Thanks for this day.. May God bless us everyone and everywhere..
Diberdayakan oleh Blogger.

Jumat, 31 Desember 2010

yang hampir berlalu

Langkah-langkah yang kian terpatri
Perlahan akan terkubur oleh hempasan masa
Hitungan baru kan segera dimulai
Rangkaian asa pun meletup dan kan terjelang

Kisaran detik kan membawa kita; kau dan aku tuk segera menapaki timbunan keceriaan yang baru
Tatap matapun kian pasti; lurus, jauh, fokus, dan positif
Tak ada sesuatupun yang dapat mencegah sang detik tuk menghentikan lajunya...!

Yang hampir berlalu
Jelas tak berarti hampa
Dialah sang pijakan kaki-kaki kita
Dialah sang ancang-ancang kita
Untuk selalu mawas diri, waspada, dan rendah hati penuh kasih kelembutan

Doa, senyum, dan asa
Kan menemani langkah-langkah kaki kita; kau dan aku
Untuk menekuri setiap jengkalnya jalan kehidupan
Agar lebih bermakna bagi sesama, bagi alam semesta raya, bagi makhluk lain ciptaanNya, dan bagi DIA Sang Pemberi Jiwa...!


* Selamat Tahun Baru 2011 buat sahabat-sahabatku terkasih...
Di tahun inilah aku bertemu dengan kalian; sahabat yang paling baik yang pernah kutemui...
Keajaiban demi keajaiban telah banyak terjalin di tahun ini...
Aku tak akan pernah berkata, "Selamat Tinggal Tahun 2010," karena semangat terindahnya akan tetap kusimpan di batinku selamanya; yaitu pertemuan ini, meski hanya lintas dunia maya...
Sukses bagi kita semua dalam segala hal...:)

Semoga rahmatNya tak kan pernah berhenti bagi kita; dengan boleh menikmati anugerahNya di sisa usia kita : kesehatan, rejeki, dan cinta kasih... Amin...

Embun Di Pelukanku

Kidung malam belumlah terhenti mengalun
Namun sketsa embun turun telah melintas
Padat bening dan berkilau
Indah bagai tetesan kasih semanis senyuman

Embun itu, kini ada di pelukanku
Menemaniku hingga mentari benar-benar menguapkan segenap curahannya berikut sketsanya
Aku kan merindukannya selalu
Meski hanya sesaat dalam pelukanku

Sketsanya tak kan pernah hilang dari pelukanku dan dari pikiranku
Sketsa embun turun
Sketsa embun jatuh
Embun di pelukanku


* miss you much...





#30haripuisi - #Day28 : Sketsa

Kamis, 30 Desember 2010

Damai Seindah Pelangi

Dengan apakah terbentuk sebuah kedamaian ini...?
Dengan sebuah ketulusan yang tak pernah berujung
Dalam setiap peristiwa yang seolah menyukai kita
Menerima apa adanya dengan kebesaran jiwa dan hati kita

Damai
Kan terbentuk jika kita sanggup melunaskan setiap tantangan hidup seiring kemampuan yang dimiliki
Melunaskan setiap tuntutannya dengan penuh tanggung jawab dan santun
Keindahan dari setiap kewajiban yang harus kita jalani

Bagai pelangi dengan warna warni ceria
Tak ada warna hitam di sana
Semuanya terang membuat tenteram dan damai di hati
Membuat segar setiap mata yang memandangnya

Dengan sendirinya, hati kan bermahkotakan kedamaian dan berjuta keindahannya
Tak usah jauh mencari kebahagiaan, kedamaian, dan ketenteraman
Ke gunung-gunung, ke lautan luas, atau mencarinya di gua-gua keramat yang pengap itu
Bahkan ke tempat-tempat wingit yang tak pernah terjamah

Sebuah nazar harus dilunaskan sebelum waktu menjemputnya
Sebuah janji harus dilunaskan dengan penuh cinta
Sebuah hutang harus pula dilunaskan dengan penuh kasih, legawa, dan tanggung jawab
Sebuah ucapan harus tetap dilunaskan dengan segenap pengetahuan, kerendahan hati, dan sikap

Hutang materi bisa dilunaskan dengan materi yang sepadan
Namun hutang budi belum tentu bisa dilunaskan dengan materi
Tak terbatas kasih karuniaNya
Hingga kita hanya boleh melunaskan sebagian kecil saja dari setiap kewajiban yang ada padaNya, pada alam, pada diri sendiri, dan pada sesama...

Damai seindah pelangi dengan warna warninya yang terang sekaligus teduh
Kan selalu menyertai jika lunas menjadi satu suku kata yang utama dan istimewa dalam keseharian di kehidupan kita...







#30haripuisi - #Day27 : Lunas

Rindu Abadi

Melihat awan putih yang berarak itu; aku jadi rindu
Melihat rembulan malam ini biru; aku jadi rindu
Melihat geriap bintang yang membentuk sebuah rasi; aku jadi rindu
Melihat dedaunan yang bergoyang mesra dan santun pagi ini; aku jadi rindu

Hari-hariku kini menjadi rindu
Hingga ke tiap detiknya yang ada hanya rindu
Wajahmu yang indah dan manis dengan senyum dan tatap mata yang mendebarkan itu selalu lekat di setiap pandanganku
Langkah kakimu yang ringan dan tegap seolah mengiringi langkahku

Rindu...
Kapankah kau akan mengepakkan sayapmu dan pergi jauh meninggalkanku...?
Jika kau tak mau beranjak juga, kapankah kau akan mempertemukan aku dan dia, setelah sekian lama waktu berlalu...?
Kapankah kau akan menjemputnya, semenjak aku merasakan pelukan terakhir darinya...?

Rindu...
Adakah kau akan menjadi usai seperti ketika aku merasakan saat-saat terakhir dengannya...?
Saat dia harus memilih jalan hidupnya, saat itulah menjadi akhir dari segalanya bagiku
Hari-hariku menjadi tanpa makna meski masih berkalang rindu

Rindu...
Biar kunikmati sedapnya dirimu
Meski aku dan dia tak kan pernah mungkin bertemu kembali walau hanya sekedar menyatukan senyum
Karena pelukan itu, kehangatan itu, tatap mata itu, senyum itu, belaian itu, dan segala kemesraan yang waktu itu, adalah sesuatu yang terakhir bagiku

Rindu...
Kaulah sisa dari saat-saat terakhirku dengannya
Adakah kau merupakan pula rindu terakhirku tanpa ada sosok lain yang akan kurindukan kelak...?
Atau..............
Entahlah...!





*30haripuisi - #Day26 : Terakhir

Rabu, 29 Desember 2010

Sehelai Jiwaku

Ini sebuah tangisanku, apakah kau peduli...?
Ini sebuah senyumku, bisakah kau lihat...?
Ini sebuah doa bagimu, apakah kau dengar...?
Ini sebuah rasaku, apakah kau rasa...?

