah rona senja yang malu untuk pulang

Secangkir Kopi dan Bayangmu

Di ambang senja. Sinar mentari masih membias di atas pantai ini. Aku mencoba menikmatinya sendirian. Orang-orang yang berenang-renang di sekitar pantai itu sudah mulai berkurang satu persatu. Dalam remang yang perlahan hadir, kini tinggal aku dan beberapa orang saja yang masih bertahan untuk tetap berdiam diri di pantai, beberapa di antaranya adalah sepasang muda mudi yang sedang memadu pertemuan mereka dengan riang alami. Matahari terasa begitu cepat menenggelamkan dirinya untuk kembali menyinari belahan bumi lainnya. Rembulan menggantikannya dengan megah. Kumainkan jemariku di atas pantai ini dengan menuliskan namamu. Bibirku kelu. Aku dan kamu belum lagi pernah bertemu. Namun, kau seolah menjadi raja diraja untuk seluruh detik-detikku.

Perkenalan pertama lewat udara yang diubah menjadi efek dan warna di jejaring sosial. Ada gambarmu di sana, dan kau yang pertama kali mengajakku berkenalan. Sebuah awal yang klasik memang. Seklasik kopi tubruk kesukaanmu. Semacam Kopi Bali. Tapi, kau sepertinya lebih sering menghirup capucinno. Tidaklah lama menjalin kata per kata lewat jejaring sosial itu. Saling mengagumi dan saling komentar. Mungkin terkesan iseng. Entahlah. Satu yang pasti, jejaring sosial itu hanya mengantarkan aku untuk mengenal lebih dalam tentang dirimu. Udara memang telah beralih bentuk. Ia mengubahnya menjadi getar suaramu. Suatu saat kau meneleponku untuk pertama kalinya. Getar suaramu dapat kutangkap kesan sebagai seorang pribadi yang pemalu. Nomor teleponmu sudah aku dapat. Artinya, kapan pun aku mau, aku bisa menghubungimu. Jejaring sosial itu pun aku tinggalkan.

“Aku ga suka minum kopi.” kataku sesaat setelah aku memberitahukan padamu bahwa aku sedang berada di sebuah café di Jimbaran Bali, sewaktu aku berlibur di Bali untuk beberapa hari lamanya. Saat itu, lewat ponselku, kau menganjurkan aku untuk memesan Kopi Bali di café itu. Aku bersikeras tak mau. Tetapi entah mengapa kau terkesan memaksa.

“Rugi lho, kalo ga nyicipin Kopi Bali. Coba deh, pasti kamu suka,” katamu dari seberang sana. Akhirnya, dengan berbekal penasaran, aku memesan secangkir Kopi Bali. Begitu kopi pesananku datang, aku langsung menghirupnya. Ah, asapnya mengepulkan senyummu. Kopi pekat di dalam cangkir itu berbayang wajahmu. Mmhhh… Kopi ini memang enak. Memikat indera pengecapku. Entah memang kopinya yang enak, atau semua itu hanya karena anjuranmu. Selanjutnya, tak penting aku membahasnya. Aku hanya ingin menikmati kopi ini bersama bayangmu.

Keremangan telah merajai pantai ini. Badanku pun telah letih menahan debur ombak dan angin pantai yang sejak tadi menghambur. Udara sudah mulai dingin, dan aku berniat untuk beranjak dari tempat ini. Meninggalkannya bersama ombak yang berkali-kali menghapus namamu yang aku tulis di sana.

“Coba deh, kopi ini. Pasti kamu suka….” Tiba-tiba sebuah suara menyapaku dari kejauhan seiring debur ombak yang kian menderu. Aku berpaling ke arah suara itu, dan kutemukan satu sosok berjalan ke arahku. Aku termangu menunggu hingga ia mendekat ke arahku. Astaga! Tak salahkah pengelihatanku? Sepertinya aku mengenal sosok ini, yang diam-diam telah menghantuiku selama lima tahun! Hatiku berdebar seketika. Senyum dan suara itu sudah amat lekat di hatiku. Dengan penuh tanda tanya, aku memanggilnya.

“Mas Andre…..!” Teriakku di sela keherananku.

