Thanks for this day.. May God bless us everyone and everywhere..
Diberdayakan oleh Blogger.
Tampilkan postingan dengan label maha misteri. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label maha misteri. Tampilkan semua postingan

Kamis, 27 September 2012

"Mamaaaaa... Janinku Menghilang...!!!"

“Mamaaaaa….!!! Kenapa perutku kempesssss?” Teriak Intan panik. Sangat panik. Ia kemudian lari menghambur ke arah ibunya yang sedang memasak. Dengan terkejut mamanya langsung mematikan kompor dan mengusap perut anaknya yang sedang hamil.
“Coba, kita pergi ke bidan aja, Tan…” Ujar ibunya sambil menutupi rasa paniknya dengan sekuat tenaga. Sebagai seorang ibu, ia tidak mau kepanikannya tergambar jelas di wajahnya hingga terbaca oleh anaknya.
***
Sepulang dari Bali, aku mendapatkan kabar yang sangat aneh tentang saudaraku. Intan, saudaraku sedang hamil 4 bulan setelah menikah pada Maret lalu. Ia mengandung anak pertamanya. Sejak ia tahu tentang kehamilannya, ia selalu memeriksakan kandungannya ke bidan yang praktek di dekat rumahnya. Saat itu pagi hari, ketika Intan menyadari perutnya tiba-tiba kempis, seolah tak ada tanda-tanda kehidupan. Ia langsung pergi ke bidan itu, dan sang bidan pun sangat heran, saat ia melihat perut pasiennya yang sedang hamil itu tiba-tiba kempis. Memang tidak ada bayi di dalam perutnya.
Kejadian ini memang sangat aneh. Sampai-sampai sang bidan berkata kepada Intan bahwa ia sangat penasaran mengapa hal seperti ini bisa terjadi. “Intan, jangan sungkan-sungkan ya kalau mau memeriksakan kandunganmu. Meskipun kamu harus bolak balik ke sini, tidak apa-apa. Ibu siap membantu kamu…” Begitu ujar Ibu Bidan menawarkan dirinya kepada Intan yang sedang kesusahan.
Adalah kakak ipar Intan, seorang ustadz. Ia boleh dibilang bisa berkomunikasi dengan makhluk alam gaib. Segera ia melakukan mediasi. Dan ternyata, janin yang dikandung oleh Intan memang sudah tidak ada di rahimnya. Janin itu telah dibawa oleh makhluk astral itu. Tak tanggung-tanggung. Makhluk itu membawanya ke Gunung Kidul!
Singkat kata, setelah dilakukan ‘negosiasi’ dengan makhluk gaib, maka selang tiga hari kemudian, sang janin itu dikembalikan lagi ke dalam rahim Intan. Namun, Intan kembali heran dengan bayi yang dikandungnya. Detak jantungnya dirasakan sangat lemah, sementara sebelumnya, ia bisa merasakan detak jantung anaknya itu lumayan kuat. Apalagi ia secara intesif memeriksakan kandungannya ke bidan.
Kembali sang ustadz mengadakan perbincangan dengan makhluk gaib itu. Ternyata, makhluk gaib itu salah mengembalikan janin itu. Janin yang kini ada di rahim Intan usianya lebih kecil daripada janin yang dikandung oleh Intan. Usut punya usut, ternyata makhluk gaib itu telah ‘mencuri’ janin orang-orang hamil sebanyak 3 janin. Kembali ‘bernegosiasi’ maka makhluk gaib itu pun akhirnya mengembalikan janin yang dikandung oleh Intan. Janin yang memang milik Intan.
***
Kejadian demi kejadian yang ada di semesta raya ini memang beragam. Namun, saat kita dihadapkan pada kenyataan yang sungguh aneh, di luar akal pikiran kita, maka kita pun merasakan hal yang tidak nyata. Tidak percaya, tetapi kenyataan yang berbicara. Bisa dilihat, diraba, dan diterawang dengan mata telanjang kita. Mau percaya, masakan hal seperti itu bisa terjadi.
Hanyalah Tuhan Yang Maha Kuasa membolak balikkan umatNya. Daya pikir manusia yang terbatas, namun Tuhan senantiasa memberi petunjukNya lewat sesama kita. Hidup kita memang selaras dengan alam. Maka seyogyanya kita menyelaraskan pula dengan bagian dari alam itu sendiri.
Memang, dunia fana ini senantiasa menyimpan misteri. Dimensi yang ditawarkan dunia ini sungguh sangat penuh kejutan dengan pernak perniknya yang terkadang membuat jantung serasa copot. Siapkah kita menghadapinya?

Jumat, 11 November 2011

Prediksi Seorang Anak Indigo

Di antara sayup-sayup hujan yang terdengar malam itu, juga dengan mata yang sudah terpejam dalam dan kuat, samar-samar aku mendengar cerita yang kemudian bisa membelalakkan mataku.

Betapa tidak. Di radio itu, diceritakan seorang anak perempuan bernama Kinanti. Ia termasuk dalam golongan anak indigo. Kinanti menceritakan kepada gurunya, bahwa ia mempunyai seorang teman, dan sang guru hanya melihat dengan heran saat di ayunan Kinanti berbicara sendiri. Awal cerita itu tak begitu jelas, karena aku tertidur :D Namun sang Bapak Guru, yang awalnya tidak memercayai Kinanti, akhirnya ia harus memercayai apa yang diucapkan oleh Kinanti, berhubungan dengan malam itu, di ruang kerjanya sang guru melihat sosok perempuan di sudut ruangannya. Ternyata hal itu diketahui oleh Kinanti yang pada keesokan harinya Kinanti berkata kepada gurunya, bahwa perempuan itu ada di sana dengan anaknya, yang suaminya mirip dengan Pak Guru.

Waktu kian berganti, akhir tahun ajaran pun tiba. Kinanti kini telah pergi meninggalkan sekolah itu. Keberadaannya bagai ditelan bumi. Namun ada satu hal yang sungguh ingin diingat oleh Pak Guru, bahwa Kinanti pernah berkata, "Bapak, hati-hati di tahun 2013 ya pak..."
Hingga kini, Pak Guru itu dengan jujur berkata bahwa ia masih saja penasaran dengan 2013. 

***

Itulah prediksi seorang anak indigo. Mmmhhh... Ada apa di tahun 2013 kelak? Hanya Tuhan yang Maha Mengetahuinya. Kita hendaknya selalu bersandar dan berserah padaNya, bukan hanya untuk di tahun 2013 saja. Melainkan di hari kemarin, hari ini, hari esok, dan selamanya, hingga kita kembali padaNya. Amin.



* Kisah diambil dari Nightmare Side Ardan FM

Senin, 31 Oktober 2011

LADA : Saat Sebuah Rahasia Harus Tetap Menjadi Rahasia

Dikisahkan 5 orang pemuda yang selalu menantang segala mitos yang pernah didengarnya. Sudah banyak tempat yang mereka kunjungi, namun perjalanan mereka harus berhenti cukup sampai di sini; di satu peristiwa yang tak kan pernah bisa dilupakan.

Malam itu, dengan ditemani seorang guide, pergilah mereka ke Goa Belanda. Taman Hutan Raya IR. Haji Djuanda. Dikenal pula dengan nama Dago Pakar. Mereka bisa pergi ke Goa Belanda, asalkan sebelum jam 12 malam, mereka sudah kembali dari sana.

Setelah berjalan beberapa lamanya, Rudi yang selalu menantang keadaan dengan melanggar apa yang dilarang dilakukan di sebuah tempat, langsung bertanya, "Benarkah di sini tidak boleh menyebut LADA?"
Sontak sang guide langsung membentaknya, "Heh!!! Jangan ngomong itu!!!"

Setelah Rudi mengucap LADA, maka suasana berubah menjadi sangat tak menyenangkan. Sepertinya energi negatif langsung menyeruak. Tiba-tiba suara derap langkah kaki kuda dibarengi dengan berbagai bebunyian. Teman-teman Rudi termasuk sang guide langsung berlari sekencang-kencancangnya. Rudi pun mengikuti berlari kencang dari belakang. Namun malang, kakinya tersandung sesuatu dan akhirnya dia terjatuh, hingga tak sadarkan dirinya.

***

Akhirnya Rudi siuman, dan dia sudah tak berada di tempat dimana dia pingsan. Ternyata ia kesurupan, dan berbicara dengan Bahasa Sunda, yang marah dengan kelakuan orang-orang muda yang datang ke tempat itu dan menantang dengan melanggar pantangan yang sudah sejak jaman dahulu ditabukan untuk diucapkan.

