Ternyata benar yang pernah aku dengar, bahwa jiwa seorang pemegang pusaka (baca: pedang), bisa menyatu dengan pedang itu sendiri, meski dia telah lama meninggal dunia.
Cerita tentang seorang Jepang, yang semasa hidupnya berprofesi sebagai pembunuh bayaran demi uang yang banyak, yang ternyata harus membunuh keluarganya sendiri.
Dengan pedang katana, dia melakukan pembunuhan itu, yang pada akhirnya diketahui oleh seorang pembeli barang antik. Pedang yang digunakannya sekitar tahun 1500-an.
Suatu malam, setelah dia berhasil membawa pulang pedang katana : pedang dari Jepang seperti samurai, dia membuka pedang itu dari sarungnya. Maka segeralah perasaan aneh bermunculan dari dalam hatinya. Ada perasaan kejam, sedih, takut, semua bercampur aduk, ditemani wangi yang keluar dari pedang itu, yang wanginya belum pernah dia cium sebelumnya. Itu kali kedua dialaminya, setelah kejadian yang sama terjadi saat masih berada di toko barang antik. Namun, dia tidak tega untuk meneruskan membukanya. Dia segera memasukan kembali pedang itu ke sarungnya.
Di sepanjang perjalanan pulangpun mulai ada sesuatu yang aneh. Dia mendengar bisikan "gomenasai" secara berkali-kali, dan dia tak begitu menghiraukan suara lelaki yang berbisik itu, meski sudah ada keanehan dan ketakutan yang kian merebak.
Malam kian larut, selarut hatinya yang kalut. Pada pukul dua pagi dini hari itu, dia terbangun dari tidurnya dan seperti ada yang menuntunnya, dia berjalan menuju ruang barang antik. Dia mengambil pedang itu, dan tanpa ragu lagi dia membuka seluruh pedang dari sarungnya. Dalam hatinya dia berbisik, "berkilau, sepertinya pedang ini sangat tajam..." Kemudian dia terus berjalan kembali ke kamarnya, dan dia mendapati seorang anak perempuan Jepang dengan baju ala Jepang jaman dulu, di atas tempat tidurnya. Dia sendiri merasa tidak takut dengan kehadiran anak itu. Bahkan anak itu mengajaknya bermain.
Namun dengan tanpa bisa diduga, tangannya yang masih memegang pedang itu tiba-tiba menebas kepala anak itu, seiring bisikan "gomenasai". Segera darah segar bercipratan ke mana-mana. Maka, dia melemparkan pedang itu, dan dia merasa ingin berteriak sekeras mungkin, namun kerongkongannya tercekat. Tak bisa mengucapkan satu patah katapun. Dia telah membunuh anak itu! Setelah kejadian itu, dia merasakan kegelapan dan tak ingat apa-apa lagi.
Keesokan harinya, dia terbangun dan turun dari tempat tidurnya.
"Mimpi yang menyeramkan...sebuah mimpi yang benar-benar nyata" batinnya. Belum lagi dia selesai memikirkan kejadian yang dialaminya semalam itu, kemudian dia terkejut dengan pedang yang tergeletak di lantai, dengan darah yang mengering di pedang itu. Dia memekik, demi melihat semua yang jelas di matanya. Tanpa pikir panjang lagi, dia segera tancap gas, untuk pergi ke toko langganannya, untuk mengembalikan pedang katana itu. Dari sanalah, dia mendapat penjelasan dari pemilik toko itu, tentang riwayat pedang katana yang dibelinya, dan sebuah bisikan "gomenasai" yang seolah ingin meminta maaf atas segala yang telah diperbuat di semasa hidupnya.
Penyesalan yang terbawa hingga akhir hayat, bahkan bisa mewakilkannya lewat sebuah pusaka yang selama hidupnya dipergunakan untuk hal-hal demi duniawi semata.
Cinta kasih dari kehidupan yang hakiki harus senantiasa kita jaga, agar kita tak mudah silau oleh hal yang melulu bersifat duniawi....
* isnpirasi cerita dari ARDAN FM
1 komentar:
Wah aku paling suka nei klo udah ngomongin samurai hhe.........
ternyata Gomenasai'y juga ikut menyesal toh ........
Oiya slam knal Mbak sebelunya....
Aku Follow sekalian(DJ Site)...Follow balik ya...
Posting Komentar