Masih dengan senyummu, kemudian kau jabat tanganku dan berkata, “Iya, Vira. Di dunia ini tidak ada yang kebetulan…”

Selasa, 14 Februari 2012

Valentine's Day : What it say and what they say


Hari Valentin. Sejak kemarin aku melihat di toko-toko besardan supermarket, telah bernuansa pink. Warna cinta. Entah sejak hari apa nuansa itu dibalutkan pada setiap sudut-sudutnya. Boneka-boneka, cokelat-cokelat meriah merias manis nuansa pinky.

Katanya, bahkan kata mereka, Hari Valentin adalah hari sebagai sebuah peringatan kasih sayang. Sah-sah saja jika banyak orang yang berkenan untuk merayakannya. Ga ada yang ngelarang dan ga ada yang menganjurkannya. Semua balik lagi pada individu yang memang merasa perlu merayakannya dan yang merasa tidak perlu merayakannya. Namun, bagi yang tidak merasa perlu merayakannya, karena berbagai alasan; selain karena di luar kebudayaan kita, alangkah bijaknya jika tidak ngericuhin yang mau merayakannya. Biasa sajalah and keep smiling... :D

Memang, setiap hari adalah merupakan hari kasih sayang; setidaknya bagiku. Namun tak ada salahnya juga jika sebagian orang; muda mudi merayakannya sebagai sebuah moment yang ga bakal bisa dilupakan. Jejak-jejaknya. Sejarah manisnya. Ah, cinta memang selalu menggoda! 

Senin, 13 Februari 2012

Menyerahkan Nyawa dan Tubuh Kepada Narkoba

Belajar dari kematian Sang Diva : Whitney Houston, yang meninggal karena diduga mengkonsumsi narkotika dan obat-obat terlarang lainnya. Sang Diva yang telah menjalani rehabilitasi. Sang Diva yang kekayaannya ludes karena narkoba. Duh, sungguh amat disayangkan. Berjuta penggemar bagai tiada artinya. Berbagai penghargaan baginya seolah sepi. Memburu sesuatu yang memabukkan dan konon membuat sang pemakai dapat melayang-layang di udara, bagai layangan putus. Perlahan tetapi pasti, layangan itu akhirnya luruh, tak berdaya. Dan yang pasti : SIA-SIA.

Aku jadi pengen bilang....... Bagi generasi muda dan yang masih merasa muda terus yang sedang dalam tahap mencoba dan mencari jati diri maupun yang sudah mapan. Jadilah seseorang yang membanggakan hatimu, hati kedua orang tuamu, agamamu, dan bangsa negaramu. Hendaknya rasa labilmu dilampiaskan kepada hal-hal yang bersifat positif.

Narkoba jelas akan merenggut nyawamu dengan cepat; karena itulah yang dia pinta. Maka, janganlah menyerahkan nyawa dan tubuh kepada narkoba. Tetapi serahkanlah ia kepada hal-hal yang sederhana tetapi mulia. Bergegaslah menuju alam. Menelusuri sungai-sungainya. Menghirup udara segar sebebas-bebasnya dan berbagi bersama banyak sesamamu. Di sanalah sari pati alam akan kau nikmati sebagai sesuatu yang indah tiada bandingnya, sehingga membuatmu selalu dapat bersyukur dalam suka dan duka.


* RIP Whitney Houston (1963 - 2012)

Kamis, 09 Februari 2012

Diary Pramugari : a Novel by Agung Webe | True Story | Review


Sebuah kisah nyata yang dipaparkan oleh Agung Webe dalam bentuk novel yang berjudul Diary Pramugari menceritakan tentang seorang wanita cantik bernama Jingga yang mengalami trauma sejak ia mengenyam pendidikan Sekolah Menegah Pertama. Karena trauma itu, ia jadi sangat membenci yang namanya lelaki. Ditambah lagi, karena bapaknya bersedia menikah lagi, saat ibunya menganjurkan untuk menikahi wanita lain. Bukan tanpa alasan, mengapa ibunya menganjurkan bapaknya menikah lagi, karena ibunya sakit sehingga menyebabkan ia menjadi firgid.

