Thanks for this day.. May God bless us everyone and everywhere..
Diberdayakan oleh Blogger.

Selasa, 29 Juni 2010

K A U

Kau merengkuhku dalam harap
Tak peduli seberapa besar aku melukaiMu
Kau tabur senyuman putih tulus dalam keheningan
Merasuk ke rongga-rongga di dadaku, menggoreskan keindahan tiada tara

Bagi batinku, Kau teramat penuh kasih
Memandangku bagai bayi tak berdosa
Memandangiku dalam keheningan yang berpadu dengan kesegarannya
Memandangku dalam kelembutan yang eksotis

Kau mencintaiku tanpa syarat
Cintamu luas tak terukur
Kau selalu memberi lebih dari yang kuminta
Menyediakannya dalam keagunganMu yang sejati

Kau menyayangiku hingga sehabis-habisnya jiwaMu
Kau tak peduli masa-masa di saat aku harus mengalami kebutaan dan ketulianku, keterpurukan dan kebodohanku
Terasa gelap, senyap mencekam, pekat, bagai berada di sebuah ruang hampa udara
Kau membebaskanku dengan kebijaksanaanMu, dengan keteduhan jiwaMu, dengan tangan terentang yang siap menyambutku; menungguiku selalu

Menikmati kasih sayangMu bagai berada di kedamaian yang tak berkesudahan
Kau buktikan itu semua tanpa banyak kata
Bahkan, di blogku ini Kau perkenankan aku bertemu dengan orang-orang pilihanMu...

Kumohon, berilah aku kepekaan agar selalu mampu merasakan bentuk-bentuk kasihMu dengan berbagai cara, sesederhana apapun itu...

Minggu, 27 Juni 2010

bagaimana jika.....


Bagaimana jika kita difitnah, dizalimi, bahkan dibunuh mata pencaharian kita?

Bagaimana jika kita dilukai, dipermalukan, bahkan dianggap tak ada, terlebih bayangan kita sendiripun tak bisa menolong kita?

Bagaimana jika usaha yang telah kita rintis selama bertahun-tahun dan mulai terlihat buah kesuksesannya, namun hanya dalam hitungan detik saja, dia hancur?

Bagaimana jika semua kejadian itu datang bersamaan dalam waktu yang bertubi-tubi?

Kehancuran, kesendirian, kesepian, depresi, dan kegelapan pastilah demikian membayang kuat dalam setiap kedip mata kita.

Kita, yang selalu terus berusaha untuk hidup jujur penuh tanggung jawab dan berusaha tidak menyakiti orang lainpun, seringkali mengalami hal-hal yang tidak kita inginkan.

Pastilah kita bertanya, "Orang yang tidak pernah berbuat jahat saja bisa disakiti, dibohongi, ditipu, bahkan mengalami masa kehancuran yang teramat sangat. Bagaimana dengan orang-orang jahat itu? Mereka malah bersenang-senang dengan kejahatannya. Sungguh tidak adil...."

Lalu kitapun kembali bertanya-tanya, "Kapan orang-orang jahat itu musnah dari kehidupan kita...?"

Percaya saja pada satu hal, bahwa Tuhan tidak akan diam, meski Beliau membiarkan semua hal yang demikian buruk ini terjadi dalam kehidupan kita.

Sangat susah untuk tetap pada keyakinan itu, tapi pegang juga satu hal lagi, bahwa dengan kekuatan doa dan cinta kita kepadaNya, kita akan tetap diperkenankanNya untuk selalu menjadi yang terbaik di mataNya, dan nama kitapun akan tercatat di hatiNya Yang Maha Indah... Dan, orang-orang jahat itu bukan lagi menjadi urusan kita. Biarlah itu menjadi urusan Tuhan...



*Oya, jangan coba-coba buat bunuh diri ya... Terlintas di pikiranpun jangan sampai! Tuhan beneran ga suka dengan ini...tar Beliau bilang, "Untuk mencintai diri sendiri aja ga bisa, bagaimana kamu bisa mencintai makhlukKu yang lainnya?"
Ujung-ujungnya, kalo tar setelah bunuh diri Tuhan ga ngampuni dosa kita (karena dengan bunuh diri, kita udah mencoba melakukan hal yang bukan merupakan hak kita), meskipun kita tiap malem didoain sama keluarga, saudara-saudara, dan tetangga kita, gimana dong...? Gimana hayoooo...?



**buat temanku yang saat ini sedang mengalami kehancuran dan putus asa...yang kuat ya...aku bantu doa juga...karena cuma itu yang bisa kulakukan buatmu...semangaaattt...!!!

ikatan rasa

Satu sentuhan rasa yang tersemat di dadaku
Ingin ku terus menjaganya, menjadi sebuah sinaran yang anggun dan cantik
Menebarkan warna warni ceria, dengan sebentuk keikhlasan sepanjang masa

Satu sentuhan rasa yang terjalin indah
Bagai pelangi di sore hari
Menepis segala kedukaan yang sempat menyapaku
Indah, seindah-indahnya yang kurasakan benar-benar hadir di sini dalam palung hatiku yang terdalam

Lagi... Satu keindahan yang menyapaku hadir membayang mengikuti kemanapun arah bola mataku tertuju
Melintasi segala pandanganku
Mengisyaratkan bahwa kau baik-baik saja