Sepenggal pagi yang masih tersisa inipun, khusus aku persembahkan bagimu
Dengan sapa demi sapa yang tertabur manis hanya untukmu
Dengan setulusnya aku membutuhkanmu

Kau anggap aku tegar
Kau anggap aku telah terbiasa
Kau anggap aku kuat
Kau anggap aku tak rindu

Mengertikah kau, wahai pangeranku dari timur...?
Bahwa selembar jiwaku telah tercabik oleh misterimu...?
Mengertikah kau, wahai kasihku tersayang...?
Bahwa selembar jiwaku ini ternyata rapuh...?

Kau...
Tak kan pernah tahu apa yang kusimpan pada lembaran jiwaku ini
Sampai kapanpun, kau tak kan pernah mengerti
Jikapun selembar jiwaku akhirnya terkoyak karena kerapuhannya
Aku akan tetap menjaganya dari jangkauanmu

Aku...
Akan mundur dari tatap matamu, dari pesonamu
Biarlah aku nikmati sendiri rapuhku, yang memang untukku ini
Meski aku selalu mengagumimu, menyayangimu, dan mengasihimu melebihi dari apapun di dunia ini
Biarlah, kau jangan pernah mengertinya bahwa dibalik semua ini hanya derita tak berujung yang kudapatkan darimu...




#30haripuisi - #Day25 : Rapuh

Selasa, 28 Desember 2010

Tuangkanlah

Berjuta rasa telah tertuang di sini; di buku raport kehidupanku
Di dalam sebuah buku agung yang ada di langit luas itu
Tak ada yang bisa luput dari penaNya
Semua telah rapi tercatat indah dengan tulisan yang terkadang tak bisa kumengerti hanya dengan selintas saja

Kuambil banyak ilmu dari catatan itu
Untuk aku jadikan guru yang paling berharga di sepanjang hidupku
Kutorehkan dalam kalbu dan di seluas-luasnya relung hatiku
Rongga-rongganya kuisi dengan hikmah dari catatanNya yang bisa aku baca dan kumengerti

Ingin aku tuangkan segala baktiku dan segala kebajikan untuk catatanku di buku itu
Ingin aku tuangkan sebanyak-banyaknya amal salehnya diriku untuk catatanku di buku itu
Ingin aku tuangkan segenap ilmu yang aku punya untuk catatanku di buku itu
Ingin aku tuangkan segenap kemampuanku di dalam kasih dan cinta yang semerbak harum bagi sesamaku untuk catatanku di buku itu

Dari semua itu...
Aku ingin Tuhan tersenyum membaca catatanku di buku itu
Sekali lagi, aku ingin mengambil ilmunya di sana, di buku itu
Untuk kusimpan di dalam batinku dan akan kutuangkan kembali (semoga) dengan cantik untuk catatanku di buku itu...

Kumohon, bantulah aku dan ampunilah aku, Tuhan...





#30haripuisi - #Day24 : Buku

Senin, 27 Desember 2010

Lembayung Senja

Pertemuan itu
Sungguh sangat menyakitkan
Padahal aku sedang menikmati lembayung senja ini
Senja yang indah di Pantai Kuta

Senja yang seharusnya dapat kunikmati dengan setulus indahnya
Senja yang seharusnya hanya menjadi milikku dan milikmu
Kini berhasil memporak porandakan serambi hatiku, bahkan seutuhnya hatiku hancur lebur

Sesaat mataku menikam jantungmu
Gelayut manja itu segera terlepas
Bibir mungil di paras cantiknya menyunggingkan senyum yang bergetar
Kaupun tampak tertunduk dan terpaku
Sesaat setelah kau lepaskan kecup mesramu di bibirnya

Ah...klasik memang
Namun aku tak bisa membohongi batinku
Bahwa aku terluka
Bahwa aku menangis

Lembayung senja ini menjadi saksi mata cintaku
Anginnya sungguh sanggup menyayat tiap lekukan tubuhku hingga ke dalam tulang sumsumku

Di dalam cinta
Ternyata selalu tersimpan pula sesuatu yang telah lama aku lupakan...
Ya, kemungkinan itu...!
Yang membuat lembayung senjaku berdarah dan kehilangan makna...





*30haripuisi - #Day23 : Cinta dan Perselingkuhan

Pengelihatanku

Kau memiliki mata bening laksana telaga teduh memberikan kesejukan

Kau memiliki senyum tulus laksana sinar rembulan biru menenteramkan jiwa

Kau memiliki tutur kata laksana nyanyian yang melenakan sebelum aku terlelap di malam hari

Pesonamu kau umbar hanya demi pengelihatan fisikku

Lewat pengelihatanku ini mataku mengisyaratkan kebaikan tentang dirimu ke otakku

Segala upaya dan perhatian palsu kau jadikan gurita untuk menjebakku...!

Terlambat...!!!
Kau telah berhasil menjebakku

Tak ada pilihan lain
Kecuali terdiam dalam pasrah
Tersenyum dalam galau
Kecewa dalam tangis

Untuk permainan kali ini aku harus jujur mengakui bahwa aku telah kalah...

Dan karena pengelihatanku dari mata raga ini, semua berawal...





#30haripuisi - #Day22 : Mata

Minggu, 26 Desember 2010

Setiaku

Huruf demi huruf telah terikat menjadi kata
Entah sudah berapa lembar kertas yang kubutuhkan
Hanya sekedar menulis tentangmu
Bait demi bait senantiasa tersaji hanya untukmu

Sedianya lembar demi lembar ini
Cukup mewakili setiap rasa dan limpahan rindu
Gumpalan asa cukup membumbungkannya hingga ke langit maha luas itu
Hanya asaku dan asamu yang terbentuk indah di sana

Segala mimpiku tentangmu telah membuatku terkulai lemah
Segala senyumku telah menebarkan parasmu
Segala hasratku telah tertimbun hanya kepadamu
Segala sikap dan doaku telah menjadi tutur kata dalam cerminmu

Semua itu...
Telah membuatku beku
Beku dan tak kan pernah bisa menjadi cair kembali
Bahkan...
Setiaku padamu pun membuatku beku
Bagai sebuah gletser yang indah terbentuk sangat cantik di sebuah savana sejuk
Biru beku kaku namun sekaligus lembut

Terik mentari tak kan pernah sanggup mengubahkannya
Bahkan angin dari timur itu malahan semakin membuatku dingin
Terhadap gelombang hangat dan terpaan ekstrim cuaca apapun kali ini

Inilah sebuah gletser indah dariku bagimu
Kuharap kau suka
Sebagai sentuhan persembahan setiaku padamu
Hingga sang raga terpisah dari rohnya...




#30haripuisi - Day21 : Beku

Kamis, 23 Desember 2010

Warna Warni Cemara : Natal Ceria

Kenangan saat pertama kita berjumpa
Di bawah sinarnya warna warni cemara di malam itu
Syahdu dengan udara yang dingin menghentak raga
Di antara ritual dan pujian agung megah ini

Kau tersenyum penuh makna
Lagi-lagi di antara warna warni Cemara Natal ceria tersambut bersama sosokmu
Menambah semaraknya malam yang bertabur bintang ini
Ah, indahnya...
Aku bagai merasakan terang seterang-terangnya
Merasakan getaran-getaran yang tak kumengerti, namun aku sungguh mencintainya...