Mereka, yang tercipta dan hidup di dunia lain tetap memiliki misteri yang menyelubungi rahasianya. Saat sebuah rahasia harus tetap menjadi rahasia, kita sebagai manusia sebaiknya tetap pula menjaga rahasia itu. Jangan terus mempertanyakannya, dan akhirnya menimbulkan sesuatu yang tidak diharapkan yang sangat mengejutkan dan merugikan banyak pihak, juga merugikan diri sendiri tentunya.



* Sumber inspirasi kisah : Nightmare Side Ardan FM

Jumat, 21 Oktober 2011

Kisah Seputar Merapi

Tampak dari atas, tempat tinggal Mbah Maridjan dalam peringatan 1 tahun meninggalnya Mbah Maridjan


Beberapa hari di Yogyakarta, bagiku sangat berkesan. Meninggalkan jejak yang ga bisa aku lupain seumur hidupku. Saat itu, kami makan malam di sebuah angkringan pendopo, kami diajak sang tuan rumah makan malam di sana. kami bertujuh dijamu makan malam yang bagiku sangat spesial. Bukan karena dijamu lho, acara makan malam itu menjadi berkesan...hehehe, yang kebetulan saat itu pas tanggalnya aku lahir ke dunia ini.






Selain menu spesial yang dipilihkan sepasang tuan rumah ini, diantaranya wedang bledug yang isinya rempah-rempah : gula jawa segandu, sereh, kayu manis, jahe, cengkih, dan... ah, itu yang sanggup aku ingat. Sangat nikmat diminum untuk tubuh yang penat dan lelah, setelah seharian tadi, seusai bertugas, kami pergi ke Lava Tour di Desa Kinah Rejo.

Ternyata, ada kisah yang menyelubungi terkait dengan meninggalnya saudara-saudara kita yang tinggal di sekitar Gunung Merapi. Dikisahkan bahwa abu vulkanik itu menutupi seluruh area. Saat itu, pasca meletusnya Gunung Merapi, para sanak saudara mencari kerabat-kerabatnya yang sudah tidak mungkin lagi bisa ditelusur karena tebalnya abu yang mengubur hidup-hidup mereka. Tetapi, kejadian aneh itu dapat menjadi petunjuk orang-orang yang mencari saudara-saudaranya yang hilang.

Petunjuk itu berupa suara yang berkata, "Aku neng kene, aku neng kene..." yang artinya "Aku di sini, aku di sini..."
Benar saja, setelah menemukan asal suara itu, dan kemudian dibongkar, maka diketemukanlah jenazah saudaranya yang telah meninggal.

Petunjuk lainnya adalah, adanya seekor ayam yang makan di atas tanah itu. Dari mana gerangan ayam itu? Sedangkan kehidupan belum lagi ada, terutama pohon-pohon, apalagi ayam. Bahkan semak belukar pun belum lagi bertunas. Dengan feeling yang dimiliki, di bekas berdirinya ayam itu kemudian dibongkar. Akhirnya, diketemukanlah mayat yang sulit diketemukan itu.

Kisah ini memang tak bisa dimengerti dengan akal dan pikiran kita. Namun, melalui hal itu, Tuhan telah menunjukkan kasih sayangNya, kekuasaanNya kepada umatNya. Memang, tidak semua korban bisa diketemukan dengan cara seperti ini, yang hilang dan belum diketemukan masih sangatlah banyak. Tetapi menurutku setidaknya, alam pun telah turut bersimpati dan berempati kepada manusia dengan caranya sendiri.

Sabtu, 30 Juli 2011

Jangan Pernah Dengerin Nightmare Side ini Sendirian | Tagline

Prolog

Buat temen-temen yang tinggal di Bandung, mungkin pernah tau dengan tagline ini. Minimal mungkin pernah mendengarnya walau samar. Buat temen-temen yang tinggal di luar Kota Bandung, cukup aku ceritain aja ya :D

Kalimat “Jangan pernah dengerin nightmare side ini sendirian!” adalah sebuah tagline dari program acara Nightmare Side yang dipandu oleh Radio Ardan FM disiarkan setiap hari Kamis malam antara jam sepuluh hingga jam setengah dua belas. Sebuah tagline yang dibuat oleh Tim Nightmare Side ini biasanya diucapkan atau diumumkan oleh sang narator di awal, di sela-sela acara, dan di akhir acara. Di Nightmare Side, biasanya dibacain 3 cerita serem, dan di antaranya ada beberapa testimoni insan muda Ardan tentang kejadian serem di sebuah daerah. Misal minggu kemarin di daerah Kiara Condong, dan minggu ini di daerah Ciwaruga. Nah, temen-temen Ardan yang mengalami kejadian aneh di suatu daerah itu akan menyampaikan testimoninya yang biasanya ada dua atau tiga orang (bukan dari penyiar Ardan, tapi dari para pendengarnya yang diperdengarkan pada setiap akhir dari satu cerita selesai dibacain). Di pembukaan acara sebelum dimulai *sori aku ga tau istilahnya haha* selain diperdengarkan musik dan suara-suara serem, diselipkan pula penggalan lagu Lingsir Wengi yang konon katanya, lagu Lingsir Wengi itu bisa dipergunakan untuk memanggil sosok kuntilanak. Tinggal memperdengarkan atau menyanyikannya, maka sosok itu akan menghampiri sumbernya.

Memang sewaktu ngedengerin acara ini ada sensasi lain, karena selama pembaca cerita ngebacain cerita seremnya, ada back sound yang mendukungnya sehingga nuansa horor itu benar-benar hadir di rumah. Lumayan serem. Misalnya di cerita itu dikisahkan terdengar suara menangis. Ya back soundnya memperdengarkan suara tangisan melas yang beneran bikin serem lho. Menurutku keren lah untuk urusan back soundnya :D

Terus terang, aku suka ngedengerin acara ini. Tapi ga selalu. Kebiasaanku adalah mendengarnya dari radio hape. Dan jika cerita itu cukup menarik buat ditulis di blog, maka aku akan menuliskannya. Ada kriteria khusus untuk kisah yang bakal aku masukkan di blogku yang berlabel Maha Misteri ini. Nah, aku ada cerita untuk temen-temenku yang aku ambil dari edisi minggu ini, 28 Juli 2011 yang merupakan cerita terakhir dari program Nightmare Side, karena setiap Bulan Ramadhan acara ini dihentikan untuk sementara, dan akan kembali disiarkan setelah Lebaran.
Cukup untuk prolognya karena udah kepanjangan. Mungkin nanti malah bisa lebih panjang prolognya daripada cerita utamanya hehehe.. Oke, selamat mengikuti kisahnya yaaa.

Tagline dan Lingsir Wengi

Adalah Sita yang ga percaya dengan tagline yang dibuat oleh Tim Nightmare Side ini. Lantas dengan sombongnya ia mendengarkan acara itu sendirian di mobil karena waktu itu ia sedang ada di jalanan. Setelah mendengar satu cerita dari Ardan, ia tertawa ngejek sambil berkata, “Ah, ini sih ceritanya cuma buat nakutin anak kecil.”

Tak berapa lama, ia nyampe di rumahnya yang sepi karena kedua orangtuanya sedang pergi. Ia langsung memburu komputernya dan bermain di social networkingnya. Setelah bosan bermain dengan social networkingnya, ia kemudian browsing. Nah, pada saat browsing itu, ia teringat lagu yang tadi didengernya di acara Nightmare Side. Kemudian ia langsung mengetikkan judul lagu itu : Lingsir Wengi. Tak lupa, ia mendownload lagu tersebut, mencari liriknya, dan setelah selesai mendownloadnya, ia memutar lagu itu berulang-ulang. Bahkan sambil mencoba menyanyikan lagu yang berbahasa jawa tersebut. Terus dan terus hingga ia merasa capek dan pergi ke tempat tidurnya.

Mencoba memejamkan matanya karena raganya yang letih. Tapi baru beberapa detik berlalu, ia tiba-tiba merasakan ada sentuhan di kakinya. Sebuah sentuhan yang dingin. Kemudian ia melihat ada sosok perempuan duduk membelakanginya. Rambutnya panjang. Tangan kanan dari sosok itu memegang pergelagan kaki Sita.
“Makhluk apa ini?” desis Sita dalam hati.
Sekarang dirasakan tangannya mencengkeram pergelangan kaki Sita. Karena kesakitan, Sita refleks berteriak, “PERGI! PERGI! PERGI! TOLONG!! TOLONG!!” Sita terus berteriak, tetapi tidak ada yang mendengarnya. Di rumahnya hanya ada dia dan Mba Yanti, pembantunya.