Karya-karyamu selalu dinanti, maka berkaryalah dengan segenap hatimu
Disertai doa dan senyummu yang paling indah

Satu area, bahkan beberapa memerlukan kehadiranmu
Maka datanglah dengan suka cita, membawa kesejukan dan nuansa baru bagi mereka

Bawalah senyumku, dan simpanlah di sudut hatimu yang termanis
Rasakanlah debar jantungku di sana

Kecuplah bumi dengan santun, dimana saja kau baru menginjaknya
Berdiri tegak dan tancapkanlah panji-panji kesabaran, ketabahan, harapan, kemenangan yang hakiki, dan kasih bagi segala makhluk

Hingga kembali pulang masih dengan kesejukan dan titik-titik keindahanmu, meski keletihan teramat mendera raga dan otakmu
Karena, kaulah embun pagiku...



*please be careful...keep your smile everywhere and everytime whatever you do; in good and bad.
Stay cool and lovely...

lepas sesaat

Berbaring di atas rerumputan, bersandar pada bumi yang ada di bawahnya

Memandang langit luas; biru tersaput awan-awan putih

Mereguk indahnya pagi berseri bersama udara yang mengantarkan ribuan wangi bunga

Bersama embun pagi yang cemerlang, bak percikan air surgawi yang diturunkan ke bumiku

Bermain bersama kupu-kupu yang hinggap di daun

Bersama alunan gemericiknya air sungai bening yang menimpa bebatuannya

Aku enggan beranjak dari tempat ini
Beranjak dari keagungan alam yang telah berkenan memberikan seluruh aromanya...
Rerumputan, dedaunan, mentari berikut kehangatannya yang teduh dan mesra, angin yang tak henti mencumbu dedaunan dan menyapaku penuh senyum...

Aahh...memukau jiwa, membangkitkan syukurku

Aku ingin menanam cinta kasih dan keramahannya

Di sini, di padang rumput ini

Di bawah rerimbunan pohon yang menjulang tinggi

Aku ingin lepas sesaat dari hingar bingarnya dunia

Menyepi dengan kesenyapan alam dan bahasanya yang santun

Dia senantiasa berbisik manja untuk mengajakku selalu bersyukur dalam pelukan rinduku bagi alamku tercinta...


*selamat pagi......
Meski kemarin sore di dalam hitungan detik, bumiku sedikit bergoyang dalam 6.3 SR di kedalaman 34 km dengan pusat gempa di Tasikmalaya.
Semoga syukur tulusku saat ini sampai ke lapisan bumimu terdalam, untuk kau simpan di setiap lapisanmu dan sanggup membuatmu tersenyum kembali...

Jumat, 25 Juni 2010

lentera di hatiku


Malam mulai menyapaku ramah, sesaat sebelum aku merebahkan diriku, dengan penuh syukur setelah seharian kukemas hari dengan karya-karya dan masalah-masalah yang mengikutinya.

Sejenak kupejamkan mataku, seiring dengan kesegaran tubuhku yang sengaja kusiram dengan curahan air-air bening yang sejuk, menantang adrenalinku; melawan dinginnya yang dibawa sang rembulan, meski belum utuh menyinari bumi Parahyangan.

Kunyalakan lentera sebagai dian yang menyinari seluruh sudut-sudut rumahku yang rata dengan kegelapan. Sebuah malam yang sarat dengan kesyahduan, di sela-sela angin yang mendesir manja, merasuk ke pori-poriku seakan berbisik pula, "aku mencintaimu," dan di antara sayupnya lagu Waka-waka : This Time For Africa...

Kupasang lentera itu di pusat ruangan agar terangnya sungguh benar adil. Satu lentera dengan keheningannya mencoba menerangi setiap ruang hatiku dengan tulus geriap sederhana, namun tegas dan lugas. Kutahu pasti niatnya baik; ingin selalu menerangiku apapun kondisinya, dan bagaimanapun keadaannya diriku; dalam susah dan senang, tangis dan tawa, malang dan untung, sakit dan sehat, serta saat aku malu dan saat aku penuh nyali...

Kupasang lentera itu sebagai pandu bagi jiwaku disaat gelap ataupun terang. Terangnya yang menyinari dengan halus, rendah hati, dan penuh kasih.

Teruslah kau menyala hingga pagi menjelang, wahai lenteraku.
Janganlah kau pudar, tetaplah dengan keceriaanmu menerangiku di setiap kegelapan yang datang...

Agar aku dapat menghadapi pernak perniknya kehidupanku dengan penuh semangat, mewarnainya dengan warna warni alami, penuh kebebasan yang bertanggung jawab. Dengan doa, usaha, dan totalitas kepasrahan yang sangat tinggi.
Mempersembahkan keindahan bagi dunia dan alam sekitarnya sementara ada sesungging senyuman yang termanis, dan sepasang mata yang menatapku penuh keteduhan...

Akupun, tersenyum penuh keindahan, pada sang pemilik mata teduh dengan sesungging senyumnya yang hanya untukku.
Aku, merindukannya selalu, seiring debar jantungku dan lentera yang selalu bersinar untukku...


Terima kasih, Tuhan...

bandung, 24062010 20:48

Kamis, 24 Juni 2010

sore ini dan suasana kotaku

Aku tak banyak kata mendapati antrian begitu padat dan panjang di jalan yang kulalui sore ini.