Kini...
Cemara Natal yang berwarna warni itu semakin bersinar terangnya
Kau berdiri di altar itu
Elegan sekaligus penuh kharisma
Dengan sesungging senyuman yang sangat aku kenal dan pernah aku rindukan; dulu...

Warna warni Cemara Natal hari ini telah berbeda
Karena kau menyusunnya dengan baktimu yang sempurna
Biarlah cemara Natal ceria ini kan selalu menjadi saksi
Akan keindahan hati kita yang bersatu untuk tetap menjadi yang terbaik
Di ladang yang telah tersedia bagi kita di garapan yang berbeda dan dengan cinta berikut getaran-getarannya yang hanya bagi Tuhan...

Biarlah Cemara Natal ini kan selalu menjadi saksi
KehadiranNya
Bagi kau dan aku; bagi kita semua yang menghadapNya
Sebagai persembahan terindahku bagiNya
Melalui perantaraanmu...

Terima kasih, kau pernah ada di hidupku
Memberi yang terbaik bagiku
Aku kan mengingat selalu setiap perkataanmu sebagai sebuah untaian doa bagiku
Aku bangga padamu dan aku sangat mencintai pilihanmu...



* Mengucapkan Selamat Hari Natal 2010 bagi sahabat-sahabatku terkasih yang merayakannya...
Menjadi seorang pembawa damai lebih berarti daripada hanya sekedar mencintai damai...




#30haripuisi #Day20 : Cemara Natal

terima kasih, kau telah membuatku tersenyum kembali

Kembang rumput liar berwarna kuning
Itulah aku...!
Saat aku merasa tak dianggap
Saat itu pula aku akan semakin kuat

Sayangnya, kembang kuning rumput liar ini tak selamanya kuat
Kadang aku harus tertunduk dan kalah...
Saat aku tak kuat lagi untuk menahankan lukaku
Saat itu pula air mataku akan mengalir
Memenuhi bejana terbesar dalam jiwaku
Yang akan menjadi obat penawar lukaku di kemudian hari

Dan...
Saat aku rapuh, tak kuasa untuk tidak menangis di depanmu
Satu hal yang kuanggap tabu adalah menangis di depanmu
Saat itulah kau akan mengerti betapa terlukanya aku karenamu

Isak tangis yang harus meluncur di sela tutur kataku
Kan menyadarkan dirimu bahwa aku telah merasa sedih dan kecewa yang teramat sangat dalamnya
Kuingin menyadarkanmu bahwa kau telah berlaku tidak adil dan telah melewati ambang batasku

Kini
Setelah kau menyadarinya dengan kepekaan yang kau miliki
Kau seakan merangkulku kembali
Kau balut segala lukanya dengan segenap pengertianmu
Hingga kau berhasil membuatku tersenyum kembali

Terima kasih, kau telah membuatku tersenyum kembali
Seirama dengan senyummu di senja itu
Kumaafkan dirimu, atas nama kasih sayang sesama makhlukNya
Tak ada lagi beban di hati, dan kembali menatap satu objek yang sama dalam satu fokus; fokus positif kita...

Serta
Di atas segalanya, kembang kuning rumput liar ini kembali berseri-seri di kesehariannya
Menebarkan keharumannya yang cantik
Menari di tiup angin, lincah memukau siapapun yang memandangnya...!

Rabu, 22 Desember 2010

Lihat dan Kecaplah

Sayang,
Lihat padu padan dari langit dan laut itu
Mereka sungguh sangat serasi
Sama-sama memiliki keluasan yang tak terhingga
Sama-sama berwarna biru
Lihat pantulan lautan di langit biru itu
Lihat pantulan langit di air laut itu

Sayang,
Lihat dedaunan yang bergoyang mesra itu
Lincah dan santun mengiringi setiap gerak sang angin
Kecaplah kesegaran angin yang menerpa ragamu
Ia kan selalu menjadi udara segar bagimu
Ia kan selalu menjadi nafas bagimu

Sayang,
Lihat bintang-bintang yang bersinar di malam ini
Semarak seindah geriap surgawi
Bersama rembulan ia kan menemani
Dalam malam-malam di antara mimpi-mimpimu

Sayang,
Lihat matahari yang bersinar di setiap pagi yang kau selami
Ia selalu memberi kehangatannya
Sesaat setelah sang embun berlalu kembali ke langit
Sudah berapa juta ton buah dihasilkan karena sinarnya
Dan berapa jenis tumbuhan dan hewan yang tumbuh sempurna karenanya

Sayang,
Tak terhitung semua hutang kita pada alam semesta raya ini
Segala pepohonan telah menghasilkan pakaian bagi kita
Segala sinar telah menentramkan hidup kita
Segala air telah menghidupi; menjawab segala kebutuhan kita
Segala udara telah terhirup hingga kita kembali padaNya

Berapakah hutang kita pada alam semesta ciptaanNya ini...?
Tak kan pernah terhitung sudah...
Bagai hutang kita pada air susu yang telah ibu keluarkan
Tak kan pernah sanggup kita membalasnya

Maka
Kecaplah itu sebagai sebuah anugerah yang tiada bandingnya...
Karena tanpa kita minta mereka telah memberikan bagi kita
Karena kita tak kan pernah bisa melunaskannya sampai kapanpun
Hanya dengan santun dan rendah hati
Kita rawat apa yang telah kita kecap
Sebagai sebuah lestari yang abadi...


* Inilah bait-bait tulusku bagi bumi dan seluruh alam yang telah memberi dan memberi bagi penyelenggaraan kehidupan ini


#30haripuisi #Day19 : Hutang

IBU Bagi Indonesia

Berjuta nyawa telah hadir sebagai insan-insan pilihan Tuhan untuk dilahirkan di dunia fana ini...
Berjuta prestasi membanggakan telah tertoreh pula di bumi khatulistiwa ini
Sebagai pahlawan-pahlawan bangsa ini
Hanya lewat rahim-rahim suci semua ini terlahir, terdidik, dan berprestasi

Doa ibu tak kan pernah hilang
Meski air mata harus berderai
Meski semua sendi-sendi harus lunglai dan luruh
Namun senyum memikat senantiasa hadir di bibirnya
Penuh keanggunan dan kelembutan

Jemari yang senantiasa membelai mesra
Mengantar setiap cita membumbung ke langit biru
Selalu memaafkan dan sabar dalam menghadapi apapun lintasan di hidupnya
Kecewa, sedih, perih, terluka, dan terpuruk

Tak ada lagi beban yang berat
Selagi senyum ibu mewarnai hidup anak-anaknya
Selama pelukan hangatnya terasa hingga mengalir di tubuh anak-anaknya
Tulus baktimu senantiasa hidup dalam semangat

SELAMAT HARI IBU, wahai wanita Indonesia
Di tanganmu putera puterimu menjadi pribadi-pribadi berprestasi bagi masyarakat dan negeri tercinta
Rendah hati dan ketulusan itulah warisan yang kau beri
Patuh dan taat pada Tuhan, itulah ajaranmu...

