Hadooohhh... Rasanya makin ribet ni negara, saat ia bekerja sama dengan MUI untuk mengeluarkan fatwa haram bagi orang-orang kaya yang membeli bensin premium untuk kendaraannya.
Kalo menurutku sih, jika BBM (baca : bensin) udah mengenal kasta, maka sebaiknya petugas POM bensin melarang tegas orang-orang yang dianggap kaya, jika mereka hendak mengisi kendaraannya dengan bensin premium, yang notabene diperuntukkan bagi kaum miskin *ngeri juga ya istilahnya : MISKIN, langsung aja mempersilakan tamu-tamu 'VIP' nya ke gerai pertamax. Jika keukeuh.pengen yang premium, ya ga usah dilayani. Bikin semacam pager ayu dan pager bagus untuk menyeleksi pelanggannya dengan seramah dan semenarik mungkin. Tapi ada resikonya, yaitu para petugas POM jadi harus bersedia ngotot-ngototan setiap hari :D
Kadang aku juga heran lho. Orang-orang yang kebanyakan bangga dan senang, bahkan pengen jika dia dikatakan sebagai orang kaya, orang mampu, orang hebat. Tapi giliran ada pengelompokan strata antara kaya dan miskin, yang kaya tetep aja memperlakukan dirinya sendiri sebagai orang miskin.
Ah, ada-ada aja ni bangsa. Ya begini ini jadinya, kalo bensin mengenal strata, mengenal tingkat ekonomi dari para pengguna kendaraannya. Sebenernya sih jika kesadaran dan kepedulian dari masyarakat kita udah bagus, maka orang-orang yang merasa dan disebut kaya itu akan mengatur dirinya sendiri sesuai dengan yang seharusnya (berdiri di tempat di mana ia harus berada, dalam keadaan tertentu pula *karena pada dasarnya, siapa pun manusia itu harus berbaur*) tanpa disuruh, hidup dalam etikanya.
Karena, kualitas bensin juga bisa memengaruhi mesin dari kendaraan tersebut. Sayang juga kan kalo harga mobil yang ratusan juta rupiah, bahkan ada yang nyampe miliaran rupiah itu mesinnya cepet rusak. So, ga ada salahnya juga jika beli bensin, sambil sekalian untuk perawatan mesinnya. Tapi kembali lagi; pilihan ada di tangan para pengguna kendaraan.
Sebuah Puisi di Hari Ibu
6 jam yang lalu