Pisau itu tersamar di senyummu
Memikat siapa saja yang memandangmu
Jleb! Jleb! Jleb!
Begitu bunyi pisaumu di setiap jantung itu saat ia menikamkan pesona dirimu
Tuntas, lugas, lembut, sekaligus menyesakkan
Aku pun tak kuasa menghindarinya
Saat malam itu kau menyapaku
Dengan jutaan pisau dibalik tubuhmu
Siap menguliti hatiku
Ah, aku akhirnya roboh
Pisaumu terlampau tajam dan menyilaukan mata
Aku pingsan!
Aku berada di pelukan jutaan pisaumu kini
Aku bingung, linglung
Haruskah aku sedih, atau suka?
Aku ini sedang terluka atau penuh suka cita?
Jelas terasa, bahwa kau adalah candu!
Aku, inginkan kau tak menguliti hatiku
Namun mengiris tipis-tipis rindu ini, yang kian hari kian menyesakkanku!
Sebuah Puisi di Hari Ibu
17 jam yang lalu
1 komentar:
jadi ingat puisi pisau-nya Sutardji CB :)
beda jauh sih :p
Posting Komentar