Jika waktu diputar ke belakang
Aku, memang telah berkali-kali terluka oleh dirimu
Jujur aku berkata padamu, bahwa kamu sudah memarut hatiku oleh sikap dan perkataanmu
Hingga sari patinya harus kuminum sendiri
Aku hanya bisa terdiam dan tersenyum mereguk sari pati hasil parutanmu atas hatiku
Luruh dalam sayatan demi sayatan yang kau buat
Sementara, kau berlenggang penuh kemenangan; telak!
Aku pun bangkit dari tempat dudukku, meninggalkan setiap dimensi yang beraurakan dirimu
Sampai suatu saat, kau terjatuh
Aku menolong dirimu dengan penuh ketulusanku
Aku carikan balsem dan mengoleskannya ke lututmu
Aku tak ingat lagi apa yang pernah kau buat padaku!
Namun, di sisi lainnya sahabat-sahabatku menegurku
"Kamu tidak lebih daripada sekedar seorang jongos!"
"Kamu munafik! Bukankah kamu telah berkali-kali disakiti olehnya? Mengapa kamu harus merendahkan harga dirimu di depannya? Dia, akan semakin menginjak-injak kamu selamanya! Sah-sah saja kamu membantu dia, tapi jangan berlebihan!"
"Aku tadi tidak tega melihatmu. Dia cengengesan, sementara kamu berlutut mengobatinya!"
Semua menyergahku. Lagi-lagi, aku hanya bisa tersenyum.
Tiba di rumah.
Aku larut dalam sebuah kontemplasi dan aku hanya bisa membiarkan air mata ini mengalir menyerukan haruku atas diriku sendiri.
Aku membiarkan kontemplasi ini mengurungku, mengalirkannya menjadi banyak pertanyaan dengan tidak sepatah kata pun aku berusaha mencari jawabnya
Tuhanku satu-satunya,
Tak bolehkah jika aku melupakannya?
Melupakan segala penat dan sakit hatiku terhadapnya?
Menepikan sejenak segenap rasa yang pernah ada demi menolongnya?
Aku sudah menerima hujan berkat yang pilar-pilarnya tak dapat aku hitung dariMu
Tak bolehkah jika aku melupakannya?
Melupakan segala sari pati hasil parutan hatiku sendiri
Yang rasanya kian menambah kepedihanku padanya?
Tuhan, tak bolehkah aku melupakannya?
Dan, aku pun tertidur dalam deraian air mata yang belum sempat mengering...
* Untukmu yang masih berkontemplasi, jangan pernah kau meragukan lagi atas apa yang telah kau lakukan. Jadilah dirimu sendiri dengan keyakinanmu...
Sebuah Puisi di Hari Ibu
16 jam yang lalu
5 komentar:
Memang sulit untuk melupakannya...karena rasa itu adalah sebentuk cinta yang sudah terpatri dan menyatu dengan jiwa sebagai anugerah yang kuasa..hanya saja jika diperkanankan do'a, "Semoaga dibukakan pintu hatinya agar tahu bahwa aku sangat sulit untuk melupakannya"...
Terucap salam dari aku untuknya...Happy blogging!
ikuti kata hati mungkin itu yang terbaik, dan akan lebih baik lagi jika tetap berkomunikasi dengan Tuhan demi mendapatkan petunjuk atas semua masalah yang ada...
Jadilah dirimu sendiri dengan keyakinanmu...
dalem banget mba, sedih merintih...
Melupakan sesuatu yang sudah kadung ada dalam ingatan memang tak mudah, bukan masalah boleh atau nggak boleh (menurut saya), tapi saya pikir ada rahasia dibalik semua peristiwa :)
meski dia tlh memarut hatiku, tp aku msh sll terkenang dia, terkadangpun msh berharap...yg lain teriak jangan kau puja dia! tapi aku sdh terlajur... *spt biasa msh berusaha mengerti bait indah puisi ciptaan teteh..huhu mdh2an ak ga keliru menafsirkan puisi indah itu...kl keliru maaf ya Teh..^_^
Posting Komentar