Maklum, Bandung sekarang memang selalu padat, apalagi di musim liburan ini. Banyak bis-bis pariwisata yang panjang plus lebar memenuhi kotaku, khususnya di seputaran Jl. Cihampelas.

Laju kendaraan yang kutumpangipun jalannya ga ngacir. So slowly..biasa aja..
Di angkot ini, aku sempat melihat seorang ibu makan makanan ringan yang dibawa di tasnnya.
Aku ga terlalu perhatian, dia makan makanan ringan apa (kalo ngeliat terus, ntar disangka pengen, lagi hehe).

Ada satu hal yang bikin aku salut, kagum, dan terharu, bahwa setelah dihabiskannya makanannya itu, dia menyimpan kemasan dan bungkusnya di dalam tasnya. Dia ga membuangnya di bawah tempat duduk di angkot itu...
Wah...sekali lagi aku benar-benar kagum. Ternyata, kesadaran akan keindahan dan kebersihan lingkungan, sangat besar di benak ibu ini. Dia ga serta merta membuangnya di jalanan. Mmhh..hebatlah pokoknya, pujiku dalam hati.

Melewati persimpangan Jl. Aceh - Jl. Merdeka, aku juga melihat betapa jalan raya itu telah halus di hotmix...
Mmhh kotaku tercinta tengah berbenah. Pantes aja macetnya tambah-tambah. Soalnya, selain musim liburan, ternyata perbaikan jalan sudah dimulai pada jalan-jalan di titik-titik tertentu, yang setahuku misalnya di Jl.Siliwangi - Simpang Dago...

Aku menghela nafas sambil tersenyum... Ada satu nuansa yang menghembus dalam hatiku... Bahwa, aku semakin mencintai kotaku dengan apa adanya...

bayangan

sebuah bayangan yang hadir di sini...
selalu membuatku jengah
akan sesuatu yang memang belum pasti akan terjadi

mengapa, bayangan itu senantiasa membayangi setiap langkahku...?
membayangi dan demikian mempengaruhiku
bagai sebuah nitemare di separuh batinku

mengapa selalu sibuk dan repot dengan sesuatu yang belum pasti?
yang belum pasti ada dan sebuah kepastian itu memang benar-benar real buatku
menjalani sebagian hari dari yang tersisa...
menyulam hening menjadi sesuatu yang lebih berarti lagi..

akankah, bayangan itu akan menjadi lebih indah dari sejatinya?
mungkinkah bayangan itu menjadi manis untuk hari-hariku?
jika mungkin, akankah aku teringat asal muasal dari bayangan itu..?
  
semoga...aku tak akan pernah bisa melupakan dari mana segalanya ini berawal...
kuingin menjaganya dengan rendah hati, ketulusan, dan ramahku...

Rabu, 23 Juni 2010

butir-butir embun di daun


Butiran embun di daun pagi ini, yang ikut terbawa oleh angin...
Sejuk segarnya bukan sekedar di sebatas mataku saja
Namun, sampai pada ujung hatiku; selalu

Aku tahu, rindu ini selalu saja ada
Setiap saat aku memandang embun pagiku...
Ceria, cemerlang, namun penuh haru
Dalam langkah-langkah nan rendah hati.....


***** Wah...senangnya...hehehehe...akhirnya aku dapet award juga dari Ariya Theonata... Terima kasih atas award ini, dan ini adalah merupakan award pertamaku, yang dinamai oleh Sang Pemberi Award dengan nama Friendly Visitors.

Harapannya, semoga persahabatan ini semakin bisa terjalin dengan lebih baik lagi, dari hari ke hari...

Selasa, 22 Juni 2010

sementara kesunyian itu

Sesaat sebelum mentari benar-benar rebah di balik cakrawala biru

Seluas mataku memandang, dengan wajah tersapu angin senja ini

Sebuah senja yang membawa inspirasi bagi jiwa heningku

Membawa angan kian melambung menyusuri petak-petak hidupku yang telah kujalani

Suka, duka, senang, ceria, perih, pedih, bahagia, sukses, gagal, semuanya telah berhasil membuatku menjadi seperti sekarang ini...

Terima kasih suka...karenamu aku begitu mengenal warna warni dunia dengan segala percikan dan keindahannya

Terima kasih duka...karenamu aku menjadi lebih mengerti tentang keramahan dan kelapangan hati

Terima kasih senang...karenamu aku menjadi lebih mudah untuk bersyukur menjalani apapun yang memang harus aku jalani

Terima kasih ceria...karenamu aku menjadi lebih mengerti apa itu bijak dan cinta kasih; dan menjadikannya nafas bagi hidupku

Terima kasih perih...karenamu aku menjadi lebih taat lagi untuk senantiasa menyebut namaNYA di setiap detik yang kujalani dengan penuh senyuman

Terima kasih pedih...karenamu aku menjadi lebih mengerti akan kesusahan dalam setiap perjalanan hidup untuk kemudian aku nikmati dengan setulus hatiku, sejauh kesabaran yang kupunya

Terima kasih bahagia...karenamu aku menjadi lebih mengerti akan tujuan hidup, membuatku merasa berarti bagi hidupku sendiri dan terlebih bagi sesamaku, mengerti sejauh pengertian itu sendiri