Makhluk itu masih tetap berada di situ. Sita makin lemah dan tak kuasa memberontak. Seiring dengan ketakberdayaan Sita, makhluk berambut panjang itu melemaskan cengkeramannya, dan kemudian berdiri dan membalikkan badannya.
“Ya Tuhan......” Sita ga berani ngeliat wajah dari makhluk itu. Sita menutup matanya, dan saat ia membuka matanya, makhluk itu sudah menghilang.

Setelah kejadian itu, Sita mulai menangis. Kakinya terasa sakit sekali. Ia mau ke keluar menuju kamar pembantunya. Tapi pada saat membuka pintu kamarnya, ternyata pintunya ga bisa dibuka. Ia terus mencoba untuk membuka pintu kamarnya. Tetap ga berhasil. Sita menggedor pintu kamarnya dengan keras dan memanggil nama pembantunya. Sita yang sudah mulai tenang itu kembali merasakan kepanikan yang luar biasa. Dalam keadaan yang mengerikan itu, lampu di kamar Sita mendadak mati. Sita kalut hingga ia terduduk di depan pintu kamarnya.

Saat terduduk itulah, tiba-tiba ada yang membelai kepalanya. Sita cuma bisa nunduk dan nunduk tak berani menengadahkan wajahnya untuk melihat sosok yang membelai kepalanya itu. Di samarnya kegelapan, ia melihat sosok itu dari samping. Sita melihat kaki makhluk itu dengan masih ga berani ngeliat ke atas. Sambil menangis, Sita berdoa agar makhluk itu pergi darinya. Tapi usahanya sia-sia. Sita kembali hanya bisa pasrah. Membiarkan semua yang menimpanya terjadi begitu saja.

Karena lelah menangis, Sita tertidur dengan posisi nyender di pintu kamar. Saat ia terbangun, pagi sudah terang yang ternyata memang sudah jam 6. Sita ga tau lagi sudah berapa lama ia tertidur dengan posisi seperti itu. Satu yang pasti, ia merasakan bahwa tubuhnya benar-benar sakit semua. Ia mencoba berdiri. Kakinya terasa pegal sekali. Ia berusaha mengingat-ingat apa yang sudah terjadi dan ia baru sadar, bahwa ia telah mendengar Nightmare Side dan mencoba menyanyi lagu Lingsir Wengi sendirian..............

Penutup

Pesan dari sang narator di akhir cerita tadi bahwa tagline Nightmare Side, bukan dibuat untuk menakut-nakuti. Karena konon, dengan mendengar atau menceritakannya kembali, maka makhluk dari alam gaib itu akan mendatangi sumbernya.
Sosok wanita yang mendatangi Sita benar-benar ada, karena ia merasa tertarik dengan apa yang telah dilakukan oleh Sita.

***

Buat temen-temen yang pengen tau dan mendengar lagu yang konon bisa memanggil makhluk sejenis kuntilanak ini, bisa mendengarnya di sini. Aku hanya sekadar berbagi. Jika ada yang mau mencoba seperti yang sudah Sita lakukan, silakan. Tapi tentu saja aku ga akan bertanggung jawab atas akibatnya nanti... Kalo aku sih ga akan berani haha...

Aku hanya ingin menyampaikan bahwa sesuatu yang gaib itu memang ada. Dunia lain. Dimensi lain, atau apa pun namanya, ia tetap ada. Jangan pernah remehkan mereka, karena mereka juga makhluk yang diciptakanNya. Mereka sebenarnya hidup berdampingan dengan kita, manusia. Maka sepantasnyalah kita saling menghargai.
 
 
*mohon maaf, lagunya ga bs ditampilin di sini.... :D


Minggu, 10 Juli 2011

Persahabatan, Pertengkaran, dan Kematian

Persahabatan selalu indah. Kalau tak indah, bukan persahabatan namanya. Tetapi sering kita lupa bahwa dalam persahabatan diperlukan pengertian dan kesabaran yang sungguh-sungguh dan mendalam. Karena jika tidak, akan menyebabkan pertengkaran yang berakibat sangat fatal dan menghadirkan penyesalan tiada akhir, seperti kisah nyata di bawah ini.

***

"Tania, kamu gimana sih? Koq ngerjain kayak gitu aja ga becus," Semprot Yuli sangat ketus.

"Maafin aku Li. Aku memang ceroboh. Gara-gara aku semua jadi berantakan," Ujar Tania memohon.

Mereka satu tim dalam sebuah bisnis EO. Tania yang menjadi penanggung jawabnya.

"Ah sudahlah. Kamu benar-benar membuatku malu, tauuu...!!" Teriak Yuli geram, yang membuat Tania mendadak turun dari mobil mereka.
Di sinilah awal mula kejadian yang menimpa Yuli. Tania tertabrak mobil sesaat setelah turun dari mobil Yuli. Tania meninggal di tempat!

***

Malam sepi telah merambat pelan tapi pasti, namun Yuli tidak bisa memejamkan matanya. Ia tampak gelisah. Sayup-sayup terdengar suara tangis di sudut kamarnya. Ia mendengarkan dengan seksama. Suara tangisan itu semakin jelas. Ia terkesiap manakala didapatinya Tania tiba-tiba muncul di kamarnya dengan wajah yang hancur. Yuli hanya bisa diam membisu. Gemetaran.

Tania mendekati Yuli dan berkata, "Jika kau tak mau melihatku lagi, minta maaflah kepada keluargaku. Maka aku tak akan mengganggumu lagi," Tania membuat bulu kuduk Yuli merinding dan hampir saja membuat Yuli pingsan.

Setelah kejadian itu, keesokan harinya Yuli mengirimkan SMS pada keluarga Tania. Yuli tidak bisa ke rumah Tania karena kesibukannya. Ia kini sedang menunggu SMS balasan dari keluarga Tania. Ia kaget saat membaca SMS masuk dari Tania. Ternyata itu SMS dari ibunya Tania, yang menggunakan sim card Tania. Isi SMSnya adalah : Keluarga Tania memaafkan Yuli.

Yuli memang menyesali dirinya yang marah-marah di luar kendalinya pada Tania. Seandainya ia tenang sedikit saja menghadapi masalah itu, mungkin Tania masih hidup hingga sekarang.

Yuli yang lega setelah mendapat maaf, namun ternyata pada malam-malam tertentu suara tangisan itu masih saja terdengar di sudut kamar Yuli.



* Inspirasi kisah : Ardan FM.

Jumat, 17 Juni 2011

Lengser Wengi

Hendra baru saja duduk di kursi kesayangannya, ketika ponselnya berdering.

"Pak Hendra, kita ngobrol yuk. Ada beberapa masalah kantor yang ingin aku obrolin sama bapak. Kita ketemu di Madtari ya, biar nanti aku yang bayarin," Cerocos Yanto di seberang sana.

"Oke, tunggu paling lama lima belas menit ya," Ujar Hendra kemudian.

Madtari, sebuah tempat seperti pujasera ini menyediakan aneka makanan dan minuman. Roti bakar beraneka rasa, ada mie instant rebus, biasanya yang dipake adalah indomie (tidak bermaksud promosi lho - red.) Jika pesen indomie rebus di sini, selain mie tentunya, isi di mangkoknya ini pasti menggunung karena di atas mie itu ditaburi keju chedar parut yang berlimpah ruah. Begitu juga dengan roti bakarnya. Dijamin blenger deh...

Di tempat ini jarang sekali sepi pengunjung. Selalu rame. Kebanyakan mahasiswa UNPAD atau ITB yang nongkrong di sana. Murah meriah, itu alasan mereka memilih Madtari.

Terlihat Hendra dan Yanto tengah berbincang serius ditemani roti bakar rasa strawberry-cokelat, keju-kacang. Setelah agak lama roti itu mereka habiskan, akhirnya mereka bangkit dari tempat duduk mereka dan berjalan beriringan. Saat itu waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh malam.

"Makasih ya pak, atas waktunya. Aku sekarang udah plong," Ujar Yanto sambil tersenyum.

"Sama-sama, To. Kamu ati-ati di jalan ya, Jl. Soekarno-Hatta jauh lho dari sini," Timpal Hendra.

Sepulang dari tempat makan itu, Yanto memang mau pergi lagi ke kantor, untuk inspeksi pengiriman barang. Dari situ, ia melewati Astana Anyar, daerah pekuburan umum.

Tiba-tiba ponselnya berdering. Ia menepikan sepeda motornya ke pinggir jalan. Saking asiknya, ia tak menyadari kalo ia berhenti di tengah area pekuburan itu.

