Kalimat sederhana yang menjadi kalimat sakti bagiku itu kian terngiang di dalam sanubariku. "Terbit tahun ini, atau tidak sama sekali!" tak berhenti menggema di antara proses penyusunan puisi-puisiku menjadi sebuah buku. Tujuh kata saja, tetapi bisa memendarkan semangatku hingga ke seluruh elemen tubuhku, dan berhasil menguapkan rasa rendah diriku; tepatnya rasa tidak percaya diriku, juga segala bentuk keraguanku.
Aku cari huruf demi huruf agar terangkaikan menjadi sebuah kata yang sederhana. Kunikahkan mereka menjadi semacam alunan melodi yang lugas tapi lembut, mendayu-dayu namun tidaklah cengeng, penuh makna dan cinta. Sesuatu yang indah. Itulah suasana yang ingin aku hadirkan di sana, selain makna dan kenyamanan yang ingin aku tuangkan. Akhirnya, aku pun tenggelam di dalam suasana itu. Mempertemukan kata-kata yang menjadi rangkaian kalimat. Di sanalah aku bertepi, bahkan tinggal dengan segenap jiwaku menjadi nyawa bagi setiap rangkaian kata-katanya. Setidaknya itulah yang sangat aku harapkan. Inilah aku dan puisi-puisi yang tersurat dan tersirat lewat jemariku. Maukah kau menyambangiku untuk meresapinya?
Ya, inilah kisah dari proses pencarian huruf yang berakhir dengan kata yang berpadu menjadi kalimat-kalimat sederhana, yang semoga dapat memberikan sesuatu yang berharga bagi para pembacanya, dan dari pernikahan kata-kata itu, lahirlah buku pertamaku : Kisah Cinta Embun Pagi dan Tuhan yang memuat sekitar 70 judul puisi (puisi ada yang diambil dari blog juga), satu judul di antaranya memuat puisi-puisiku yang berbentuk quote. Ada sekitar 47 quotes yang mejeng di buku pertamaku itu.
Dalam proses penyusunan buku ini, terus terang ada semacam rasa ragu dan rendah diri – bukan rendah hati lho :D
Seperti yang sudah aku tulis di atas, bahwa rasa ragu dan rendah diri (baca : tidak percaya diri – red.) itu tiba-tiba menyerangku di tengah proses penyusunannya. Bagaimana tidak? Puisi-puisiku sungguh sangat sederhana. Layakkah jika dia disebut puisi? Yang lantas dijadikan sebuah buku? Banyak teman-teman dekatku bilang layak. Tetapi, pas di tengah perjuanganku, muncul lagi perasaan itu, hingga orang yang mencoba mengerti kegundahanku dan mengapa aku menjadi gundah ini berkata, “Saya usulkan; terbit tahun ini, atau tidak sama sekali!”
Mulai dari sinilah, adrenalinku untuk segera menyelesaikan penyusunan bukuku terpacu. Terima kasih... Mungkin, tanpa kalimat yang kau ucapkan itu, buku pertamaku ga akan pernah lahir sampai kapan pun. Meski ia lahir di penghujung tahun ini, tapi itulah efek dari kalimat yang terngiang terus di telingaku.
Jika teman-teman ingin mengetahui siapa yang memompa adrenalinku, dialah Mas Teguh, seorang dari Semarang. Dia instrukturku sewaktu aku berkelana mencari ilmu di Semarang, beberapa tahun silam, selain Mas FA. Wiranto sang juri yang telah berkenan membantuku di acara MTMers’ beberapa waktu lalu. Masih ingat kan?
Banyak profil orang Semarang yang aku kenal sungguh membuatku bangga, yang sampai sekarang hubungan silaturahim itu tak pernah terputus. Mereka, seolah sudah menjadi saudara-sarudaraku sendiri. Tak ada jarak, tak ada sungkan. Meski, tentu saja aku tetap menjaga etika dan tata krama (karena aku lebih muda dari mereka semua). Deket, tapi tidak kurang ajar. Demikianlah kira-kira hubungankku dengan orang-orang yang telah sekian lama ‘merawatku’ di kota yang belum pernah aku jelajahi sebelumnya ini.
Terima kasih juga untuk siapapun yang terlibat dalam terlahirnya buku pertamaku ini; menguatkanku mulai dari embrio hingga lahirnya. Dengan rendah hati dan penuh ketulusan, buku ini aku persembahkan untukmu, untuk kalian, dan untuk siapapun yang menghargai cinta dan kehidupan. Dan sebagai bentuk rasa syukurku, aku berencana mengadakan give away yang hadiahnya adalah buku pertamaku ini. Akan ada 5 orang yang akan memperoleh buku Kisah Cinta Embun Pagi dan Tuhan. Bagi yang berminat, tunggu aja ya, pengumumannya... :D
Karya-karyaku di buku ini adalah hasil dari inspirasi yang tak pernah lepas dari Embun Pagiku dan Sang Penciptanya. Sebab, dialah rahimnya inspirasi bagiku. Kumpulan puisi yang sudah berbentuk buku ini hanyalah usahaku untuk merealisasikan keinginanku. Jika ada yang berminat memilikinya, itulah efek dari segala upayaku selama ini. Itulah apresiasi bagiku. Sungguh terima kasih aku ucapkan.
Buku ini berisi tentang cinta yang menghubungkan antara manusia dengan alam, manusia dengan sesama, manusia dengan negaranya, manusia dengan Tuhan, serta manusia dengan cinta itu sendiri. Bahwa kebanyakan, manusia selalu mengkambinghitamkan cinta sebagai salah satu bentuk dari keterpurukannya sebagai manusia.
Nah, bagaimana kisahnya? Puisi-puisi ini menuturkannya untuk Anda sekalian. Semoga berkenan.
Informasi bagi yang berminat :
1. Buku hanya bisa diperoleh di toko online, yakni nulisbuku.com
2. Bisa memesannya ke
nulisbuku.com atau lewat inbox akun FB-ku : Adriana ‘Windflowers’ Diana, atau lewat akun twitterku : @adrianawardani, atau lewat email novelty7278@yahoo.co.id
3. Harga Rp.35.000,- (belum termasuk ongkos kirim)
Baik, itulah sekelumit kisah dibalik penyusunan buku pertamaku, sedikit review tentang buku pertamaku, dan rencana tentang give away yang berhadiah buku pertamaku. Semoga ini semua dapat memberi inspirasi bagi teman-teman sekalian. Semoga buku ini boleh menjadi cikal bakal terbitnya buku keduaku dan seterusnya, yang membawa kontribusi untuk banyak pihak, memberi makna bagi kita semua. Amin.