Moga judul di atas ga lebay ya...hihihi... Tapi begitu keningku ini mengernyit karena sebuah keanehan, yang akhirnya menganehi diriku sendiri, jadinya terbersit untuk menjuduli *opo kuwi menjuduli, makin ga beres ni kosa kata* postingku ini dengan spontanitas hasil kernyitan keningku...
Berangkat dari sebuah kartu undangan merah bluwek yang tersimpan di meja, aku melihat kepada siapa undangan itu ditujukan; bukan untukku sih hihihi. Aku membuka sampul plastiknya, dan taraaaaaaaaaaa.... Ada sepasang nama kubaca di sana. Nama ceweknya aku kenal banget, karena rumahnya hanya berjarak sehasta saja dari tempat tinggalku *halah...gayane sehasta ahahaha* yang setahuku, dia akan menikah dengan pemberkatan tanggal delapan bulan Mei tahun dua ribu sebelas, jam setengah dua belas siang.
Sampai mataku jelalatan di sana, belum kutemukan hal yang aneh. Nah... Mulai dari sini deh keanehannya....!!
Pas giliran aku membaca Hari dan Tempatnya, koq ditutup label ya...? Ada apa gerangan...? Aku mencoba mengeletek label itu. Tapi alasnya kosong. Memang tempatnya di situ, di rumahnya, dan harinya hari Kamis, kemaren tanggal lima mei. Lah? Bukannya pemberkatannya hari Minggu? E tapi kenapa jadinya koq hari Kamis ya...? Mulai dari sanalah keningku mengernyit... Dari seputar informasi para tetangga kelurahan Cinta Damai, tersebutlah bahwa merekapun memperoleh undangan serupa. Dengan label yang bawahnya kosong, bahkan ada yang pas dikeletek labelnya, di alasnya tertulis adanya gelaran sebuah pesta pernikahan di sebuah cafe.
Makinlah mengernyit ini kening.. Udah ga berbentuk lagi *lha wong ga ngernyit aja udah ga berbentuk, apalagi kalo ngernyit, makin ga berbentuk aja ni...* Apa maksudnya ni undangan? Mmmmhhh... Ternyata si empunya hajat mengkotak-kotakan para undangan. Bahwa orang-orang lingkungan dan para tetangga hanya diperkenankan meninggalkan jejak-jejak kakinya sampai di rumahnya saja. Sedangkan orang-orang yang menurut dia selevel dan bisa dianggap, bisa nyampe ke sebuah cafe itu tadi.
Inilah keanehan yang menganehi diriku... Menurutku sih kalo *maaf* ga punya modal untuk bikin pesta, ya jangan mengkotak-kotakan para undangan, siapapun dia. Kalo dibalik, emang dia siapa? Pangeran William aja ngundang semua rakyatnya koq, dari pedagang ampe orang pinggiran. Ah, kejauhan deh kalo dibandingin sama Pangeran William hihi...makin ga nyambung ni arah konteksnya...
Menurutku lagi, akan lebih elegan jika pesta diselenggarakan secara sederhana saja, tetapi bisa menampung doa dari lebih banyak orang dari pada hanya cercaan dan hujatan dari para tetangga yang merasa tersinggung dengan pengkotakan ini. Lha wong namanya pesta je... Koq kayanya egois, cuma memperhitungkan untung rugi, dan pesta ini kan diharapkan hanya sekali untuk seumur hidup. Udah gitu, mending kalo hidangannya memuaskan para undangan, yang nota bene udah ngasih angpau sama pengantin *waktu itu ga ada cowoknya* Menurut kabar beritanya lagi, hidangannya itu cuma nasi kotakan, dengan isi yang minimalis.
Ya wislah... Yang penting aku udah nglumprekin keanehanku di sini... Kalo ada tetangga sehastaku yang membaca, ya mohon maaf, ini hanya pendapatku saja lho. Pendapat dari orang yang kurang gaul hihi ... Karena siapa tahu aja, model undangan yang begini ini udah banyak dilakukan di luar sana. Aku pribadi sih ga peduli ya... Wong aku ga diundang. Malah sempet ada yang bilang sih sama aku, "Masih mending aku diundang... Lha kamu...?"
Trus aku jawab begini, "Lebih terhormat yang ga diundang lah... Jadi ga perlu gondok...hahaha..." *Kabur ngeloyor pergi*