Terima kasih sukses...karenamu aku menjadi lebih mengerti akan sebuah arti tentang capaian dan timbangan hidupku

Terima kasih gagal...karenamu aku menjadi lebih mengerti apa itu artinya rendah hati dalam menyikapi sesuatu yang terjadi, sepahit apapun itu

Semua getar dan warna warninya datang dan pergi silih berganti seperti buah yang dipanen pada setiap musimnya

Bunga yang indah bermekaran dengan lebah yang minum madu darinya, kupu-kupu yang selalu lincah berterbangan kian kemari

Telah menjadi saksi akan bertumbuhnya jiwa dalam sukmaku, yang semoga diperkenankan untuk selalu menjadi yang terindah di sementara kesunyian itu, bahkan untuk selamanya di setiap keadaannya...

Senin, 21 Juni 2010

Nikmatilah...!


Nikmatilah setiap udara yang terhembuskan
Tak usah ragu kau menghirupnya
Semua ini telah tersedia bagimu
Dengan segala kesejukannya

Nikmatilah setiap air yang tercurah bagimu
Dari setiap hujan yang mengaliri lautan luas, dan sungai-sungai
Membentuk titik-titik embun yang cemerlang
Membentuk mata air dan sumur-sumur
Juga air terjun dalam segala keheningan dan kemurniannya
Dengan partikel-partikel yang menyuburkan bagi bumi dan tetumbuhan di atasnya

Nikmatilah segenap cahaya dari sumber api yang bernyala-nyala
Dari jutaan mil jauhnya, yang senantiasa mampu menghangatkan hari-harimu
Penuh warna dan hijau daun yang terciptakan berkat campur tangannya pula

Nikmatilah hasil bumi yang melimpah ruah
Pijaklah bumi yang dengan rendah hati berkenan menghasilkan segala rupa bagi seluruh kehidupanmu
Pijaklah dia dengan suka cita namun tetap santun

Pejamkanlah matamu...hanya dengan memejamkan matamu...
Satukanlah seluruh inderamu; rasakanlah betapa dirimu teramat mulia bagi mereka
Dengan senang hati dan penuh ketulusan, sekali lagi dan sekali lagi, mereka berkenan menyediakan segalanya bagimu
Maka, sepantasnyalah engkau merawat dan mencintai mereka dengan senang hati dan dengan segenap ketulusanmu pula
Unsur-unsur alam yang tak mungkin terpisahkan satu sama lainnya...
Unsur-unsur alam yang senantiasa setia dan jujur......
Merekalah cermin dari setiap perbuatan kita

Selamanya, bumi berputar pada porosnya......


* sungguh Maha Agunglah DIA yang telah menyediakannya bagi kami... siapakah kami ini, hingga Engkau benar-benar mencintai kami...? 

Meremehkan Hutang

Mau mencoba ikutan  Kontes Menulis Peribahasa yang diadakan oleh Pakde Cholik, dalam rangka menyambut atau mangayo bagyo RiRi ( Hari Berdiri ) BlogCamp yang pertama, tahun 2010.



Peribahasa :
Meremehkan hutang, akan membuat hidupmu sengsara.


Artinya:
Karena hutang adalah merupakan kewajiban yang harus kita penuhi, maka jika kita mempunyai hutang, kita harus menyegerakan untuk pembayarannya sebagai prioritas utama, sesuai kesepakatan atau perjanjian, jangan sampai ditunda-tunda. Maka rejeki kita akan dimudahkan.
Tetapi jika kita tidak mengindahkan hutang itu dengan alasan apapun, maka kehidupan ekonomi kita akan jatuh, bagaimanapun caranya.


Minggu, 20 Juni 2010

sebuah dawai ini...

Wajahmu membangkitkan sebuah perasaan aneh

Rambutmu tergerai tertiup angin sore ini, mengembangkan seluruh aroma wangi tubuhmu

Dengan aroma wangi tubuhmu pula, engkau tebarkan senyuman mautmu ke setiap penjuru kota

Tak ada yang salah di dirimu, terlebih kesalahanmu padaku, karena hanya sepintas saja kau berlalu dari hadapanku

Tetapi, mengapa setiap aku melihatmu, seperti ada kekuatan lain yang membuat pandanganku suram tentangmu...?

Mengapa aroma wangimu yang kau tebar malah menjadi suatu aroma yang sangat menyengat dan menghadirkan sesuatu firasat yang tak sedap tentangmu sendiri...?

Kau anggun, ayu, dan ramah....tapi mengapa keanggunan, keayuan, dan keramahanmu bagai sebuah bumerang buatmu sendiri...?

Tak bisakah kau berhenti sejenak untuk merajuk dan mengatakan sesuatu hal yang tak penting kepadanya...?

Tak bisakah kau berhenti barang sejenak untuk tidak membuatnya bingung...?

Tak bisakah kau berhenti sejenak untuk tidak membuatnya gelisah tak menentu...?

Tak bisakah kau berhenti buat selamanya agar tak mengintimidasinya...?

Tak bisakah kau membuat dia tersenyum dan memberi sebuah kedamaian yang murni...?

Tak bisakah kau sedikit saja bersikap wajar dan elegan...?

Angin sore inipun tak menyukai sikapmu; sampai-sampai ia sanggup menerbangkan segala yang ada di sini hingga puluhan kilometer jauhnya...