Pada awal masuk ke dunia pramugari, Jingga bertemu dengan Anya - seorang penganut agnotisisme, kemudian Puri - seorang hiperseks. Kemudian Jingga juga bertemu dengan Alvin sang pilot yang ganteng itu. Jingga adalah seorang perempuan yang taat beribadah. Anya yang berpacarkan Andre, selalu berkata kepada Jingga bahwa di dalam berdoa dan beribadah, hendaknya dilakukan dengan jiwa. Jangan hanya sebagai mekanisme atau kewajiban yang dibawa dari agama saja. Jingga seringkali merasa malu dengan Anya yang tidak beragama itu. Anya demikian mempercayai keberadaan Tuhan, meski tidak beribadah, namun ia telah dianggap guru oleh Jingga. Kepada Puri, Anya menyarankan untuk menuai apa yang telah ditaburnya, saat Puri menghadapi masalah hidupnya, akibat kebablasan dalam berhubungan dengan pacarnya, Igo. Anyalah yang menyadarkan Puri, hingga ia memilih keluar dari profesinya sebagai pramugari, memilih merawat anaknya hingga lahir dan membesarkannya.

Selubung misteri yang melingkupi Jingga, perlahan kian terkuak, berbekal seuntai kalung kristal yang diberikan oleh ibunya yang dititipkan kepada Mbok Kurti. Kalung itu diberikan oleh Mbok Kurti kepada Jingga sesaat setelah pemakaman ibunya Jingga. Lambat laun, Jingga mengerti akan jati dirinya. Itulah yang membuat ia merasa berdosa terhadap bapaknya. Ternyata, lelaki tidak semuanya bisa dibenci. Ada bapaknya. Ada Alvin yang secara perlahan bisa membuat Jingga cemburu saat ia melihat Alvin berjalan dengan perempuan lain.

***
Liku-liku kehidupan seorang Jingga sungguh mempesonakan batinku.  Setidaknya, aku bisa belajar banyak dari kisah ini. Bagaimana membina hubungan kita dengan Tuhan dan sesama. Menurutku pula, Anya adalah seorang yang sangat peka akan keadaan. Ia mampu menetralisir keadaan dengan segera. Pikirannya selalu positif dan jernih. Tetapi, alangkah lengkapnya jika semua itu berpadu di dalam lingkar keagamaan, yang menurut Anya, agama hanyalah sebagai media untuk memperebutkan umat. 

Di buku ini, terdapat banyak nilai filosofi tentang kehidupan. Aku jadi mengerti tentang kehidupan di luar sana. Pelajarannya lagi adalah betapa ditekankan bahwa, apapun yang terjadi harus dihadapi, bukan malah dihindari. Banyak hikmah yang bisa dipetik, namun ada pula yang tidak perlu diambil.

Bukunya asik banget buat dimiliki :D

***

Inilah beberapa perkataan yang berkesan buatku.

"Aku punya cerita sendiri untuk hidupku, kamu juga punya cerita sendiri untuk hidupmu. Buatlah ceritamu itu seindah mungkin"

"Temukanlah jalan itu"

"Sekarang adalah bukalah mata hatimu terhadap segala kemungkinan"

"Jalan itu adalah bagi induvidu untuk memahami dirinya sendiri, karena bagi siapa yang telah memahami dirinya, akan memahami Tuhan"

*** 

Informasi Buku

Judul : Diary Pramugari : seks, cinta, dan kehidupan
Penulis : Agung Webe
Penerbit : Pohon Cahaya
Edisi : Cetakan 5, Januari 2012
Deskripsi fisik : 352p.; 18,5 Cm.
ISBN : 978-602-97133-3-6

Selasa, 07 Februari 2012

Sebab, Kehidupan itu Adalah Abadi

Terperangkap mataku pada gumpalan rambut-rambut kepalaku pada sisir hitam itu
Berapa helaikah rambutku yang luruh dan akhirnya bergulung di sana?
Berapa lamakah waktu yang dibutuhkannya untuk membuatnya semakin bergulung?
Bahkan, aku lupa sejak kapan aku menggunakan sisir itu
Setidaknya baru dua minggu; itu menurut ingatanku, belum ada satu bulan!