Setelah selesai berbincang dan bersiap menghidupkan mesin motornya, entah mengapa ia ingin sekali menengok ke belakang.

Terjawab sudah, mengapa ia ingin menengok ke belakang. Ternyata ia melihat pemandangan yang belum pernah ia jumpai sebelumnya. Ia tak pernah mengenal Kuntilanak. Tetapi, ia yakin bahwa ia kini sedang melihatnya berjalan dari arah pekuburan menuju ke tempat Yanto berdiri. *Mungkin dia mau maen kali ya... :D*

Bergaun putih, rambut panjang ke depan, sehingga ia selalu tak menampakkan wajahnya.
Menyadari itu semua, tanpa berlama-lama di tempat itu, Yanto langsung tancap gas, tak mempedulikan apa-apa lagi.

"Aku bilang juga hati-hati. Ini kan malem Jumat," Kata Hendra kalem. Suara Hendra di telepon sangatlah lirih bagi Yanto. Mungkin, ini adalah tanda-tanda Yanto mau pingsan.

"Iya pak... Jika aku tau dari tadi kalo ini malem Jumat, pasti aku ga akan lewat jalan itu. Masih untung aku bisa nyampe kantor pak," Ujar Yanto lemas.

Minggu, 05 Desember 2010

Sumpah Pocong

Berburuk sangka kepada seseorang, seringkali membuat hati menjadi curiga, kecewa, dan menimbulkan dendam yang berkepanjangan yang akhirnya nyawa menjadi taruhannya.

Seperti yang dilakukan Jaka saat ia menaruh kecurigaan yang berlebihan kepada sopir keluarganya. Ia mengira bahwa sopirnya telah mencelakakan kedua orang tuanya hingga mereka meninggal dunia pada sebuah tragedi kecelakaan lalu lintas. Ia mempertanyakan, mengapa kedua orang tuanya meninggal dunia, sementara sang sopir tetap sehat wal'afiat. Jaka menyangka, pastilah kedua orang tuanya itu telah diguna-gunai oleh sopirnya ini.

Tanpa sepengetahuan adiknya, Jaka meminta tolong pada dukun santet untuk membunuh sopirnya. Sopirnyapun akhirnya meninggal dunia dengan cara mendadak, muntah darah.

Sontak keluarga sopirnya mempertanyakan kepada Jaka atas kematian sopirnya ini. Jaka berdalih bahwa ia tidak menyantet sopirnya. Sampai keluarga dari sopirnya ini menantang Jaka agar mau melakukan sumpah pocong, jika memang ia tak melakukannya.

Jaka pun menyanggupinya. Maka pada hari yang telah ditentukan, ia melakukan sumpah pocong di rumah keluarga sopirnya, katakanlah Pak Edi. Bersama adiknya, ia mengendarai mobilnya. Disambut dengan wajah-wajah kecut, akhirnya upacara sumpah pocong itu dilaksanakan yang dipimpin oleh seorang kyai di kampung itu.

Setelah upacara sumpah pocong itu dilaksanakan, pulanglah ia bersama adiknya di malam itu. Namun di tengah jalan Jaka tiba-tiba mengerang kesakitan dan langsung meninggal dunia. Kagetlah sang adik. Ia dengan terpaksa mengendarai mobil itu hingga ke rumahnya sambil membawa jasad kakaknya yang sudah tak bernyawa itu.

Seminggu berlalu semenjak kejadian itu. Adiknya yang kala itu beres-beres kamar kakaknya, ia menemukan sebuah kotak kecil yang tersimpan di sebuah lemari pakaian. Dibukanya kotak kecil itu, dan betapa terkejutnya ia setelah melihat isi dari kotak kecil itu. Di sana ia temukan foto almarhum Pak Edi yang berdarah-darah, tanah (mungkin tanah kuburan), sehelai rambut, dan ...duh, apa ya... Hihi.. Sori aku lupa lagi...ahaha...soalnya ceritanya udah lumayan lama ni...*nyodorin kepala bwt dijitak rame-rame*

Adiknya kini mempercayai seribu persen, bahwa kakaknya yang telah membunuh Pak Edi. Meski ia telah kehilangan kakaknya setelah Jaka melakukan sumpah pocong, namun sejujurnya ia masih meragukannya. Dengan bukti yang benar-benar membuatnya terbelalak kaget, akhirnya mau tidak mau ia harus mengakui hal yang sesungguhnya telah terjadi.
---


Semoga kita bisa mengambil hikmah dari kejadian yang menyeramkan ini. Bahwa menjaga hati, pikiran, dan perkataan sangatlah penting agar kita bisa menerima setiap kejadian yang terburuk sekalipun.
Juga berbesar hati untuk memaafkan dan meminta maaf.
Ingat terus bahwa Tuhan tak akan pernah terlena. DIA akan selalu ada bagi kita. Menyebut namaNya selalu agar terhindar dari segala pengaruh negatif, pengaruh iblis yang senantiasa hendak mencelakakan kita dengan segala tipu muslihatnya.



* Diambil dari kisah Nightmare Side-nya Ardan FM.

Rabu, 03 November 2010

Negeri Tirai Gaib : Indonesia dan Sejarah Terbentuknya

Pada saat Indonesia masih belantara, gelap pekat dengan hutan-hutannya yang sangat lebat dan tanpa berpenghuni. Belum bisa untuk dilewati, apalagi untuk dapat dijadikan pemukiman yang bisa dihuni dan ditinggali, khususnya di Tanah Jawa.

Berawal dari sanalah sang pecinta kehidupan ini hadir untuk membangun sebuah kehidupan baru agar bisa dihuni oleh manusia. Dengan penuh kewaskitaan dan kharisma, mereka mendirikan perkampungan, ladang, kebun, sawah, bahkan kerajaan-kerajaan dengan candi-candinya sebagai saksi sejarah pada masa itu.

Bukan tanpa resiko mereka membangun semua itu, karena sang gaib yang tinggal di sana sangatlah sangar, banyak dan kuat. Sehingga untuk dapat menembus barisan sang gaib yang sangar dan kuat serta banyak tadi, diperlukan keseimbangan antara kekuatan otak, batin, dan lahirnya. Banyak para tokoh yang akhirnya bisa berkomunikasi dengan alam jin dan bangsa gaib lainnya untuk mewujudkan niat mulia itu. Bahwa Indonesia, harus bisa ditinggali dengan nyaman sehingga bisa tercipta kedamaian, adil, sentosa, dan makmur.

Berkomunikasi dengan para gaib di masa itu, bukan bermaksud untuk menyembah mereka. Tetapi hal itu dilakukan agar terbentuk rasa saling menghargai di antara dunia yang berlainan alam ini.
Untuk membentuk sebuah komunikasi dengan alam lain ini, tentu diperlukan suatu ilmu. Karena, ilmu tanpa keyakinan tidak akan bermakna. Demikian juga sebaliknya, keyakinan tanpa ilmu yang cukup tetap tidak akan berguna.

Menghargai alam semesta Indonesia yang tercakup di dalamnya adalah gunung-gunung dan lautan, serta tempat-tempat lainnya. Nenek moyang kita telah melakukan itu; bagaimana harus bersikap dengan mereka, sang alam.

Telah terbentuk sebuah komunikasi antarduadunia. Dunia nyata dan dunia gaib. Mereka ingin alamnya yang berlainan itu tetap terpelihara dengan maksud untuk saling meyelaraskan diri.

Mungkin jika digambarkan, tak jauh beda dengan dunia nyata dan dunia maya. Sebaiknya tetap saling menghargai. Karena di sana sama-sama terdapat jiwa yang bernafas, berilmu, berakal. Dengan cara berpikir masing-masing untuk tetap menghadirkan yang terbaik bagi sesamanya di manapun berada.

Dari sana para leluhur kita memulai kehidupan baru. Sebuah awal yang membuat negeri ini kaya dengan kebudayaan serta keberagamannya dengan berbagai makna pula yang tersirat, juga terdapat ilmu pengetahuan, dengan ilmu untuk batinnya pula.

Cara pandang bahwa kita memuja gunung atau laut adalah salah besar. Adalah sebuah bentuk syukur jika setiap tahun misalnya diadakan Pesta Syawalan di setiap laut yang merupakan pesta bagi para nelayan pula. Sekali lagi, BUKAN untuk menyembah mereka : sang gaib yang ada di sana. Tetapi menghargainya, seraya bersyukur pada Tuhan Yang Maha Kasih atas rejeki yang telah dilimpahkanNya. Hanya SANG MAHA GAIB saja yang kita sembah dan puja.