Sampai-sampai angin ribut ini kemudian berkolaborasi dengan air untuk mengobrak-abrik seisi kota dan meluapkan air-airnya dari sungai-sungai di kota ini...

Aku tak rela kau mengintimidasi dan bahkan mengintervensi dirinya... Bahkan, mungkin mereka juga akan berpendapat demikian jika mereka tahu; karena dia milik semua orang...

Dia bukan malaikat agung yang tercipta hanya buatmu

Tetapi dia adalah seorang hamba yang seharusnya melayani semua umatNya, di muka bumi ini, sejauh yang dapat dijangkaunya...

Entah dawai ini ngebeat atau ngerock, atau malah melow dengan irama yang mendayu-dayu, aku sendiri tak tahu...

Namun dengan kemiringan tertentu, dawai ini kemudian tercipta dan ada hanya untukmu...

ternyata, wanita itu...

Mataku : mata hati dan jiwaku segera terbuka, ketika kau katakan itu padanya...mata dan segenap inderaku yang lainnya tidaklah buta seperti yang kau kira

Kau seorang yang kupikir memiliki martabat yang agung dan indah, tetapi ternyata jauh dari itu

Kau tak ubahnya seperti seorang penggoda yang selalu muncul tiba-tiba dengan gayamu yang manja, dan senyuman yang membius

Namun jelas, tidak bagiku...setidaknya tebar pesonamu telah berhasil membuatnya selalu menanggapimu; dengan sikap dan bahasamu yang berlebihan; lincah tapi tak beraturan

Kicauan burung saja mengatakan bahwa wajahmu dipermak...penuh kepalsuan...! Apalagi hatimu...!

Sekali lagi, bukan aku yang mengatakan itu...

Aku sempat terperanjat mendengarnya, karena aku sama sekali enggan menghakimi dirimu, meski aku berhak banyak atas ini

Justru dari kicauan burung itulah aku semakin mengenalmu...

Sayang, masa depanmu lewatilah dengan suka cita...
Biarkan dia bahagia dengan pilihan hidupnya...

Aku mohon, jangan ganggu dia, sayangi dia dengan doa-doa terindahmu, seperti yang aku lakukan untuknya; selalu...

Aku mohon padamu, bersikaplah wajar dan tenang...

Jika mohonku harus dengan bersimpuh di hadapanmu, aku akan lakukan ini... Sungguh...!

Namun, kau harus ingat bahwa aku lakukan ini semua hanya semata-mata demi dia dan menghargainya dengan keputusannya, bukan karena aku menghormatimu...!

Jangan kau pikir aku tak tahu tentangmu hanya karena aku diam...

Sabtu, 19 Juni 2010

mungkin menyakitkan bagiku

Mungkin, aku bukanlah seseorang yang berharga bagimu
Namun aku masih akan tetap mengagumimu selalu

Mungkin, aku bukanlah seseorang yang penting bagimu
Namun aku masih akan tetap mendengarkan setiap ucapanmu

Mungkin, aku bukanlah seseorang yang harus kau hormati
Namun aku masih akan tetap menghargaimu

Mungkin, aku bukanlah seseorang yang selama itu bisa membuatmu bahagia
Namun aku masih akan tetap berusaha membuatmu tersenyum

Mungkin, aku bukanlah sosok bagimu
Namun aku masih akan tetap melihatmu dengan kemuliaanmu

Mungkin, aku hanyalah sesuatu yang tersembunyi buatmu
Namun aku masih akan tetap mendoakanmu untuk kebaikanmu

Aku, memang lebih suka berada di belakangmu
Duduk diam dan berjalan di atas kesukaanku, tak peduli dirimu

Aku sadar siapa aku; sosok yang sangat sederhana dengan segala keluguannya menghadapi hidup yang penuh semarak

Aku tak mengenal intrik-intrik yang mungkin selalu saja bisa muncul secara tiba-tiba dengan segala kecurangannya, dan jujur, aku memang enggan memikirkannya

Aku, biarlah menjadi aku...meski aku tak pantas untuk kau ingat dan kau lihat dengan satu biji matamu sekalipun, dan selalu tak mempedulikan dirimu (baca: sikapmu) padaku

Entah sampai kapan segala ketetapan ini akan singgah di hatiku untukmu, sedangkan perlakuanmu masih saja seperti itu...

Mungkin, kau sekarang sedang tersenyum dan tampak penuh kebahagiaan oleh para penyambutmu; siapapun mereka

Namun aku tahu pasti, di balik senyummu yang terukir, terselip sebuah rasa itu, rasa bersalahmu pastilah sebesar perasaanmu saat ini bahkan mungkin lebih

Jangan salahkan aku dan keadaan, jika suatu saat nanti itu tiba, dan terjadi bukan atas keinginanku.
Bahwa kelak, mungkin segenap rendah hati dan kesabaran yang pernah ada padaku ini tiba-tiba melesat menjadi pedang, yang bisa membunuhmu dan akupun tak mengenalnya

Kau, bukan saja hanya akan mati...
Namun kau akan hancur dengan serpihan-serpihan yang sangat tipis...

Bahkan satu butir debupun akan menjadi lebih mulia dan berharga dari pada dirimu...!!!

