Mentari pagi tersenyum riang menemani angin yang lumayan kencang di Hari Jumat 27 Januari 2012. Aku yang waktu itu berada di kantor pos kampus untuk mengirim beberapa hutang bukuku yang belum terkirim, mendapat informasi dari temanku yang juga berada di kantor pos waktu itu, bahwa telah terjadi kecelakaan maut yang menimpa seorang gadis belia, berumur 19 tahun. Cewek yang semalam baru saja merayakan ulang tahunnya, dan pagi itu ia menyiapkan kue tart untuk dibawa ke kantornya, kini telah tiada. Tragis. Sangat tragis, karena kepalanya terlindas ban belakang dari bis itu. Bis yang tak melaju kencang, karena baru saja menaikkan para penumpang.
Motor yang oleng karena tersalip oleh bis kota itu akhirnya jatuh. BRAKKK!!! Motor dan dirinya terpisah. Badannya jatuh ke arah jalan raya, sehingga ia masuk ke kolong bis itu. Kue tart pun berceceran. Cukup sekian usia gadis mungil berusia belasan tahun itu. Aku cukup sedih. Apalagi saat tersiar kabar bahwa matanya ternyata hilang satu.
Berbarengan dengan kejadian itu, tetangga sebelah rumahku berteriak histeris saat ia menerima telepon. Suara di telepon itu mengabarkan bahwa anaknya mengalami kecelakaan dan kini sudah dibawa ke Rumah Sakit Hasan Sadikin. Tetanggaku menangis sambil tak henti-hentinya berteriak memanggil nama anaknya. Suaminya yang tengah mandi pun terkejut demi mendengar jeritan isterinya memanggil nama anak perempuan satu-satunya itu. Hingga tak disadarinya, ia berlari ke ruang tengah masih dalam kondisi telanjang bulat! Tak ada yang menertawakannya saat itu. Yang ada hanya kepanikan yang luar biasa mencekam.
Saatnya berbagi tugas. Salah satu kakaknya, disuruh mencari ke rumah sakit yang disebutkan, kemudian kakak yang lainnya meneleponnya. Hape Reni tidak aktif, karena Reni sedang ujian di kampusnya. Semakin saja menambah kalut dan kacau pikiran kedua orang tuanya. Saudara lainnya pergi ke kampusnya. Alhamdulillah...... Reni ternyata sehat-sehat saja. Ia sedang tertawa-tawa dengan teman-temannya sambil membahas ujian yang baru saja usai.
Senyum kelegaan merebak di hati Ibu Iis dan suaminya. Saat Reni menginjakkan kakinya di teras rumah, ibunya menyambut dan memeluknya. Hangat penuh haru. Siapa yang tak panik? Sementara ada kabar terjadi kecelakaan di jalan raya, tiba-tiba suara di seberang sana berkata, "Halo, anak ibu kecelakaan...!!! Sekarang dia sudah ada di Rumah Sakit Hasan Sadikin. Sudah ada dua buah alat yang ditempelkan di kepala anak ibu. Sekarang kita butuh satu lagi alat tersebut, dan ibu harus menyerahkan uangnya segera....!"
"Anak saya, Reni, pak..."
"Iya, dia memang bernama Reni..."
***
Pengalaman yang cukup menggemparkan pada hari-hari kemarin. Masih bagus, si penerima telepon itu tidak menderita penyakit jantung. Penipuan kini telah merambah ke berbagai lini. Berbagai cara ditempuh. Sebagaimana korupsi yang tengah merajalela di negeri ini. Sepatutnya kita tetap waspada dan jangan lengah barang sedetik pun. Biarkan detik-detik mengambil jatah usia kita, karena memang demikianlah kodrat dari Sang Waktu bagi kita, tetapi tidak untuk menghilangkan kewaspadaan kita. Di mana pun kita berada, dan semoga Tuhan selalu menyertai langkah-langkah kita. Amin