Tuhan....
Sebanyak itukah rambutku yang luruh?
Atas kuasaMu jualah semua itu terjadi

Aku jadi teringat dedaunan yang luruh; lepas dari ranting-ranting yang dulu membuatnya indah
Hijau berseri menyegarkan alam sekitarnya; menyambut mentari dengan bahagianya...
Namun kini, daun-daun itu telah menyatu dengan tanah, dengan air dan kotoran yang menimpanya
Nasib rambutku, semiris daun itukah?

Siang ini telah mengingatkanku pada kematian
Pada perjalanan pulang yang tak aku mengerti
Pada kematian sekaligus kehidupan baru yang lebih abadi
Sebab, kehidupan itu adalah abadi
Abadi di dalam sebuah nirwana, atau abadi di dalam kesesakan......
Tentu, aku memilih abadi di dalam sebuah nirwana!


* Thanks to hari ini...... :)

Jumat, 03 Februari 2012

Katakan TIDAK!!!

Slogan yang pernah aku dengar, yang pastinya juga rakyat Indonesia sudah mendengarnya lewat media televisi : KATAKAN TIDAK!!! UNTUK KORUPSI.

Dan, setelah peristiwa demi peristiwa melukiskan dirinya tentang korupsi di atas kanvas Bumi Indonesia, slogan itu akhirnya bisa diartikan bahwa bagi siapa saja yang terlibat korupsi, maka katakanlah : TIDAK!!!  :D

Kemudian lagi, LANJUTKAN!!!

So, lukisan yang mengharu biru tentang korupsi, harus tetap dilanjutkan.... :D

***

Duh, maafkan aku Indonesiaku... Bukan aku berniat membuka selubung cantikmu. Tapi tanpa dibuka pun, seluruh dunia telah tahu apa yang telah terjadi di sini. 

Ini Indoneisa, negeri besar itu. Aku tetap mencintaimu sepenuh hati di tengah carut marut peristiwa yang paling memilukanmu. Korupsi. Perang antarsuku. Rebutan lahan Tabrakan maut karena pengaruh narkoba, dan lain sebagainya. Corak warna yang kini aku lihat dan aku dengar tak kan pernah mengurangi rasaku padamu. Aku tetap bangga padamu yang selalu melahirkan generasi-generasi muda yang tangguh, rendah hati, jujur, berhati mulia, dan yang pasti tetap mencintaimu apa adanya dirimu. Kau lahirkan setiap saat; setiap detik. Seperti para siswa yang bisa membuat mobil itu. Pesawat itu. Wali kota yang menolak ratusan mal berdiri megah di kotanya, demi pasar-pasar tradisional. Ah, so sweet... Suka banget. Sangat menyejukkan. Mmmhh aku yakin, akan ada lagi tokoh-tokoh seperti ini yang terlahir dan membumi.

Luv you so much, Indonesia. Dios te bendiga!

Rabu, 01 Februari 2012

Pada Susunan Kata ini Terletak Hati yang Utuh

Haruan ini, kelak menggoreskan satu jejak
Jejak-jejak embun yang menggulir di pipiku
Hangat, teduh
Lebih daripada itu semua, aku dapat membaca hati yang menyentuh hati lainnya
Aku terkapar kelu, oleh ombak pada susunan kata-katanya

Aku tak secemerlang bintang, tidak pula sebening embun
Aku tak semegah cakrawala, tidak pula seagung lautan
Aku tak seperkasa gunung batu; tidak pula sesejuk pepohonan
Aku tak seterang matahari; tidak pula sesyahdu rembulan
Aku tak sesabar rerumputan; tidak pula seelok bebungaan

Namun aku sungguh bangga sebab memiliki cinta
Yang selalu membisikkan segala keindahan roh dan ragawi; juga semesta raya; gaib dan nyata; yang tersentuh dan tidak dapat tersentuh

Terima kasih untuk semua paras yang telah membuatku tumbuh sejak kecambah
Terima kasih untuk sentuhan hati yang mampu membaurkan air mata dan doaku
Karena kalian, aku ada....