Jumat, 18 Juni 2010

sejenak

sejenak rindu datang menggebu
sejenak kasih datang dan pergi berlalu
sejenak pedih kian meresap
tapi kadang melambung tinggi...
menguap, entah kemana...

mmhhh...semua aku nikmati apa adanya
tanpa bisa mengubah sedikitpun
disaksikan oleh satu daun yang gugur di depan mataku
seolah mengajakku tersenyum
bahwa, dia begitu pasrah, melayang-layang dan akhirnya membawanya ke satu tempat : jatuh ke  bumi yang kupijak pula...
dan...riwayatnya berakhir...

namun jejaknya tetap kekal, bahwa dia berasal dari Yang Maha Kuasa; Sang Maha Wenang
yang memang benar-benar berkuasa atasnya, dan seluruh alam semesta
jejaknya akan selalu abadi
abadi bukan dinilai dari lama dan sebentarnya sebuah masa
namun keabadian berasal dari kemurnian; apapun itu...

gomenasai


Ternyata benar yang pernah aku dengar, bahwa jiwa seorang pemegang pusaka (baca: pedang), bisa menyatu dengan pedang itu sendiri, meski dia telah lama meninggal dunia. 

Cerita tentang seorang Jepang, yang semasa hidupnya berprofesi sebagai pembunuh bayaran demi uang yang banyak, yang ternyata harus membunuh keluarganya sendiri.
Dengan pedang katana, dia melakukan pembunuhan itu, yang pada akhirnya diketahui oleh seorang pembeli barang antik. Pedang yang digunakannya sekitar tahun 1500-an. 

Suatu malam, setelah dia berhasil membawa pulang pedang katana : pedang dari Jepang seperti samurai, dia membuka pedang itu dari sarungnya. Maka segeralah perasaan aneh bermunculan dari dalam hatinya. Ada perasaan kejam, sedih, takut, semua bercampur aduk, ditemani wangi yang keluar dari pedang itu, yang wanginya belum pernah dia cium sebelumnya. Itu kali kedua dialaminya, setelah kejadian yang sama terjadi saat masih berada di toko barang antik. Namun, dia tidak tega untuk meneruskan membukanya. Dia segera memasukan kembali pedang itu ke sarungnya.

Di sepanjang perjalanan pulangpun mulai ada sesuatu yang aneh. Dia mendengar bisikan "gomenasai" secara berkali-kali, dan dia tak begitu menghiraukan suara lelaki yang berbisik itu, meski sudah ada keanehan dan ketakutan yang kian merebak.

Malam kian larut, selarut hatinya yang kalut. Pada pukul dua pagi dini hari itu, dia terbangun dari tidurnya dan seperti ada yang menuntunnya, dia berjalan menuju ruang barang antik. Dia mengambil pedang itu, dan tanpa ragu lagi dia membuka seluruh pedang dari sarungnya. Dalam hatinya dia berbisik, "berkilau, sepertinya pedang ini sangat tajam..." Kemudian dia terus berjalan kembali ke kamarnya, dan dia mendapati seorang anak perempuan Jepang dengan baju ala Jepang jaman dulu, di atas tempat tidurnya. Dia sendiri merasa tidak takut dengan kehadiran anak itu. Bahkan anak itu mengajaknya bermain.
Namun dengan tanpa bisa diduga, tangannya yang masih memegang pedang itu tiba-tiba  menebas kepala anak itu, seiring bisikan "gomenasai". Segera darah segar bercipratan ke mana-mana. Maka, dia melemparkan pedang itu, dan dia merasa ingin berteriak sekeras mungkin, namun kerongkongannya tercekat. Tak bisa mengucapkan satu patah katapun. Dia telah membunuh anak itu! Setelah kejadian itu, dia merasakan kegelapan dan tak ingat apa-apa lagi.

Keesokan harinya, dia terbangun dan turun dari tempat tidurnya.
"Mimpi yang menyeramkan...sebuah mimpi yang benar-benar nyata" batinnya. Belum lagi dia selesai memikirkan kejadian yang dialaminya semalam itu, kemudian dia terkejut dengan pedang yang tergeletak di lantai, dengan darah yang mengering di pedang itu. Dia memekik, demi melihat semua yang jelas di matanya. Tanpa pikir panjang lagi, dia segera tancap gas, untuk pergi ke toko langganannya, untuk mengembalikan pedang katana itu. Dari sanalah, dia mendapat penjelasan dari pemilik toko itu, tentang riwayat pedang katana yang dibelinya, dan sebuah bisikan "gomenasai" yang seolah ingin meminta maaf atas segala yang telah diperbuat di semasa hidupnya.

Penyesalan yang terbawa hingga akhir hayat, bahkan bisa mewakilkannya lewat sebuah pusaka yang selama hidupnya dipergunakan untuk hal-hal demi duniawi semata.
Cinta kasih dari kehidupan yang hakiki harus senantiasa kita jaga, agar kita tak mudah silau oleh hal yang melulu bersifat duniawi....


* isnpirasi cerita dari ARDAN FM

T O P

* perubahan berawal dari kesadaran...
   dari mana kesadaran itu dibentuk?
- diambil dari salah satu dialog di film Yes Man


Fantastik...!!
Sesuatu yang luar biasa telah terjadi
Sesuatu yang sangat baru bagiku...


