Dalam banyak kasus, aku beneran ga bisa membedakan antara kebutuhan dan keinginan. Manusia yang bernama perempuan; khususnya aku *entah kalo perempuan lain, aku belum melakukan riset :D, selalu saja ga bisa menahan mata jika melihat tas atau selop, dan kadang sepatu kerja. Ga cukup punya satu. Padahal, pemakaiannya pun ga bisa dibarengin kan? Masa bawa tas kerja dua, dan pakai sepatu juga dua pasang sekaligus. Ini yang dinamakan keinginan. Selalu berbenturan dengan kebutuhan. Sebenernya ga butuh, tapi suara hati tentang kebutuhan langsung raib, dan aku langsung kepikiran untuk membeli tas atau selop atau sepatu yang aku anggap cantik itu.
Sekarang, hape ku sudah mulai ga bisa diajak kompromi. Dalam sehari, ia harus di hard restart berulang-ulang. Komunikasi lumayan agak terganggu, khususnya kalo aku pengen ngeblog lewat hape, dan sekalian berkunjung ke temen-temen blogku, meski dengan tanpa meninggalkan komentar.
Aku sedang berpikir bahwa kebutuhanku akan hapeku yang sudah rusak ini apakah memang relevan dengan kebutuhanku? Aku takut, ini hanya keinginanku semata. Namun, ada satu bisnis kecilku yang mungkin agak terhambat jika aku tak memiliki hape jenis yang satu ini. Jika aku membeli hape yang sesuai dengan keinginanku, selain dia masih mahal, aku masih saja ragu. Apakah aku memang membutuhkannya??? Memang sih, jika aku memiliki benda ini, aku berencana akan memaksimalkannya, mengembangkan bisnisku. Tapi tetep aja, aku masih ragu dengan keinginanku sendiri.
Kemudian aku pergi ke Mega Cell yang terletak di Jl. Pajajaran. Kabarnya, ia merupakan pusat penjualan merek hape yang aku inginkan terbesar di Asia Tenggara. Mmhhh... Kata penjaga tokonya, meskipun belum Grand Opening, tapi transaksi udah bisa dilakukan. Tapi masalahnya, apakah toko itu bisa menerima pembayaran menggunakan kartu debit? Tanya-tanya, tapi ga ada hasil memuaskan. Akhirnya pembelian ditunda.
Seminggu kemudian, aku pergi ke toko yang sama; Mega Cell. Uang cash udah aku bawa. Tetapi, hape yang aku incer itu kosong! Mmmhhh... Ini tanda-tanda, pikirku. Tanda-tanda bahwa aku harus berpikir lebih pasti lagi dengan keinginanku membeli hape baru.
Aku juga menyempatkan untuk pergi ke gerai-gerai lain mencari hape cita-citaku. Tetep kosong! Gerai demi gerai yang aku tanyai, tidak memiliki hape yang aku inginkan itu.
Ini, bukti bahwa aku harus tetap bertahan dengan hape jadul jebot itu. Namun aku tetap bersyukur bahwa aku pernah memiliki hape itu, hadiah dari seseorang saudaraku. Terima kasih Ko... :D Tapi gara-gara dirimu, aku jadi kena imbasnya ni. Aku jadi addicted sama benda yang telah kau perkenalkan 3 tahun yang lalu.
TORCH 2 Putih, aku tak pernah tahu apakah kamu bakal kumiliki atau tidak. Satu yang pasti, aku sekarang sudah menunda untuk memilikimu. 3 tahun menabung, akankah aku buang dalam waktu sekejap???
Aku tanyakan pada embun pagiku, ia pun tak tahu. Ia tak pernah mengenal hape yang pernah kumiliki ini. Ah, mungkin ia memang tak tertarik memilikinya. Ia tetap bening dan teguh dengan kesejukannya.