Selasa, 21 Desember 2010

Untuk Kali Ini Saja

Letih langkah tertatih
Di antara jalanan yang berliku dan berbatu
Melewati tebing, ngarai, dan lembah
Pedih oleh kerikil di bebatuannya

Sekian waktu perjalanan
Telah membuatku bagai musafir jalanan
Tak pernah sedetikpun aku berhenti
Untuk sejenak saja menepi di padang ilalang ini, di dekat tepiannya sungai bening

Sedangkan...
Untuk kali ini, aku benar-benar letih
Tak terbayangkan pula olehku
Betapa telah pupusnya semangat ini

Tersadar oleh hempasan demi hempasan hidup
Membawa kapalku karam di tengah gelombang samudera
Memaksaku untuk terdiam sesaat
Dalam rapuhnya segenap jiwaku

Untuk kali ini saja...
Ijinkan aku menangis
Ijinkan aku menikmati selaksa kerapuhanku
Karena aku hanyalah insan lemah dan tak berdaya

Entah sampai kapan aku menikmati semua ini
Kepedihan di dalam rasa pupus asaku ditelan senja biru
Biarkan pula aku menyelami pupus dan pudarnya rinduku
Pupus pucat pasi dan dingin

Untuk kali ini saja...
Bolehkah, aku pinjam punggungmu...?



#30haripuisi #Day18 - Pupus

antara cyber dream, myworldwords, dan #30harimenulispuisi

Pertama menemukan kalimat 30 hari menulis puisi, aku tak mengerti. Apakah itu?
Apakah itu sebuah kontes, atau semacam bentuk keinginan pribadi saja; dengan menulis puisi setiap hari selama 30 hari sesuai dengan tema yang telah ditentukan untuk per harinya...?

Beberapa hari aku mencari tahu, dengan pergi ke blog ternaknya Inge di blogdetik, selain cyber dream. Tetapi aku tidak menemukan informasi apapun juga, yang ada hanya postingan puisi-puisi sesuai tema-tema yang telah ada.

Tak berapa lama, datanglah Meutia Halida Khairani pemilik blog Meutia's Diary berkomentar di salah satu postingan puisiku. Tia menyarankan aku untuk ikut dalam #30harimenulispuisi, seperti di Tweeter, katanya. Thanks a lot ya Tia.. :)

Akhirnya aku bertanya pada Inge tentang #30harimenulispuisi. Karena, jujur saja setelah Tia menyarankan aku, aku jadi lebih terdorong dan pengen tahu lebih banyak lagi tentang #30harimenulispuisi dan  ikut di dalamnya.

Setelah aku memperoleh penjelasan dari Inge, maka tak pikir panjang lagi aku langsung ikutan. *karena dari awal aku udah ngebet banget pengen ikutan hihi* Waktu itu sudah memasuki  hari ke 8 yang bertema Mantra. Aku langsung kebut dengan posting 4 puisi dalam satu hari. Hingga tiga hari aku bisa mengejar 'setoran' *emang narik angkot haha* yang waktu itu sudah nyampe ke tema di hari 12 : Hitam Kopi dan Dia. Jadi, dalam 3 hari aku bisa menyamakan posisi dengan sahabat menulis puisi lainnya di Grup #30harimenulispuisi.

Di sini, aku pengen ngucapin ♏◦ά◦ķ◦ä◦ŝ◦ΐ◦ђټ banget atas semua upaya dan gagasan yang telah Inge bentuk. Aku sangat mengapresiasi bentukan ini. Selain sebagai wadah kreativitas karena bisa mengalahkan mood kita di dalam menulis sebuah karya berupa puisi tiap harinya, juga bisa saling sapa antartemen menulispuisi di ajang ini.

Di group #30harimenulispuisi ini ada :
Inge / Cyber Dream sang penggagas dengan Another Side Of Inge - nya, kemudian ada Mba Irma dengan Irmasenja - nya, Chika dengan Cerita Hati Chika - nya, di sini Chika memulai postingan #30harimenulispuisinya dengan tema di hari #16 karena sebelumnya tulisan puisinya ada di Enjoy Your Life - nya. Kemudian juga ada Mba Winny dengan Mywinny - nya, Lia dengan Lia Lovaa - nya, Trie dengan Celoteh - nya, Seiri dengan Annsilva - nya, dan aku.

Semoga ini semua membawa kebaikan bagi kita semua, dan jika masih ada yang ingin ikutan berpartisipasi, silakan menghubungi Inge. Kalau mau menghubungiku di kotak komentar di sini juga boleh. Nanti akan aku forward membershipnya ke Inge.
Berharap, semoga karya-karya di group ini dibukukan, bisa terealisasi. Amin...


* Buat Lia, sori warna di nama linknya beda sendiri.. Udah kadung kaya gitu.. hehe

Senin, 20 Desember 2010

aku dan punggungku

Rembang petang ini
Ketika hujan dengan tanpa basa basi mengguyur kota
Mempersembahkan percikan-percikan penuh warna kelabu
Melaju dalam satu lintasan yang kupilih

Aku ingin segera pulang
Hingga aku korbankan magnumku
Demi percikan air hujan ini
Deras... Menciptakan geriap ke bumi...

Punggungku menyambut kehadiranmu
Kubiarkan percikanmu membasahi punggungku
Menimpa di sekujur lurusnya

Pukulan-pukulanmu halus, tapi kadang membuat perih punggungku
Dingin, beku...
Letih aku menyangga setiap derai pukulanmu
Hingga sisa perjalananku ini terasa panjang dan melelahkan

Sabarlah, wahai jiwaku...
Tataplah jalanan kelabu di depanmu
Tetap tersenyumlah seiring langkahmu
Sebentar, pelangi senja kan menaungimu hingga kau terlelap dalam teduhnya...

Angin dan Hembusannya

Semilirmu bagai alunan lagu merdu
Menerawangkan segenap pandangan mataku
Menuju hari-hari berlalu yang tak kan pernah terselami kembali
Tawa, canda, tangis, dan asa di sebuah gubuk di dekat pematang sawah itu
Penuh nostalgi keindahan dan keramahannya

Kau antarkan aku pada senja penuh warna
Kau antarkan aku pada malam penuh geriap bintang
Kau antarkan aku pada pagi penuh harapan
Kau antarkan aku pada hari-hari seindah ciptaanNya

Hembusanmu bagai sebuah simfoni penyejuk kalbu
Sanggup menghapus setiap tetes air mataku
Tak berapa lama
Daun-daunpun berguguran karenamu

Wahai angin...
Temanilah aku saat aku merindukannya
Bersama di dalam segala suasananya
Hadirlah bersama lagu keseharianku yang kan terus bersenandung di jiwaku...



