Pagi yang menyembul di antara gerimisnya
Membawa dingin dan fatamorgana di sebelah kanannya
Aku tercekat memandangnya
Terkesima melihat keindahanmu yang terekam di bulir-bulir air yang menyertaimu
Gerimis pagiku kali ini membawa fatamorgana dan kilat-kilatnya yang cantik
Penuh pesona dan unik...?
Benarkah kau hanya fatamorgana yang tak bertepi...?
Tidak...! Bukan...!
Kau bukan fatamorgana...!
Sesaat kau terdiam
Beku dengan jubah birumu
Bermahkotakan gerimis pagiku
Di antara pilar-pilarnya kau berlindung
Sejenak kuayun langkahku ke arahmu
Menembus jutaan pilar gerimis pagiku
Ingin kupeluk tubuhmu di sana
Di antara rinai-rinai gerimis pagiku yang menghujam tubuhku
Perih bagai jutaan duri yang melukaiku
Tubuhku berdarah...
Gerimis pagiku memerah
Mengalirkannya ke arahmu
Namun kau tetap tak bergeming
Dingin menambah sayatan di sekujur tubuhku
Entah mengapa aku tetap ingin berlindung di tegapnya dirimu
Berlindung di dadamu yang bidang dan teduh untuk sejenak menghindari terpaan dari hujaman gerimis pagiku
Tinggal satu langkah lagi saat aku hendak menggapaimu
Aku kembali tercekat
Tertegun mendapati kau tak ada di sana
Aku menangis sambil menengadahkan wajahku
Biar duri-duri itu menerpa wajahku
Biar wajahku berdarah pula dengan kepalanya
Luruh...
Adalah kata terindah yang paling indah
Letih tubuhku kan kusandarkan pada bumi dan air yang mengantarkan ribuan cc darahku
Dan tetap membiarkanku terbaring di sana
Dengan fatamorgana yang sepi dan akhirnya menghilang
Seiring berlalunya gerimis pagiku kali ini...
Sebuah Puisi di Hari Ibu
15 jam yang lalu
6 komentar:
OOT: opo kabare jeng?...lamo tak besuo..hihihi
Sad ;(
sedihnya....
kak, mending konsul blog sehat ke lily kasim ato richa di group FB deh
cuman saran siy ^^
tok tok...mampir. nice poem
Mungkin ini adalah alur takdir yg sgaja tuhan ingin prlihatkn kpdamu agar jalinan kasihmu dan kasih Nya, selalu menyimpul di kedalaman hati...
Вельмі добры матэрыял.
Posting Komentar