Prinsip itu semacam nafas. Ia merupakan sesuatu yang sangat dibutuhkan dalam kehidupan ini. Ia adalah pegangan hidup, panduan langkah untuk menjaga diri dari setiap peristiwa yang menghampiri, berseliweran pada setiap waktu.
Bahwasanya telah terjadi banyak pergeseran nilai dalam kehidupan ini. Jika jaman ibu bapakku dulu, pacaran itu adalah jalan bareng tanpa sentuhan fisik. Jalan bareng naik sepeda masing-masing sepulang dari kantor. Tak perlu banyak cakap. Hanya bareng, sudah membuat jantung berdebar lebih daripada biasanya, dan itu, sudah lebih dari cukup buat mereka.
Bukan zaman yang berubah, memang. Manusia sendirilah yang telah andil mengubah semua yang telah ada. Tidak menyalahkan siapa pun juga. Karena mungkin memang Sang Waktu telah menuliskannya demikian untuk kita yang hidup di era sekarang ini.
Tadi pagi, aku ngobrol dengan katakanlah adekku. Ia sedang menyusun skripsi. Tinggal sebentar lagi, ia akan meraih gelar sarjana hukum. Sebelum pagi tadi, beberapa waktu lalu ia sudah bercerita padaku tentang kegalauannya. Galau; mau terus pacaran sama Dion atau tidak. Adekku ini sangat cantik. Rika membeberkan segala kelebihan yang dimiliki Dion. Dibanding kelemahannya, Dion ternyata punya banyak lebihnya. Oleh karena itulah, adekku ini masih melanjutkan hubungannya dengan Dion. Aku, sebisa mungkin memberikan pandanganku kepadanya. Bahwa, cowok sekarang ini udah jarang banget yang baik. Jika Rika mau pindah ke lain hati, tolong liat lagi kebaikan Dion, karena jumlah cowok seperti Dion itu sekarang udah langka banget. Belum tentu nanti setelah Rika punya yang baru, akan sebaik Dion. Rawatlah Dion, sebelum Rika yakin memutuskannya. Jujur, waktu itu ada semacam perasaan tidak rela kalo Rika harus putus dari Dion.
Dan, pagi ini pun menjadi saksi putusnya Rika dengan Dion. Rika menilai bahwa Dion telah melanggar prinsip yang selama ini menjadi nafas buat Rika dan Dion pun mengetahui prinsip itu. Sebelumnya Rika telah memaparkan dengan gamblang, saat ia menerima cinta Dion, dan Dion menyanggupinya. Tahun ketujuh inilah, Dion rupanya sudah tidak tahan menutupi hasratnya, sehingga prinsip Rika dilabraknya begitu saja.
Terang aja Rika sewot. Sekarang, Rika bener-bener udah ga mau lagi pacaran sama Dion! Segala kelebihan yang Dion punya hilang semua. Keputusannya udah bener-bener bulet buat ninggalin Dion. Udah ga pake galau-galau lagi deh pokoknya. Karena Dion ingin melakukan yang belum semestinya dilakukannya. Rika bilang, meskipun sekarang gaya pacaran bebas *kayak gaya renang aja :D* seperti itu udah ga aneh lagi, tapi aku tetep ga mau. Dion udah melanggar prinsipku yang paling prinsip! Begitu kata Rika. Bagi Rika, keinginan Dion itu udah ga bisa ditolelir lagi.
"Jujur, aku sedih mba... Tapi sedihku bukan karena putusnya hubungan kami. Lebih karena aku menyayangkan, koq tega-teganya Dion melanggar prinsip itu. Aku cuma ingin, kalo nanti Dion udah punya pacar lagi, dia ga akan lagi memperlakukan ceweknya seperti kepadaku" Papar Rika di sela-sela curhatnya.
"Bukannya aku sok suci mba. Aku juga nyadar koq kalo aku punya dosa. Tapi hal itu udah menjadi prinsipku, dan aku ga mau melanggarnya." Ujarnya lagi.
Jawabku, "Iya, udah mah kita teh punya banyak dosa ya Ri, ngapain nambah-nambah dosa lagi dengan melanggar prinsipmu itu...."
"Iya mba, jangan dikaitkan dengan larangan agama dulu deh. Sebelum mengaitkannya, aku juga udah ga mau koq berbuat itu"
"Sipppp, dan aku bangga sama kamu....."
Wew, ternyata ya.... Cowok yang udah dinilai baik pun, masih seperti itu... Hadeehhh cape deh... Sekarang, aku justru mendukung Rika untuk putus dari Dion yang sebelumnya aku tak merelakannya.