#30haripuisi #Day17 - Angin

Minggu, 19 Desember 2010

Melayang : Atmaku di Satu Siang

Sekejap rasa aku heran...
Terperanjat memandang ragaku yang tertinggal di dipan itu
Perlahan, rohku meninggalkan jasadku...?

Apa ini...?
Semua jadi terasa ringan
Haaa?? Aku melayang...!
Ya, aku benar-benar terasa melayang!
Dan...
Aku bisa menembus pintu kamar ini...!!!

Kulihat jelas ibuku sedang menjahit dengan mesin Butterfly tuanya...
Adikku bermain layangan di dak itu...

Kupanggil ibuku saat aku melewatinya
Aku bertanya : sedang menjahit apakah ibu?
Sepi... Tak ada sepatah katapun jawaban dari ibuku...

Setelah 'kutembus' pintu itu dengan perasaan tak menentu
Aku sapa adikku yang tengah bermain layangan...

Namun...
Lagi-lagi aku tak mendengar satupun jawaban dari mereka
Aku mulai bingung
Aku mulai panik
Aku yakin, mereka tidaklah tuli dan akupun berbicara sangat jelas...!

Aaaaaaaaaa
Aku menjerit sekerasnya
Aku bertanya :
Apakah ini yang dinamakan sebuah kematian...?




#30haripuisi - #Day16 : Kematian

Sabtu, 18 Desember 2010

Menggapai Bintang Kejora

Hai Langit...
Kumohon cerahkan halamanmu
Terangilah seluk beluk awan-awanmu
Sibakkanlah mendung yang menghalangi wajahmu
Aku ingin menggapai bintangmu
Aku ingin mengecup bintang kejoramu; bintang yang paling bersinar itu...

Hai Langit...
Tolong ajarkan aku untuk selalu berharap
Kumohon ijinkanlah angin-anginmu membawakan segala doa-doaku
Agar terpancarkanlah paparan pelangi harapanku di langit luasNya
Gambarkanlah sayap-sayap malaikat pembawa doa-doaku

Aku kan tetap menanti di sini; di bumi yang penuh dengan lintasan perjuangan
Aku kan tetap berharap bahwa segenap doa-doaku kan menjelma menjadi keajaiban termanisku di tempatku berpijak kini
Aku yakin dan pasti dengan harapan terbaikku yang telah tersimpan di langit
Kutunggu tebaran asaku ini kembali turun kepadaku dengan senyum merekah
Sebagai tanda baktiku dan tanda syukurku kepada Sang Ilahi; Pencipta Langit dan Bumi...




* Selama bumi masih berputar sesuai takdirnya...
Selama raga masih terisi jiwa...
Maka selama itu pula harapan terindah akan selalu ada; kapanpun waktunya, apapun harapan itu, dan bagaimanapun caranya...




#30haripuisi #Day15 - Harapan

menghadaplah...!

Menghadaplah kau ke arah timur
Saat mentari belum muncul di ufuknya
Menghadaplah kau ke arah timur
Sesaat sebelum terdengar ayam jantan berkokok

Di sana, kan kau jumpai indahnya dunia
Saat angin dari timur berhembus perlahan menerpa wajahmu dan menggoyangkan dedaunan

Di sana, kan kau rasakan kedamaian yang selama ini kau dambakan
Dari timurlah awal sesuatu terbit
Dengan senang hati mereka kan menampakkan diri bagimu!
Matahari harapanmu terbit dari timur
Remulan damai dalam istirahatmu syahdu dan teduh terbit dari timur
Bintang pandumu; bintang raja-raja itupun terbit dari timur

Ah, mengapa kau masih saja gelisah, sayang...?
Bukankah hak kita untuk menikmati indahnya kehidupan ini...?
Lakukanlah perkataanku; ini bukan hal yang tabu!
Ini hanyalah sebagai lambang bahwa segala tunas-tunas pohon itu akan muncul karena sinar matahariNya

Mengertikah kau kini...?
Jika kau telah mengerti, maka menghadaplah kau ke arah timur dan tengadahkanlah wajahmu menyambut angin yang kan menerpamu
Sebelum semuanya terlambat dan menyisakan penyesalan di sepanjang hidupmu...!

Jumat, 17 Desember 2010

Euforia Malam Ini : I Love Gonzales, and I Really Love Timnas Indonesia

Gambar diambil di sini


Ibu Pertiwi,
Bencana telah berakhir perlahan
Ambillah sejenak nafas baru bagimu
Agar tercipta harmoni kesejukan di ruang jiwamu

Ibu Pertiwi,
Lupakanlah sesaat saja jejak-jejak lukamu
Lekatkanlah sejenak pandang matamu pada senyum-senyum tulus bagimu
Lihatlah, prestasi anak-anakmu

Tak kau dengarkah euforia malam ini?
Riuh rendah penuh sukacita
Semua yang haus damba prestasi anak-anakmu
Bersorak sorai menyambutnya; tak terkecuali aku...!

Ibu Pertiwi,
Terimalah bakti dari anak-anakmu yang pantang menyerah itu
Memang, ini bukan akhir dari bakti-baktinya
Justru, ini adalah awal bakti di kancah ini

Masih banyak anak-anakmu yang berprestasi
Meski tak tersebutkan
Namun mereka adalah para pahlawan sejatimu
Terlebih, pahlawan bungsumu untuk satu november tahun ini

Bukanlah para pemimpin negeri ini yang menjadi pahlawan bagimu
Mereka hanya selalu berkutat dengan politik yang tak berkesudahan
Sesuatu yang sangat perlu, malah diabaikan
Tetapi sesuatu yang tidak penting, malah dibesar-besarkan...
Apa maunya...?
Jika bukan karena politik yang dijalankannya hanyalah politik kotor dan berdebu
Bau dan kasar...!
Jauh dari kejujuran dan hati nurani...

Aku tahu, pasti itulah yang membuatmu kecewa, terluka dan sedih
Namun, khusus malam ini
Lupakanlah sejenak segala kegundahanmu
Ikutlah menari dan teriakkan yel bersama kami

Dukunglah semangat membara yang berapi ini
Agar menjadi tujuan mulia mereka
Bukan hal menang atau kalah
Tetapi perubahan sejatilah yang telah terjadi

Kumohon,
Hargai itu sebagai sebuah prasasti dari anak-anakmu
Aku yakin akan kerendahan hatimu menerimanya
Yang akan dialirkan kembali melalui udara segarmu
Menuju hati yang paling dalam
Untuk tersimpan rapi sebagai mawas diri bagi mereka
Ya, rendah hati dan pantang menyerah adalah didikan darimu
Bagi kami, anak-anak Indonesia...!

Gambar Christian Gonzales diambil di sini



* Merah Putih Sayang... Berkibarlah selalu menjadi panji yang gagah berani... 
Garudaku... Teruslah kepakkan sayap-sayapmu untuk memberikan bakti termanis bagi negeri tercinta...!

Perih : Dalam Diam Nol Derajat Celcius

Hati yang terkelupas lembut
Namun sangat dalam esensinya
Perih tak terlukiskan dengan kata-kata
Meski berjuta penyair memaparkan tentang perih itu
Namun, itu semua tak cukup untuk mewakilkan rasa perih di dadaku...

