Aku terpejam dalam lautan hening
Tak ada siapa-siapa di sana
Hanya ada biru dan derai angin merebakkan dirinya
Bahwa cinta adalah kuas, karma adalah catnya, sementara kehidupan inilah kanvasnya
Dan, semua berawal dari pengelihatan
***
Akan ada saatnya sejumput asa merekahkan senyummu
Menautkan diri bersama mimpi dan cinta
Menyelaraskan rindu yang berkepanjangan
Membakarnya menjadi sebuah cinta yang tak bertepi
Akan ada saatnya kau yang hanya diam tak bergeming
Pada lambaian cinta setulus rembulan menunggu malam hingga tuntas; hingga ia pucat pasi terbakar mentari
Menenggelamkan dirimu dalam keangkuhan bahwa kau tak balas lambaian itu
Mereguk cawan bangga diri hingga tandas yang menegakkan rasa tegamu
Akan ada saatnya kau robek pakaianmu sendiri
Mempersembahkan dirimu pada keping hati yang tak menginginkanmu sama sekali; dan matamu dibutakan karenanya
Serupa karma yang menghantuimu dengan senyum keadilannya
Sebab langitlah saksinya dan alam ada di genggamannya!
Sebuah Puisi di Hari Ibu
15 jam yang lalu
3 komentar:
Ketika kuas itu mulai menari membalurkan catnya yang buram di kanvas itu..sangat terasa cinta begitu pelik tak tertahan..Sebagian kecil dari makna yang bisa ditangkap dari pusisi diatas...happy blogging!
cinta menorehkan karma pada kehidupan..
anyway, nice poem :)
ya ampun,..ada kalanya kita dikhianati olehnya dan lupa bahwa jiwa kita telah sangat tersakiti ,..
semoga tidak terjadi padaku mbak :)
maaf br sempat lg jln2 kesini ya,..plis forgive me :)
Posting Komentar