Karena, mau tidak mau, atau suka tidak suka, kita hidup berdampingan dengan dunia itu. Sebuah dunia yang telah diciptakan oleh Tuhan, yang menciptakan kita pula.

Jadi, menurutku seorang pemimpin di negeri ini, haruslah mempunyai ilmu tersendiri untuk menyimak dunia gaib itu. Sanggup memimpin bukan hanya bagi rakyatnya saja, tetapi sanggup meyelaraskan apapun yang telah diciptakan oleh Tuhan; manusia, alam, dan alam lainnya, dengan menghargai karena mereka memang ada.

Tengoklah misalnya pada masa pemerintahan Pak Karno dan Pak Harto, terlepas dari gaya kepemimpinannya. Jarang sekali ada bencana kan? Karena di dalam masa kepemimpinannya, mereka menghargai dunia gaib itu sehingga menjadi selaras dengan manusia untuk menghasilkan yang terbaik sebagai warisan leluhur bangsa ini.

Kekuatan otak, kekuatan lahir belumlah cukup untuk bisa memimpin Indonesia Raya ini. Ada tuntutan lain yang diperlukan untuk menjadi seorang pemimpin sejati di negeri ini, adalah kemampuan batin yang mumpuni untuk mendukung keselarasan antara dua dunia, dan alam, demi rakyat dan negeri tercinta ini.

Sadar bahwa terbentuknya negeri ini berbeda dengan negeri lain. Tidak bisa disamakan dengan negeri lain yang hanya mengandalkan kemampuan logisnya saja.

Itulah warisan leluhur kita yang membuka Indonesia dengan segenap kemampuannya. Ada baiknya kita memeliharanya agar tercipta Indonesia Raya yang sesungguhnya, sehingga sanggup menjadi mercusuarnya dunia!

Minggu, 17 Oktober 2010

Kenanga dan Sang Dewi



 Bunga kenanga itu perlahan menghembuskan keharumannya yang mendebarkan

Wangi penuh kharisma kesukaan para dewi

Nun jauh di sana...
Ia datang berselendang kawung berwarna jingga...

Sorot mata teduh dengan tubuh gemulai berlindung di dalam bunga kenanga itu

Menyangga segala kemungkinan yang mengusik kehadirannya

Bunga kenanga itu...
Menjaga dan dijaga oleh waktu dan angin yang senantiasa mengalunkan keharumannya sendiri

Menebar hingga ke tujuh samudera...!!!

Seiring senyumnya yang indah namun menyimpan misteri, bunga kenanga kuning yang hampir layu itupun luruh...

Tergolek lesu ke bumi, meski keharumannya tak kan pernah pudar untuk sekian waktu lamanya...

Akankah kupungut bunga kenanga itu...???

Jumat, 01 Oktober 2010

kolaborasi antara sang jabang bayi dengan seekor anjing

Dikisahkan dua orang kakak beradik yang tinggal berlainan kota. Sang kakak bernama Tina telah bekerja di Kota Bandung, sedangkan adiknya Tini masih tinggal bersama kedua orang tuanya di Yogyakarta, yang telah lulus SMU, dan atas anjuran orang tuanya, maka Tini pun hendak kuliah di Bandung dan tinggal masih di rumah orang tuanya yang ada di sebuah kawasan elit di Bandung Utara bersama kakaknya.

Pagi yang cerah menyambut Tini di Kota Kembang ini, dan setelah tiba di rumah kakaknya, ia terkejut melihat seorang pria dengan kaos oblong dan celana hawainya keluar dari rumahnya, ikut menyambut Tini.
"Siapa laki-laki ini?" pikir Tini, namun ia tak banyak tanya kepada kakaknya, Tina.

Ia hanya kangen pada kakaknya dan Doggy, anjingnya yang lucu. Sewaktu dibawa kakaknya ke Bandung, Doggy masih sangatlah kecil.
"Kak, Doggy udah gede ya," ujar Tini pada kakaknya sambil membelai kepala Doggy dan ngeloyor masuk ke kamarnya. Tina hanya tersenyum.

Malam belumlah larut, ketika Tini hendak membasuh wajahnya di wastafel. Samar-samar ia mendengar satu suara tangisan bayi. Tapi ia tak menghiraukannya, meski hatinya bertanya-tanya: anak siapa yang menangis malam-malam begini.

Ia pun kemudian membasuh wajahnya di wastafel. Namun sesaat ketika badannya berbalik, ia melihat sesosok bayangan putih dengan rambut yang panjang terurai menutupi wajahnya, dengan menjinjing kepala seperti janin di tangannya. Ia pun tersentak kaget, namun ia masih bisa menguasai diri, sehingga ia tak sampai pingsan dan malah sosok bayangan itupun selintas berlalu.

Belum lagi reda rasa kagetnya, tiba-tiba datang Doggy, menatap tajam ke arahnya dan ia pun lari ke halaman belakang. Ia duduk di situ dan tak pernah mau beranjak dari tempatnya.
Tina yang tiba-tiba datang, dengan keras menendang Doggy hingga ia menjerit dan akhirnya beranjak dari tempat dimana ia duduk.

***

Pagi kembali datang dengan sinar mentarinya yang menghangatkan. Tini kaget setelah melihat ada sejumlah orang berkumpul di halaman belakang, dan serta merta melihat kakaknya menangis. Ada seorang dokter hewan di sana. Ternyata, Doggy telah mati dan dikuburkan di halaman belakang. Tini hanya bisa terdiam kelu...

Hari bergeser menjadi malam. Malam yang kian larut. Tinipun merebahkan tubuhnya. Selintas, ia kembali mendengar suara tangis bayi dan lolongan anjing. Entah ada kekuatan dari mana, sehingga ia berani mencari asal suara itu. Langkahnyapun tertuju ke halaman belakang rumahnya. Taman yang asri dan sejuk itu menjadi sebuah dingin yang menyayat, saat kedua tangannya dengan mendadak menggali tanah-tanahnya hingga kuku-kuku dan jemari tangannya terkelupas seluruhnya. Kedua tangannya perih, nyeri dan berdarah-darah. Tapi Tini tak sanggup menghentikannya. Ia terus saja mengais-ngais tanah itu.

Hingga saatnya, penggaliannya selesai juga. Di akhir pencarian dengan kedua tangannya itu, ia menemukan bungkusan berwarna putih, dan begitu dibuka betapa kagetnya ia, karena bungkusan itu berisi janin bayi. Ya, telah berbentuk seorang bayi.

Dengan kesadaran penuh, pagi harinya, kemudian Tina mengakui semua yang telah dilakukannya. Bahwa janin yang dikuburkan di halaman rumah itu adalah anak yang dikandungnya dari hasil hubungan di luar nikahnya bersama pacarnya; sang pemakai kaos oblong plus celana hawai yang pernah dijumpai Tini beberapa hari lalu.

Dan...Doggy, sang anjing yang sempat hendak menunjukkan sesuatu kepada Tini, juga telah dibunuh oleh Tina. Tina membunuhnya karena gelagat dari Doggy, sehingga ia takut bahwa segala yang telah dilakukannya akan ketahuan oleh orang lain, khususnya oleh adik dan keluarganya.

Ternyata, seekor anjing dengan instingnya dapat menunjukkan sebuah kenyataan bukan hanya saat ia masih bernyawa. Hingga ia matipun, Doggy masih sanggup menunjukkan sebuah kebenaran dengan berkolaborasi bersama janin tersebut.



* Inspirasi kisah ini diambil dari Nitemare Sidenya Ardan FM 

Sabtu, 04 September 2010

dhanyang penyelamat

Kisah seorang mahasiswi yang pulang kuliah jam 11 malem, karena ia masih harus memimpin rapat untuk sebuah kegiatan di kampusnya.

Saat itu hujan deras. Ia nekat menembus hujan itu dengan sepeda motornya. Tiba di daerah Karang Setra, di tengah dingin dan sunyi, dekat bak sampah yang ada di situ, dari jauh ia melihat beberapa orang laki-laki sedang berkerumun.

Penasaran, ia pun menepikan motornya dan menghampiri kerumunan orang-orang itu. Betapa kagetnya ia, setelah tahu apa yang dikerumuninya. Ternyata ada seorang gadis yang terkapar di sana. Ia merasa heran, mengapa orang-orang itu tidak segera membawanya ke rumah sakit.