Ternyata, inilah arti sebuah kejujuran yang paling jujur
Kau ucapkan dengan lembut
Tapi tak selembut pengertiannya
Akupun, harus dengan jujur mengakui sirat makna dari ucapanmu

Senyum bibirku, tetap ingin kupersembahkan padamu
Aku, ingin senantiasa menghargai hati nuranimu...
Tunggu...!!
Benarkah ini bagian dari suara hatimu padaku...?
Benarkah kau telah berucap atas nama hati nuranimu...?
Bernarkah kau telah bersaksi rasa atas nama kejujuran...?

Dalam kalut berbalut remangnya batinku
Aku tak peduli lagi dengan segenap tanya untukmu
Aku sangat mencintai kejujuranmu...
Namun, aku juga tak pernah mau untuk kehilanganmu...
Sungguh...!!

Perihku masih terasakan hingga lintasan masa
Perih dalam diam nol derajat celcius; kini kuberada
Jika kau masih ingin mencariku...
Temukan aku di sudut nol derajat pula...
Sebelum titik nadir, aku akan diam dalam setiap perihku...




#30haripuisi  #Day14 : Jujur

Kamis, 16 Desember 2010

Lekat Bayangan Itu : Siluetku

Bisa jadi, ini dinamakan rindu
Rindu pada suara, rindu pada sosok, rindu pada satu senyum

Bisa jadi, ini dinamakan imajinasi
Imajinasi pada alam penuh kedamaian dan pemimpin negeri yang mempesonakan

Bisa jadi, ini dinamakan keinginan
Keinginan menjadi yang terbaik yang telah pernah ada

Bisa jadi, ini dinamakan sebuah damba
Damba pada sebuah rasa yang penuh misteri; entah apa indahnya misteri itu...?

Rindu ini, imajinasi ini, damba ini, dan keinginan ini
Ternyata telah menjelma menjadi sebuah siluet

Siluet agung dan indah yang selalu membayang lekat
Akankah siluet itu akan terjelma nyata, atau selamanya akan tetap menjadi sebuah siluet...?

Entahlah...


#30haripuisi #Day13 : Siluet

sejenak di kolam ikan

Kutak mampu berkata apapun untuk menanggapi segala keresahan ini

Entah apa yang terjadi pada jiwaku, hingga aku bisa sungguh mengecap keresahan yang teramat sangat

Duduk di pinggir kolam ikan kecilku

Menikmati cipak-cipak air yang ditimbulkan oleh ikan-ikan kecilku

Memandang warna-warni cerianya

Aahh, sungguh indah dan terkesan alami

Aku memandang juga ikan-kan itu timbul sejenak ke permukaan, dan lalu menyelam kembali ke dasar kolam itu

Sejenak, belajar dari mereka, yang sungguh sangat terbatas seluruh kehidupannya

Mereka hanya menikmati lahan seadanya...
Tanpa banyak protes, mereka teramat menikmatinya dengan keceriaan dan insting yang mereka miliki

Lemah gemulai mereka berenang-renang
Sesaat, mereka terlihat menunggu rejekinya datang

Dan... Hap...! Makanlah mereka dengan lahap...

Aah, keresahanku tiba-tiba hilang

Aku seakan terhibur oleh tingkah polah ikan-ikan itu

It's so simple, but keeping the amazing things

Rabu, 15 Desember 2010

Sukacitamu



Sayang, bangunlah...
Secangkir kopi hitam telah tersaji di sana
Di antara bunga dan asa kita
Sesaat kepulan asap dan aroma wanginya kan menghilang

Aku tahu, saat kau menemukan hitam kopi itu
Di sanalah seteguk sukacita berpendar bagimu
Melingkupi setiap urat syarafmu
Kan menjadi semangat bagi langkah dan pikiranmu

Sayang,
Aku tahu kau tak kan pernah memintaku untuk menyajikan kopi hitam itu
Meski aku hanya terkadang saja menemanimu mereguk kopi hitam ini
Namun, dengan cinta setulus kasihmu, aku akan tetap menyajikannya bagimu

Kopi hitam dan dia; bunga-bunga yang terangkaikan itu
Adalah diriku bagimu selembut wangi yang ditebarkannya
Sebagai baktiku padamu di sela-sela aktivitasmu

Sayang,
Tersenyumlah...Reguklah hitam kopimu itu
Kecuplah medianya dengan cintamu
Karena, sesungguhnya kau telah mengecup seluruh rongga-rongga batinku


#30haripuisi : Day12 : Hitam Kopi dan Dia



* Untuk segala cintaku bagi embun pagiku dan hitam kopinya...:d

Ketika Bulan Itu Bernama Desember

Desember,
Kau identik dengan rinai hujan yang syahdu dan ceria
Menenggelamkan berjuta langkah di hari-hari sebelum kau tiba

Desember,
Kau identik dengan dingin
Dingin udara yang selalu membawa kedamaian dan asa baru yang kan tersambut kelak

Desember,
Kau manis, semanis buah duku
Yang kukulum dengan manja dan senyuman

Desember,
Kau identik dengan pohon cemara berhiaskan lampu warna warni
Mengabarkan damai Natal di hampir penghujungmu

Desember,
Kau identik dengan penutupan tahun
Meski hari-hari tetaplah sama

Desember,
Identikmu tak kan pernah berubah
Hanya suasana dan keindahannya yang tentu akan berbeda

Desember,
Temani aku dengan segala bentuk keindahanmu
Aku ingin menitipkan berjuta mimpiku padamu

Desember,
Semoga kita kan bertemu kembali dalam rentang waktu yang pasti berbeda
Pada terang yang semakin bernyala, untuk Desembermu yang mendatang...


#30haripuisi : Day11 : Desember

Tempat Ternyaman Bagiku

Suasana renyah, hangat, dan indah...
Saat rumah menjadi pelipur lara
Saat rumah menjadi pendorong semangat
Saat rumah menjadi saksi tawa dan canda
Rumah selalu menanti apapun dan bagaimanapun diriku
Diselingi dengan seyum yang merebak tulus
Senandung merdu berlagu dari masa ke masa

Rumahku adalah suasana ternyaman yang pernah kutemui
Telah banyak kusambangi bangunan-bangunan megah dan mewah
Namun suasana yang kuharapkan tak muncul jua di sana
Padahal, wangi aneka bunga semerbak menyeruak indah
Lantai bersih dengan segala hiasan dan ornamennya yang berkelas

Namun, tak secantik rumahku
Rumah yang sederhana namun senantiasa menjanjikan kebahagiaan
Rumah mungil yang hanya beraroma beberapa macam wangi kembang saja
Rumah bercat hijau beratapkan rumbia
Semua amat indah di pelupuk mataku

Rumah senyaman hatiku
Inilah awal aku bertumbuh dan berkembang
Berbuah setelah kebajikan tertanam apik di sini
Basis, yang merupakan awal mula dari sebuah keindahan menjelma

Rumah batinku, aku kan merindukanmu selalu
Meski setapak demi setapak aku sempat meninggalkanmu
Namun, aku akan selalu kembali padamu
Dalam lingkarnya kodrat alam...