Aku.... Jadi suka fotografi...!!!
Sesuatu yang belum pernah aku bayangkan sebelumnya
Menjadi seorang 'peneliti' kecil, yang semoga bisa bermanfaat buat siapapun...

Aku enjoy melakukannya...walau jujur, capek juga sih hehehe...

Mmmhh...
Dengan tulus dan rendah hati...
Aku ucapkan terima kasih
Buat seseorang yang telah 'mengubahku'
Yang telah menyadarkan dan membukakan mataku
Bahwa yang terbaik dan terindah ternyata senantiasa ada di depan mata kita...



* thanks a lot ya....please keep cool and be lovely...

Kamis, 17 Juni 2010

kotaku yang manja

Di ketinggian ini, aku bisa memandangi awan dan kabut pekat yang mengitari gunung-gunung
Gunung-gunung yang berdiri megah dan angkuh
Menjulang seolah ingin menyentuh langit kelam di pagi ini

Kotaku tercinta yang sedang manja
Kemanjaannya bukan saja dimulai hari ini saja
Sejak kemarinpun langitnya abu-abu, hingga menurunkannya dalam titik-titik air; tak deras
Namun rintik-rintik manjanya sanggup membasahi segenap bumi yang ada di bawahnya dengan rata dan adil

Matahari pagi disembunyikannya jauh-jauh di belakang
Awan-awan itu menelannya hingga tandas, tak bersisa
Terang yang ada, hanya dari terang itu sendiri
Tak ada sedikitpun kehangatan dari bola api yang seharusnya ikut menerangi terang pagi ini

Kotaku saat ini, seolah menjadi grey area untuk hari-hari terakhir ini
Bahkan, bisa jadi hingga akhir juni ini; diperkirakan kelabunya masih ada
Apakah hanya kotaku saja yang diliputi abu kelabu ini...?

Kotaku tercinta... Baiklah jika kamu masih ingin manja
Manjalah dengan keanggunanmu dan rendah hatimu
Kemanjaanmu tak akan menghalangi langkahku dan langkah mereka untuk tetap berkarya
Bahkan, tak bisa menghalangi kunjungan orang-orang dari kota sebelah (baca : Jakarta, Bogor)
Untuk tetap menikmati keindahanmu dalam segala suasananya, mereka tetap saja memadatimu

Aahh, sudah kelabu, macet pula...
Tapi, aku tetap saja cinta kamu, selalu....!!

* Selamat datang dan selamat berlibur di kotaku tercinta.... Keep your smile when the rain welcoming you...

Rabu, 16 Juni 2010

diamku

Ketika aku harus diam
Tak banyak kata yang terciptakan
Tak banyak rangkaian huruf yang tertata di sini; di dalam rongga mulutku
Ketika aku harus diam
Dengan berbagai alasan

Meski aku tahu, diam tak selamanya indah
Datar, dengan temperatur di bawah nol derajat celcius
Dingin, sepi, dan senyap...
Tapi setidaknya aku ingin meredam segala peristiwa
Di kedalaman luasnya hatiku
Membekukannya menjadi kristal-kristal bening dengan kualitas prima yang maha indah

Aku tak ingin memaksa diriku sendiri untuk berkata-kata
Jika apa yang keluar dari mulutku dapat menjadi racun buatnya, bahkan bagi kehidupannya

Aku tak ingin mengeluarkan sebaris kalimatpun jika ia hanya menjadi sumpah serapah, cacian, dan makian

Aku tak ingin apa yang kukatakan ini menjadi sebuah sikap yang benar-benar egois, dan mencubit, bahkan mengiris hatinya!

Aku tak ingin mengutuk dan menyumpahi dengan kata-kataku!
Aku tak ingin menyakiti, apapun alasannya!

Energi yang kubuang lebih baik keluar lewat sebuah tangisan
Biarlah hanya deraian air mata yang berbicara

Kata-kataku adalah mutiaraku
Yang ingin kupersembahkan baginya, dan bagi siapapun : sesamaku
Menjadi berkat, dengan segala keindahan dan ketulusannya
Karena diamku, adalah doaku.....

Senin, 14 Juni 2010

entah untuk siapa segenap kedukaan ini

Perjalanan rasaku; rasa-rasa yang pernah ada
Di antara berlikunya hari yang kulalui ini
Aku terdiam, namun bukan berarti membisu
Aku menundukkan kepala, namun bukan berarti kelu dan menangis

Apakah rasaku telah mati?
Mengapa aku begitu susah untuk merasakan sebuah kekecewaan?
Mengapa aku begitu susah untuk menanggapi perasaan sakit yang menyesak di seluruh hati dan kalbuku?
Mengapa aku begitu bebal untuk merasakan ketidak sabaran?
Mengapa aku hanya terdiam membeku, meski telah tahu ada niatan yang tidak beres di balik perkataannya?

Apakah aku tidak peduli dengan segala rasaku?
Apakah aku tidak ada waktu untuk menyentuh perasaan-perasaan yang demikian ini?
Atau mereka memang tidak ada untukku?

Aku begitu mudah terharu
Begitu mudah menilai dengan kepercayaan yang kupunya
Apakah benar sekarang ini hal yang paling mahal di dunia ini adalah kepercayaan?
Kejujuran yang sejati amat jauh dari jangkauan?
Satu tanyaku jika memang benar demikian....