Lebih kaget lagi, pas ia melihat dengan mata kepalanya sendiri, bahwa yang terkapar itu adalah dirinya...! Ia pun kemudian jongkok demi melihat lebih jelas lagi. Ia pun menemukan sebuah name tag yang menggantung di lehernya. Astaga...!! Namanyapun sama dengan nama dirinya. Ia pun segera menyadari, bahwa kejadian ini bukan hal yang biasa. Maka, ia pun kemudian pergi dari tempat itu dan mengendarai motornya dengan sangat cepat.

Dua hari kemudian, lagi-lagi ia harus pulang malem. Ia masih teringat kejadian yang dialaminya saat kemarin lusa. Namun sayang, tak ada jalan alternatif untuk menuju rumahnya, sehingga mau tak mau ia tetap harus melewati jalan itu.

Keadaan malam itu lagi-lagi hujan, seperti waktu itu. Pas di tempat bak sampah, ia melihat sekitar delapan orang lelaki semua menghadang jalannya. Karena ia telah mengetahui bahwa yang menghadang itu bukan manusia biasa, maka ia pun tancap gas sekenceng-kencengnya, dan ia menabrak salah satu dari mereka. Ia kaget, karena orang yang ditabrak itu tak mengalami apapun juga. Ia bagai menabrak angin. Dengan kecepatan tinggi ia menabraknya. Dan tiba-tiba dari arah seberangnya, muncul satu kendaraan box yang tak bisa menghindarinya. Akhirnya tabrakanpun terjadi. Mahasiswi itupun terkapar ditemani air hujan yang deras malam itu.

Setelah ia siuman, ia telah berada di rumah sakit, dan ia pun menceritakan apa yang dialaminya. Ayahnya berkata bahwa dhanyang atau lelembut itu sebenarnya ingin menyelamatkannya, dengan cara menghadang laju motornya.

Jalanan di sekitar daerah ini memang sepi. Jangankan pas hujan. Sedang tidak hujanpun, jalan ini sangat sepi dengan diteduhi pepohonan yang amat rindang.

*Inspirasi kisah ini diambil dari Nitemare Side nya Ardan FM.

Sabtu, 14 Agustus 2010

Malaikat Pencabut Nyawa

Mbah Kung (Bahasa Jawa -Mbah Kakung- untuk sebutan kakek) segera bergegas pergi ke rumah Mbah Prawiro. Isterinya tadi ke rumah Mbah Kung, memintanya untuk ke rumahnya, karena suaminya sakit keras.

Sudah hampir dua bulan Mbah Prawiro menderita sakit. Kondisinya sangat memprihatinkan, sementara tanda untuk sembuhpun tak ada, tapi juga seakan sulit  dia untuk melepas nyawanya.

Sesampainya di sana, Mbah Kung lantas memberinya air minum yang telah diberi doa agar Tuhan senantiasa memberi yang terbaik untuk Mbah Prawiro. Jika memang Mbah Prawiro harus sembuh, ya mohon berikanlah tanda-tanda dari kesembuhan itu. Tapi jika memang Mbah Prawiro harus meninggalkan dunia ini, ya mohon berikanlah kelapangan jalannya, agar kepergiannya dimudahkan Tuhan, sehingga masa-masa dalam sakratul mautnya tidak berlarut menyiksanya.

Itulah inti doa dari Mbah Kung, jika diminta untuk datang ke rumah orang-orang yang meminta tolong padanya, jika ada salah satu keluarganya yang sedang menghadapi sakratul maut seperti Mbah Prawiro.

Setelah meminumkan air itu, Mbah Kung pun pamit pulang.
Tak berapa lama orang yang meminum air itu, akan berpulang kepadaNya dengan tenang.

Sudah banyak orang-orang di kampung itu yang merasa 'tertolong' oleh Mbah Kung, karena mereka menganggap Mbah Kung sudah meringankan 'beban penderitaan' yang akan meninggalkan dunia fana ini.

Menyikapi hal ini, Mbah Ti (Bahasa Jawa -Mbah Puteri- untuk sebutan nenek) merasa sedikit kesal. Mbah Ti menganggap bahwa suaminya itu adalah seorang  pencabut nyawa bagi orang-orang yang sedang menghadapi sakratul maut.

"Tiap orang yang kamu datengin, pasti meninggal dunia. Kamu itu koq kayak Malaikat Pencabut Nyawa saja," kata Mbah Ti suatu ketika (tentu saja dengan menggunakan Bahasa Jawa - red.).

Seperti biasa, Mbah Kung hanya diam  mendengar isterinya bicara demikian. Bukan untuk pertama kalinya Mbah Kung mendengar perkataan isterinya itu, tetapi sudah berkali-kali.
Pernah satu kali Mbah Kung menjelaskan pada Mbah Ti tentang apa yang dilakukannya kepada orang-orang yang meminta tolong pada Mbah Kung, tapi hingga detik itu, saat Mbah Kung melakukannya untuk Mbah Prawiro, pengertian tentang apa yang dilakukan oleh Mbah Kungpun tak kunjung datang.Malah ujung-ujungnya hanya perselisihanlah yang merebak.
Mungkin Mbah Kung menganggap bahwa isterinya itu tak akan pernah  mengerti apa yang dilakukannya, sehingga sampai kapanpun, Mbah Kung selalu memilih diam jika isterinya bicara apapun juga, bukan hanya tentang yang satu ini saja.

"Malaikat Pencabut Nyawa" itu kini telah tiada. Orang-orang kampung di pinggiran Yogyakarta tempat kakek dan nenekku tinggal itu sempat merasa kehilangan seorang Mbah Kung yang mampu mengayomi siapa saja, tak pernah banyak omong, pendiam, santun, dan ramah. Dia selalu berusaha menolong orang yang kesusahan tanpa pamrih. 

Mbah Kung meninggal tahun 1992, saat  sepak bola dunia digelar. Mbah Kung meninggal dengan tenang, yang sehari sebelumnya Mbah Kung telah beres-beres dan membersihkan halaman rumahnya, seolah Mbah Kung telah tahu jalan pulangnya; hari, jam, menit, dan bahkan detiknya. Mbah Kung meninggalkan seorang isteri yang menyusulnya tahun 1994. Sedangkan satu anaknya telah meninggal pula pada tahun 2001, dialah ibuku, yang menyusul ayahku yang lebih dulu meninggal tahun 1981...


Mbah Kung tak pernah melakukan hal ini jika tidak dimintai bantuannya.
Salahkah jika Mbah Kung mengamalkan apa yang dimilikinya, bisa menolong orang lain dengan cara yang demikian, yaitu membantu orang-orang yang  sedang menghadapi sakratul maut (yang dalam keadaan hidup  tapi susah meninggal) sehingga orang yang ditolongnya itu bisa menemukan jalan yang lapang saat menghembuskan nafas terakhirnya?




* Yogyakarta... I miss you everyday, ever after...

Minggu, 08 Agustus 2010

pucat pasi

Wajahmukah itu?

Yang mengendap di sela-sela daun jambu air cingcalo di seberang kamar ini?

Wajahmukah itu?

Yang semakin lama nampak semakin pucat pasi kadang menunduk, kadang tengadah penuh kepedihan...

Wajahmukah itu?

Yang semakin detik nampak semakin putih bagai kapas, mengisyaratkan kegelisahan yang teramat sangat...

Wajahmukah itu?

Yang masih pucat pasi dengan rambut tergerai, seolah hendak mengucapkan selamat malam pada anakmu?

Tersenyumlah...meski sesaat...
Pergilah menuju sekat hidupmu saat ini...
Anakmu kan damai di sini, jangan kuatirkan ia...
Ia akan menjadi pelipur lara bagimu, bagiku, dan bagi siapapun juga...



* aneh...koq ada ide nulis dengan rangkaian kata seperti ini ya? Hehehe..merinding juga..
...ada apa dengan imajinasiku..............

Jumat, 18 Juni 2010

gomenasai


Ternyata benar yang pernah aku dengar, bahwa jiwa seorang pemegang pusaka (baca: pedang), bisa menyatu dengan pedang itu sendiri, meski dia telah lama meninggal dunia. 

Cerita tentang seorang Jepang, yang semasa hidupnya berprofesi sebagai pembunuh bayaran demi uang yang banyak, yang ternyata harus membunuh keluarganya sendiri.
Dengan pedang katana, dia melakukan pembunuhan itu, yang pada akhirnya diketahui oleh seorang pembeli barang antik. Pedang yang digunakannya sekitar tahun 1500-an. 