#30haripuisi :#Day10 : Rumah

Saat Senyum Merekah Menjadi Sesuatu Yang Termanis Untukku

Asa,
Rasakanlah betapa semua ini indah
Saat matamu mampu melihatnya tersenyum kembali
Indah seindah kecupan pertama...

Hal yang tak mungkin aku lewatkan
Adalah memeluk binar-binar ketulusan di matanya
Untuk kubawa menjadi bentuk dalam setiap sikapku
Memeluk binar-binar kedewasaan dalam tutur katanya
Untuk menjadi doa bagi jiwaku, penyejuk bagi ragaku

Asa,
Lihatlah setiap lekuk di tubuhnya
Ia menyimpan begitu banyak misteri
Yang tak mudah untuk kuselami
Namun, aku tetap mencintai misteri yang menyelubunginya
Di dalam setiap gerak langkahnya dalam tiap detik yang berlalu

Asa,
Kecuplah setiap sikapnya
Yang akan menjadi panutan bagi seutuhnya diriku
Saat senyum merekah menjadi sesuatu yang termanis untukku
Itulah persembahan terindah pula bagiku

Terima kasih, embun pagiku
Terima kasih, cintaku
Apa yang kau persembahkan ini
Akan menjadi persembahan terindah pula bagi dunia...


#30haripuisi #Day9 : Persembahan

Selasa, 14 Desember 2010

Saat Getaran Itu Sanggup Mengubah Segalanya

Saat kelam malam tak berbintang
Dingin tak membiarkan sedikitpun kehangatan menyelubungi rasa
Saat kelam malam menjadi sebuah sejarah
Di ujungnya sembilu menancap pelan namun dalam

Tiba-tiba
Selarik sinar datang menyergap seluruh atap di jiwa
Menyilaukan mata sayu dengan segala kegelisahannya
Berdebam... Menggelegarkan ruang dan sukmaku

Getaran itu seolah mengingatkanku pada mantra-mantra itu
Sebuah mantra yang teramat memilukan
Sebuah mantra yang teramat menyakitkan
Sebuah mantra yang teramat menggetarkan
Menggentarkan setiap hati yang merasakannya...

Pening...
Mencerabuti kepalaku...
Berputar-putar tak terelakkan lagi...
Aku terkulai, letih, dan lemas
Terpaku pada mantra-mantra itu..

Hah...!
Mantra ini bukanlah doa-doa
Namun ini hanyalah sebait kata biasa
Yang sanggup mengubah segalanya...
Ya, Saat getaran itu sanggup mengubah segalanya
Maka hidup ini bagai sebuah zombie yang tiada akhirnya...



#30haripuisi - #Day8 : Mantra

Rasa Ini

Kemah jiwaku porak poranda...
Kembali aku terpuruk dalam keengganan
Kebisuan, dan kelelahan yang meraga
Menyesakkan hingga ke dinding kalbu

Mungkin kau tak mengerti apa yang kurasakan kini...
Mungkinkah...?
Kepekaanmu bagai seorang musafir di padang tandus
Separah itukah...?
Hingga kau hanya memikirkan dirimu sendiri yang tengah kehausan di belantaranya padang tandus itu...?

Rasa ini
Mungkin tak kan selamanya ada
Berbalut malam dan cinta pada sang pagi
Perlahan akan sirna ditelan waktu

Mungkin...
Di saat kau menyadarinya
Kau telah kehilangan sepotong hati
Yang selalu setia menantimu
Di dalam kekosonganmu, juga keriuhanmu...


#30haripuisi - #Day7 : Mungkin

Sekilas Wajah Tersembunyi

Mendung tak lagi mengeluarkan airnya...
Sesaat seraut wajah hadir di sana 
Merebak dalam kegundahan hati

Batinku berteriak lantang :
"Aku, tak mau menghakimi dia...!!!"
"Akupun, tak mau mengasihani dia...!!!"
"Aku juga tak mau membenci dia...!!!"
Tetapi, mengapa seraut wajah itu begitu mencibirku...?

Dia begitu nyata mengolok-olokku...
Dia seolah hendak berkata, "Kau, tak berdaya apapun atas diriku...!"
Aahh... Ada apa ini?
Batinku benar-benar curiga dan kalut...
Aku tak mau terilhami kebencian darinya...
Hanya karena seraut wajahnya yang tersembunyi dan mencibir 

Aku.......................
Hanya ingin hakku utuh...
Aku.......................
Hanya ingin kau tahu bahwa aku membutuhkan hakku
Mengertikah kau, hai manusia egois...???

Aku memang tak berdaya apapun atas dirimu, atas siapapun juga di dunia ini...
Biarlah hanya Tuhan yang berkuasa atas dirimu, juga diriku dan seluruh isi bumi ini...
Kebencian ini kan sirna ditelan kabutNya...
Karena aku tak berhak untuk membencimu...
Sekalipun kau sangat menyusahkanku dan telah membuatku terluka...!


#30haripuisi - #Day6 : Benci

Terkurung Aku...

Terkurung aku di bantaran beningnya air yang mengalir gemericik ini
Oleh aura senja yang berlabuh perlahan
Menguak tabir hari dengan jingganya yang mempesona
Biru kelabu sedikit terhampar halus di sela-selanya...

Senja,
Kapankah kau tak lagi mempesonakan diriku...?
Kapankah kau tak membuatku terkagum oleh kehadiranmu...?
Kau, selalu dan selalu memberiku kesan untukku

Senja,
Kurunglah aku selalu dalam pelukanmu
Bagai aku mencintai kekasihku; embun pagiku
Aku ingin kau selalu ada untukku
Menemani ambang malamku dengan ronamu
Rona sinarmu yang membias sendu, syahdu mengantarkan sang rembulan dan bintang-bintang
Untuk kupeluk dalam mimpi-mimpi malamku...


#30haripuisi - #Day5 : Senja

Senin, 13 Desember 2010

bungkamlah aku...!

Menyelami asamu yang kian tak menentu
Menyeberangi jalan pikiranmu yang terlampau licin
Tak membuatku lari meninggalkanmu
Tak membuatku jenuh menghadapimu

Adalah tutur kata yang kian semu...
Adalah sikap jera yang masih jauh membumbung tinggi
Alam semesta berlagu sendu
Air mata mengoyak rasa

Rindu yang kian membiru
Pucat pasi bagai putih rembulan siang
Bungkamlah aku, jika itu bisa membuatmu bahagia
Bungkamlah aku, jika itu bisa memuliakan dirimu

Aku, akan sebisa mungkin berlari dan tak kan melihatmu lagi
Di kegelapan, dalam bungkamnya batin dan rasa; tutur kata dan rinduku...

Lihatlah...!
Pagi kan segera berpendar
Inilah waktuku untuk bahagia; tanpamu...!


