Aku ingin menjadi mukjizat paling sederhana bagimu
Ketika kau berucap, "Terima kasih sayang," sesaat setelah aku menemanimu ke dokter gigi.
Ketika kau berucap, "Terima kasih sayang," sesaat setelah aku sajikan teh hangat tanpa kau minta, dan saat itu kau memang menginginkan teh, bukan kopi.
Ketika kau berucap, "Sekarang, badanku terasa lebih baik," sesaat setelah aku usap punggungmu dengan minyak kayu putih.
Ketika kau berucap, "Sekarang, dadaku terasa lebih lapang," sesaat setelah aku mendengarkan segala keluh kesahmu tanpa menyela, dan kau bisa tertidur pulas malam itu.
Ketika kau berucap, "Masakanmu bercita rasa utuh. Rempah-rempahnya terasa kuat di lidah," sesaat setelah aku selesai menghidangkan masakanku untukmu.
Ketika kau berucap, "Bakwan dan pisang goreng ini enak," sesaat setelah camilan ini aku buat dan menggorengkannya untukmu.
Ketika kau berucap, "Segera aku edit. Terima kasih," sesaat setelah aku memberitahukan kesalahanmu -hanya satu huruf saja- dalam mengetik sebuah alamat.
Ketika kau berucap, "Terima kasih, kau sudah meneleponku," sesaat setelah aku menghubungimu; dalam situasi apa pun dirimu.
Ketika kau berucap, "Terima kasih sayang," sesaat setelah aku membangunkanmu pada setiap pagi yang kau jelang.
Ketika kau berucap, "Tolong, sertakan aku di dalam doa-doamu," sesaat setelah bulir-bulir kayu cendana itu ada dalam genggamanku.
Ketika kau tersenyum dan mengacak rambutku, sesaat setelah aku kecup punggung tanganmu.
Sebuah Puisi di Hari Ibu
12 jam yang lalu
3 komentar:
mukjijat sederhana tapi mantap, puisinya romantis banget buat siapa siiiih... buaku yah.. hehehe
Problemnya dari kamu jeng ttg anonim tadi...sejauh ini aku ga tau..hehehhee..tar tak opreknya..
kalo di webblog lain gtu juga gak?
Posting Komentar