Suatu malam, setelah dia berhasil membawa pulang pedang katana : pedang dari Jepang seperti samurai, dia membuka pedang itu dari sarungnya. Maka segeralah perasaan aneh bermunculan dari dalam hatinya. Ada perasaan kejam, sedih, takut, semua bercampur aduk, ditemani wangi yang keluar dari pedang itu, yang wanginya belum pernah dia cium sebelumnya. Itu kali kedua dialaminya, setelah kejadian yang sama terjadi saat masih berada di toko barang antik. Namun, dia tidak tega untuk meneruskan membukanya. Dia segera memasukan kembali pedang itu ke sarungnya.

Di sepanjang perjalanan pulangpun mulai ada sesuatu yang aneh. Dia mendengar bisikan "gomenasai" secara berkali-kali, dan dia tak begitu menghiraukan suara lelaki yang berbisik itu, meski sudah ada keanehan dan ketakutan yang kian merebak.

Malam kian larut, selarut hatinya yang kalut. Pada pukul dua pagi dini hari itu, dia terbangun dari tidurnya dan seperti ada yang menuntunnya, dia berjalan menuju ruang barang antik. Dia mengambil pedang itu, dan tanpa ragu lagi dia membuka seluruh pedang dari sarungnya. Dalam hatinya dia berbisik, "berkilau, sepertinya pedang ini sangat tajam..." Kemudian dia terus berjalan kembali ke kamarnya, dan dia mendapati seorang anak perempuan Jepang dengan baju ala Jepang jaman dulu, di atas tempat tidurnya. Dia sendiri merasa tidak takut dengan kehadiran anak itu. Bahkan anak itu mengajaknya bermain.
Namun dengan tanpa bisa diduga, tangannya yang masih memegang pedang itu tiba-tiba  menebas kepala anak itu, seiring bisikan "gomenasai". Segera darah segar bercipratan ke mana-mana. Maka, dia melemparkan pedang itu, dan dia merasa ingin berteriak sekeras mungkin, namun kerongkongannya tercekat. Tak bisa mengucapkan satu patah katapun. Dia telah membunuh anak itu! Setelah kejadian itu, dia merasakan kegelapan dan tak ingat apa-apa lagi.

Keesokan harinya, dia terbangun dan turun dari tempat tidurnya.
"Mimpi yang menyeramkan...sebuah mimpi yang benar-benar nyata" batinnya. Belum lagi dia selesai memikirkan kejadian yang dialaminya semalam itu, kemudian dia terkejut dengan pedang yang tergeletak di lantai, dengan darah yang mengering di pedang itu. Dia memekik, demi melihat semua yang jelas di matanya. Tanpa pikir panjang lagi, dia segera tancap gas, untuk pergi ke toko langganannya, untuk mengembalikan pedang katana itu. Dari sanalah, dia mendapat penjelasan dari pemilik toko itu, tentang riwayat pedang katana yang dibelinya, dan sebuah bisikan "gomenasai" yang seolah ingin meminta maaf atas segala yang telah diperbuat di semasa hidupnya.

Penyesalan yang terbawa hingga akhir hayat, bahkan bisa mewakilkannya lewat sebuah pusaka yang selama hidupnya dipergunakan untuk hal-hal demi duniawi semata.
Cinta kasih dari kehidupan yang hakiki harus senantiasa kita jaga, agar kita tak mudah silau oleh hal yang melulu bersifat duniawi....


* isnpirasi cerita dari ARDAN FM

Minggu, 23 Mei 2010

for the first time



Untuk pertama kalinya, aku mengangkat satu kisah yang menurutku sangat menyeramkan, bukan karena dia berbau mistis belaka. Namun dibalik itu semua, keterkaitannya dengan satu lagu yang dihubungkan dengan kisah tersebut, sungguh membuat bulu kudukku meremang.

Betapa tidak, dari sekian banyaknya entri yang sudah kupublish, sejak bulan April hingga saat ini, hanya entri dengan judul Bangbung Hideung : kisah penari ronggeng, yang ternyata kutemukan banyak kesalahan dalam pengetikannya, setelah dipublish. Mulai dari konsepnya saja sudah ditemukan kesalahan-kesalahan (aku save konsepnya di word). Setelah aku temukan adanya kesalahan-kesalahan itu, tentunya aku perbaiki pada saat hendak kupublish.
Namun, kesalahan pengetikan di entri tersebut malah semakin banyak.. Hehe ga tanggung-tanggung, letak kesalahannya mulai ada di awal-awal paragraf... Padahal, kesepuluh jariku ini, boleh dibilang sudah fasih betul akan letak-letak dari huruf di tiap-tiap tutsnya di keyboard - pinjem istilah piano. Sori kalo aku agak sedikit narsis hehe.. Tapi di atas segalanya, bener deh, aku heran banget atas kejadian ini.
Belum lagi masalah foto yang mau aku sertakan di entri tersebut, tiba-tiba ngilang. Akan tetap aku cari, dan mohon maaf yang setulusnya jika aku ga bisa nemuin foto itu. Mungkin aku memang lupa ato memang sudah kehapus... Entahlah...

Barangkali ini adalah hal sepele, tapi buatku ini merupakan hal yang luar biasa. Satu experience yang sungguh unik...

Sekali lagi, dengan rendah hati dan segenap ketulusanku, aku ingin memohon maaf, bila terdapat ketidaknyamanan di entri tersebut, baik karena terdapat kesalahan yang begitu banyak, ataupun mengenai topiknya.

Entri bangbung hideung telah mengajariku tentang banyak hal. Dan dengan niat yang tulus dan bersih, sengaja kesalahan-kesalahan itu tidak akan aku edit, dengan tujuan untuk mengingatkan aku tentang hal-hal yang di luar nalar atau logika, dan mengingatkan padaku, bahwa manusia tidak ada yang sempurna.



Bandungku, aku akan tetap berbagi hal-hal seperti ini lagi hehe...

Jumat, 21 Mei 2010

Bangbung Hideung : kisah penari ronggeng



Indonesia, merupakan negara yang kaya akan kebudayaan. Keunikannya tersirat dari setiap adat istiadatnya.

Keunikannya tk jarang ada yang menyisakan daya magis dari kebudayaan itu sendiri. Misalnya tari ronggeng, kuda lumping, tari kecak, dll.

Ceritanya tentang ronggeng, yaitu satu kesenian yang berasal dari Jawa Barat ini, menyimpan satu misteri yang susah dijangkau oleh akal pikiran kita.

Konon, hanya dengan memperdengarkan lagu Bangbung Hideung, maka sang makhluk halus akan datang dan ikut menari bersama orang yang memanggilnya. Tentu saja ayng memanggil makhluk gaib yang aku tak tahu jenisnya ini bersama-sama akan menari rongeng, dengan menggunakan topeng penutup wajah yang seram, dengan seringai senyum yang mengerikan.

Sang makhluk gaib itu akan menari dan menari dengan tangan yang menggapai-gapai, menyerupai wajah dan sosok dari sang penari ( baca : manusia ), yang pada endingnya akan memotong jari-jari tangannya dengan bengis, dan meninggalkannya begitu saja dengan darah yang bercecer di lantai.

Sementara sang penari, diam berendam pada semacam sebuah bah berwana keemasan dengan bertabur kembang tujuh rupa. Wangi yang menyeruak, mengiringi prosesi magis itu.
Sementara, bebrapa nayaga dengan wajahnya yang pucat pasi, mengiringi prosesi magis itu dengan wajah yang sangat dingin, mengiringinya dengan tabuhan kendang dan gamelan. Pastinya, mereka juga berasal dari alam gaib.

Begitulah, prosesi yang membuat mantan penari ronggeng ini menjadi senantiasa cantik dan seksi, sehingga bisa membuat banyak pria tertarik padanya. Itulah cara dia mengenang saat-saat dia menjadi penari ronggeng yang diidolakan banyak pria. Dia tak akan pernah menolak bayaran dari para pria yang melihatnya menari.
Dia, tetap melakukan ritual itu semata-mata demi kebutuhan fisiknya, dengan cara bersekutu dengan iblis.


Selalu ada hikmah di balik setiap peristiwa. Kehidupan ini terlalu banyak dimensinya untuk diselami. Tetapi satu yang pasti, dunia gaib memang tidak bisa dipungkiri keberadaannya. Mereka senantiasa ingin dihargai dan dihormati keberadaannya, tetapi tidak untuk dipuja dan didewakan, bahkan mengajaknya bersekutu.
Cukup untuk menyadari keberadaan mereka sebagai makhluk Tuhan juga, itu sudah bagus. Hanya cukup tahu saja.