#30haripuisi - Day4 : Pucat

Yang Terbuang Itu

Dia hanya terdiam...
Membeku dan membisu...
Hanya air yang perlahan menetes di dirinya
Yang bisa membentuk ruang buatnya...

Ruang cekung perlahan menjadi sebuah ceruk
Untuk menjadi tempat terindah bagi beningnya
Dipecah, dilempar, dibuang...
Namun kau tetap tak bergeming...!!

Apakah yang lebih menyakitkan daripada itu semua?

Batu yang terbuang itu...
Malahan telah menjadi batu dasar rumah
Menjadi pondasi terkuat 
Yang tak akan terbuang kembali...

Hanya dengan diam
Kau telah menunjukkan eksistensimu
Sebagai pengokoh dan pengikat bangunan di atasnya...



#30haripuisi - #Day3 : Batu

Senandung Rintik Air

Tahukah kau, hujan ini mempunyai irama yang cantik...?
Nada-nadanya indah, tak sumbang seperti pita-pita suaraku...
Ditemani warna warninya yang teduh mengetuk rinduku
Rindu pada hujan yang mengaliri sungai-sungai bening

Hujan...
Kumohon ajari aku senandungmu
Senandung tentang keindahanmu
Bahwa kau tak kan pernah berlalu begitu saja
Meninggalkanku dalam kefanaan...

Hujan...
Kumohon jatuhkanlah mahkotamu di atas kepalaku
Aku akan senantiasa menanti cantikmu
Karena aku tahu, kau tak kan penah menyakitiku...

Hujan...
Maukah kau menjadi hujanku...?
Maukah kau membasuh segala lukaku...?
Aku ingin menjadi rindumu selamanya...
Aku ingin menjadi cintamu selalu...



#30haripuisi - Day2 : Hujan

Langkah

Saat langkah demi langkah tersusun
Di dalam sebuah perjalanan ini
Tersirat satu senyum memukau rasa
Menemani rona jingga yang merekah

Di ujung senja ini perjalanan kian tertatih
Tak ingin aku menghentikannya
Meski satu detikpun
Tak akan kubiarkan asaku lari

Telaga bening itu telah menunggu
Di akhir perjalananku
Meski gontai, meski perih, meski letih
Aku kan tetap menabur senyum di sana
Sebagai jejakku pernah ada di sini..



#30haripuisi - Day1 : Perjalanan

Minggu, 12 Desember 2010

setitik kasih

Kuingin selalu ada di dalam kasih ini, meski hanya setitik saja, walau harus menderita karenanya...

Sabtu, 11 Desember 2010

Perhentian Ini

Di sudut perhentian ini, aku tertunduk menyapa bumi dan menangis...
Tak ada lagi asa, bahkan sepasang mata teduh yang senantiasa memandangku penuh kelembutan...

Masih di satu sudut perhentian yang sama...
Aku tak kuat lagi untuk menatang tubuhku sendiri
Aku ingin rebah sesaat, melepaskan segala beban kepedihan ini sejenak...

Di dalam keremangannya, aku kenangkan segala jejak langkah bersama pemilik sepasang mata teduh itu...
Tak akan ada lagi senyum yang indah mendebarkan kalbu...

Kini hanya bayangan semu yang selalu siap diterbangkan angin kapan saja...
Kini hanya derai hujan dan dingin yang setia menemaniku...
Kini hanya deraan luka yang tersisa...

Terbanglah, sayang...
Aku akan rela melepasmu
Serela saat kita harus berjumpa
Serela saat pertama kau kecup keningku
Serela saat kau peluk tubuhku
Serela saat aku tak kuasa untuk merindukanmu

Di perhentian ini, di sudut-sudutnya yang penuh ketidak pastian
Aku ingin menikmati diriku sendiri berikut kelukaanku
Sepenuhnya, aku tak ingin sejengkalpun menghindarinya hingga aku berada di perhentian berikutnya
Karena di saat aku lemah, maka aku akan kuat...

Jumat, 10 Desember 2010

Aku dan Bivak : Pemeliharaan Tuhan dan Keindahannya


Teringat saat harus tidur di tempat seperti itu di alam bebas... Bukan bermaksud menyaingi Belantara Indonesia, hehehehehe... Tapi aku ingin sedikit share tentang bivak yang satu ini...

Membuat bivak hasil karya sendiri, yang sambungan dari ranting ke rantingnya harus diikat oleh benang kasur *benang berwarna putih* yang terbuat dari kapas, sehingga bisa diurai kembali dengan cepat setelah ia luruh dan menyatu dengan tanah.

Di gambar itu, benangnya kehabisan, yang ada harus menggunakan tali rafia. Tali rafia terbuat dari plastik, sehingga dia sangat memakan waktu yang lama untuk bisa diurai kembali. Dia musuhnya bumi. Jadi, setelah kami selesai menggunakan bivaknya, dan pada saat bivak itu dibongkar, maka harus dilepas kembali tali-tali rafia itu dan harus dibawa pulang. Sungguh diharamkan, tali rafia ditinggal begitu saja di sana, di butan, di tanah tempat kita pinjam untuk berteduh dari dingin dan hujan selama beberapa malam ini.

Makanya, aku sangat aneh dan heran, jika mendengar yang katanya pecinta alam sangat tega membuang sampah sembarangan seperti botol minuman atau yang lainnya. Pecinta alam gadungan kali yaaa...

Bisa terbayangkan bagaimana suasananya saat tidur di tempat seperti itu. Apalagi saat itu hujan. Meski gerimis, namun air hujan itu sanggup menerobos pohon-pohon besar di bawahnya dengan adil dan merata. Setelah seharian berkegiatan, aku pun tidur. Saat hendak tidur, aku melihat ada anak kodok yang singgah di dalam bivakku. Aku tidak mengusirnya. Namun aku langsung saja masuk ke sleeping bag yang telah tersedia dari kemarin malam. Aku berdoa agar aku tak menemukan rintangan yang cukup berarti, meski saat itu tidur di bawah hujan beratapkan dedaunan dan beralaskan tanah saja.

Suara malam kian terdengar. Berbagai hewan yang aku tak pernah tahu sebelumnya, kini bisa aku dengar dengan jelas... Indahnya... Seandainya hari tidaklah hujan, maka aku bisa memandang bulan dan bintang dengan jelasnya seperti malam kemarin. Suara malam yang dipersembahkan sang alam sungguh indah, bagaikan simfoni yang dipersembahkan oleh Sebastian Bach, bahkan mungkin suara yang satu ini lebih indah daripada yang pernah aku dengar.

Pengalaman yang sangat luar biasa yang pernah aku alami. Aku bersyukur bisa menikmatinya. Aku tak akan pernah lupa akan sapaan alam yang aku singgahi selama beberapa malam dan beberapa siangnya. Aku sangat merasakan pemeliharaan Tuhan yang sangat indah. Bahwa dengan bersatu dengan alam, maka kita akan senantiasa merasa dekat dengan makhluk ciptaanNya yang lain. 



* I will miss you always, Cicaruk...:)