Mengapa?

Rasaku yang halus
Rasaku yang manis
Haruskah kunodai dengan sakit, marah, dan kecewa?
Tidak... Jangan sampai...!
Terlalu sayang untuk membuat hati ini sakit, marah, dan kecewa.
Apalagi ada kebencian, iri dengki, dan dendam
Itu, bukan bagianku
Itu, bukan rasa-rasaku dari perjalananku ini!

Biarlah ketulusan ada di atas kedukaan
Biarlah keceriaan ada di atas setiap luka
Biarlah malaikat-malaikat dan peri-peri pelindungku tetap menjaga seluruh rasaku
Hingga, aku selalu berkata,"entah untuk siapa segenap kedukaan ini..."

my way...

Jatinangor, I will come to you...
Please don't make me hurt hehehe...
For sumedang sky, please don't treat me bad...!
Please keep your waters in your eyes first
Please keep your weather for me...

Give me your sweetest smile for me, and I will be happy...
Thanks, see you there!

indahku

Aku luruh di pagi ini
Dengan sujud termanisku, ingin kuucapkan selamat pagi buatmu
Ditemani pekatnya pagi ini
Yang membawa butiran-butiran embun turun.

Ah, embun pagiku, kekuatanku
Kau adalah indahku
Tolong, temani aku hari ini
Untuk perjalananku yang satu ini

Adakah hari ini adalah hari indahku?
Tolong berikan senyumanmu yang hanya buatku
Untuk kubawa dalam perjalananku ini kali
Perjalanan yang akan membawaku menggapai cita-citaku.

Sanggupkah aku menjadi indah bagi diriku sendiri?
Tolong, temani aku di perjalananku hari ini... Agar indahku dapat menjadi indahmu pula...
Agar citaku dapat kuwartakan bagimu...!


* embun pagiku, tolong segarkanlah aku selalu...

kutukan siwa...?

Di dalam kesejukan pagi dengan udaranya yang khas, di antara warna warni kembang, di sini di tempat ini dia sempat berucap dengan lugas dan lantang namun ada suatu getaran yang tak bisa disembunyikannya...

"Kutukan Siwa masih ampuh... Tujuh panah Sang Arjuna berbalik ke 'bumi'... Tinggal tiga panah menunggu nasib. Tragis..."

Sejenak aku tertegun dengan segenap ucapannya. Ucapan yang tergambar di atas awan, di udara yang bertiupkan angin. Di tengah keindahan bak suargaloka ini, dia masih sempat berujar seperti itu. Kemirisan hatinya segera dapat kutangkap. Kegetiran di dalam langkahnya terasa seperti dawai yang sangat sumbang.
Tertegun untuk sebuah makna di balik ucapannya. Toh, dia telah sanggup menghadapi kekritisan di setiap suasana yang sempat tergambar di seluruh kehidupannya. Tersirat di dalam luka hatinya yang mendalam.

"Teruslah melesat, wahai tiga panah Sang Arjuna...! Melesatlah menembus setiap lapisan cakrawala yang tebal itu. Lapisan demi lapisan akan mengajarimu tentang banyak hal. Dengan keelokan alam semestamu yang maha indah ini, akan selalu menemani langkahmu yang terkadang letih dengan taburan segala doaku yang tulus. Melesatlah dengan segenap cinta dan sayangmu akan pilihanmu... Ketragisan, bukanlah sebuah pilihanmu bukan...? Kutukan Siwa tak akan berlaku bagi kalian... Kalian telah diruwat dan dirawat oleh sumber kasih Sang Maha Wenang itu sendiri..."

Kini, anginpun menderu di antara tuturku yang kadang tercekat, meski aku setengah berteriak mengucapkannya. Semakin membawa udara yang kian membeku. Sejenak kelam dan mencekam kian berhamburan. Di sanalah, tujuh panah itu berdebam. Luluh lantak...!

Kemilau di pagi hari ini, yang berhiaskan embun pagi yang melankolis, embun pagi dengan cahaya yang dibawanya, cahaya kerendah hatiannya membuat semuanya menjadi cerah kembali...
Senyum tiga panah Sang Arjuna kian merebak, di antara seluruh doaku saat ini. Satu di antara tiga panah itu, terlihat tersenyum penuh keanggunan padaku. Lebih indah dari yang lainnya. Karena sebuah senyum itu adalah milikmu. Penuh kemuliaan, dengan kedua  tangan terkatup di dada.

Satu panah, yang terindah yang pernah kulihat di sini. Di antara keheningan yang terindah pula. Ditemani embun pagiku, akupun tersenyum manis padanya. Suasana sakralpun hadir di sini. Segeralah kau menghambur ke langit luas. Jangan kau tengok lagi bumi ini. Meski air mataku sempat menghias di pipi, namun di baliknya ada sebuah kekuatan doa yang sangat ampuh, melebihi kutukan siwa...



* selamat, untuk kalian bertiga...khusus buatmu, doaku akan senantiasa hadir untuk sebuah ketetapanmu, di sini ditemani embun pagiku...hari ini dan sepanjang minggu ini adalah hari-hari bersejarah bagimu...sambutlah dengan penuh suka cita sebagai langkah awal dari semua karya pelayananmu untuk selamanya...!