Di atas semuanya, alangkah bijaknya kita, jika kita lebih mengerti dengan pasti, bahwa kitalah makhluk Tuhan yang paling sempurna dan mulila yang DIA ciptakan.
Maka, kita dapat selalu memberdayakan segala sesuatu menurut kodratnya, tanpa menyentuh dasar-dasarnya.



* Bangbung Hideung dan aku

Bangbung hideung artinya bangbung hitam. Bangbung adalah sejenis serangga yang biasanya ada di sekitar pohon kelapa. Bangbung dalam Bahasa Indonesia adalah Kumbang. Jadi bangbung hideung artinya kumbang hitam.
Sesuatu yang aneh terjadi juga padaku, setelah beberapa kali mendengarkan lagu tersebut. Secara kebetulan, bangbung itu ada di rumah, hinggap di antara gantungan sabun cuci yang biasa dipakai, yang kemudian aku ambil gambarnya, karena sebelumnya juga, aku ga tahu rupa dari jenis serangga yang satu ini.

Pernah kejadian pula saat aku tidur, sebelumnya aku denger lagu-lagu yang dipasang di MP3 player di ponselku, dan kemudian aku tertidur. Di dalam mimpiku, seolah-olah aku sedang mendengarkan lagu itu di bagian rancak-nya (di bagian tengah lagu itu). Tapi pas terbangun, memang lagu itu yang terputar, karena player aku set random, tetapi baru bagian awalnya yang baru terdengar. Kejadian ini aku alami sebanyak dua kali.
Pertanda apakah ini?
Apakah itu pertanda bahwa kehadirannya memang hanya lewat sebuah lagu yang menyimpan misteri itu?
Entahlah...



note: inspirasi kisah ini diambil dari Nightmare Side - Ardan FM.


Bandungku, engkau jugalah misteriku yang terindah...
wah...mau upload fotonya, tapi blom ketemu...kayanya dia ga mo eksis deh hihih...



*Aku sengaja tak mengedit semua kata-kata yang salah di entri ini...

Jumat, 30 April 2010

Nyanyian Seruling Menjelang Tengah Malam

Saat malam berangsur menjadi satu kepekatan yang sangat sempurna
Saat rembulanpun tersaput kabut kelabu, pucat pasi tak benderang...bahkan sinarnya seolah ditelan sang awan yang tak rela membiarkan cahayanya luruh ke bumi
Saat sepi kian merebak dengan teganya

Saat aku bercengkrama bersama embunku yang tersenyum indah
Memelukku dengan ribuan kesejukkannya
Tak kudengar suara apapun juga
Hanya binatang malam yang berkuasa penuh atas suasana ini, diselingi suara tokek yang menggema

Tiba-tiba, sayup kudengar, nyanyian seruling yang sangat menyayat kalbu
Satu nyanyian sunda yang tak kutahu judulnya
Mengalun menemani suasana gelap dan pekatnya malam

Suara nyanyian seruling bambu itu kemudian terhenti, dan diganti oleh suara tangisan seorang bayi, yang menjerit seolah ada kesakitan yang dirasakannya
Malam yang menghasilkan echo, benar-benar membahana
Sementara embunku masih bersamaku
Suara seruling itu kini muncul kembali, seiring menghilangnya suara tangisan bayi
Kembali mengalun, mendendangkan satu lagu sunda yang utuh, tak terpotong sedikitpun
Echonya sang malam yang mengantarkan suara itu ke telingaku
Aku hanya bisa diam terpaku bersama kesejukan embunku

Masih bersama embunku, ketika satu lagu penuh terurai
Seketika itu juga, suara deru motor tiba-tiba berseliweran, lewat di jalan ini...
Siapakah gerangan yang memainkan seruling itu hingga utuh penuh dinyanyikannya satu lagu?
Bayi siapakah yang menangis, menjerit membelah sunyinya malam ini?

Entahlah...
Tapi satu yang pasti, aku masih tetap bersama embun kesejukanku di sini...




Bandungku, benarkah aku sekarang telah menjadi soulmate mu, hingga engkau berkenan menyanyikan satu lagu untukku di malam sepi ini?

Senin, 26 April 2010

bisikanmu


Rangkaian cerita di batinku, setelah aku mendengar bisikan embun pagiku...
Mengawali di setiap hari baruku, dengan senyuman termanis penuh syukur dan berjuta kedamaian yang berkenan menghampiriku, penuh rendah hati. Tak peduli mataku yang baru saja terpejam, sesaat setelah bermain-main dengan embun pagiku...mesra, penuh tawa, dengan pelukan kesejukannya yang seakan enggan kulepaskan, karena kau akan melebur bersama degup jantungku dan mengalir hingga ke otakku, tulang sumsumku, dan ke dalam sanubariku yang paling dalam.

Sejenak, sesaat setelah aku dengar bisikan embun pagiku, aku terpesona dengan kata-kata indahnya, dan tak terasa air mataku mengalir perlahan menyusuri di setiap lekuk wajahku hingga ke dalam putihnya hatiku. Mendebarkan seluruh jaringan sel-sel darah di tubuhku, mengguncangkannya dengan sangat lembut sehingga membuat lidahku kelu, tak bisa berkata apapun.....yang ada, aku hanya bisa menikmati setiap getaran yang tercipta dengan alami sebagai salah satu wujud anugerah dari Yang Maha Mengerti.

Sejenak sesaat aku dengar bisikan embun pagiku...setelah airnya sanggup membuat dua sungai mungil, diiringi bau rumput yang memukau...
Rasanya ingin aku memelukmu dengan tubuh yang melunglai. Mendekapmu dengan erat dan menumpahkan segala air mataku di sana, hingga aku melebur di dadamu yang luas. Menikmati kesejukan yang berangsur menjadi kehangatan yang samar, tapi sanggup membuatku nyaman.
Rasanya ingin aku menghambur ke arahmu dengan segala dayaku dan menyentuh setiap jengkal keindahanmu dengan tanganku yang membelai lembut. Menyentuh wajahmu, dan menempelkannya ke wajahku, di antara senyum dan tangis haru...
Menikmatinya dengan unsur-unsur alam lainnya. Bersama bulan yang sebentar lagi pamit... Bersama suara kokok ayam jantan yang membelah kesunyian pagi yang masih pekat.

Apakah aku hadir di hatimu, bermain-main dalam otakmu, menemani di jalan pikiranmu, dan berayun-ayun di setiap detak jantungmu yang mengalirkanku di dalam darahmu yang sanggup membuatmu semangat dalam menyambut aktifitasmu di sepanjang hari-harimu, kemarin, hari ini, dan esok?
Aku tak peduli....! Tetapi satu yang pasti, aku akan selalu menikmatimu dalam setiap helaan nafasku, di sepanjang waktuku.




Bandungku, aku sedang menikmati indahnya kemurnian, dengan segenap kesederhanaanku...

Minggu, 25 April 2010

eksistensi

Pagi cerah dan ceria, tak sepeti kemarin sore, hujan badai dan butiran-butiran es melanda kotaku tercinta... Mungkin dan cenderung pasti, banyak daerah-daerah dan jalan-jalan protokol di bandung airnya meluap, banjir... Mungkin banyak kendaraan yang mengantri di jalanan, karena macet, dan mungkin juga banyak kendaraan yang mogok, karena mesinnya terendam air dari jalanan dan sungai-sungai kecil, got, dan parit yang airnya tak cukup lagi buat tertampung di sana. Pasti juga banyak pohon yang patah, dan roboh ke bumi...

Pagi ini, cerah ceria... Berada di rumah ibadah, bersyukur dan sejenak meninggalkan urusan-urusan duniawi rutinku...
Tampak salah satu lampu yang bertangkai panjang itu, dari sekian banyak lampu yang ada di situ, bergerak sendiri...berayun-ayun, bagai ada yang sedang bermain di sana....
Mmmhhhh...itulah satu bentuk eksistensi dari dirimu...hehehe...iya, aku tahu koq, kalo kamu pengen dilihat dan diakui bahwa kamu eksis saat itu, meski aku tak dapat melihat wujudmu... Ga tanggung-tanggung...kamu ingin terlihat kalo kamu eksis tuh selama sejam lho...hehehehe...betah amat, nyaman ya...
Berarti yang ngerasa nyaman saat berada di rumahNya bukan aku, dan mereka yang hadir saat itu, tapi kamu juga suka ya...

Oke deh, ga apa-apa juga koq kalo kamu ngerasa nyaman dengan bermain di rumahNya.. Toh DIA juga yang menciptakan dan memilikimu... Asal kamu tetap santun ya hehehe...



Bandungku, lagi ada yang pengen eksis ni....