Thanks for this day.. May God bless us everyone and everywhere..
Diberdayakan oleh Blogger.

Sabtu, 31 Desember 2011

Terima Kasih Banyak 2011

Subuh paling akhir di tahun dua ribu sebelas
Pagi paling akhir di tahun dua ribu sebelas
Siang paling akhir di tahun dua ribu sebelas
Sore paling akhir di tahun dua ribu sebelas
Senja paling akhir di tahun dua ribu sebelas
Malam paling akhir di tahun dua ribu sebelas

Beruntungnya aku, dapat bercengkerama dengan saat-saat paling akhir pada subuh, pagi, siang, sore, senja, dan malam
Beruntungnya aku, dapat menghirup udara pada saat-saat itu dengan penuh syukur
Beruntungnya aku, dapat meresapkan saat-saat itu diselingi dengan doa-doa yang membumbung tinggi ke atas awanNya

Tak terasa, bulir air mataku mengalir perlahan
Menghadirkan kehangatan sekaligus semacam sebuah perpisahan?
Entah perpisahan apakah ini?
Bolehkah aku rayakan sebentuk perpisahan ini dengan semarakku?
Aku ingin merayakannya dengan cara berbeda yang sederhana

Tak ada yang sanggup kukatakan lagi
Sesuatu yang meletup-letup di dadaku seakan ingin meloncat dari segenap rongga-rongganya jiwa
Dua kata penghantar kebahagiaan dan pembelajaran dari sang waktu yang terkemas oleh bilangan : dua ribu sebelas

Terima kasih atas cintamu
Terima kasih atas air mata yang bergulir tanpa sia-sia
Segenap jerih payah dan doaku telah kau ukir indah di dalam hari-hari yang kau kemas dengan cantik; secantik-cantiknya
Terima kasih atas kebersamaanmu yang sebentar akan berlalu
Menemaniku dengan segenap kasih
Menungguiku untuk pencapaian banyak hal dari keinginanku dengan sabar

Kutitipkan jejak-jejakku dalam naungan semestamu
Inilah, postinganku paling akhir di tahun dua ribu sebelas
Aku kan selalu merindukanmu
Kan kutengok kelak; sekali waktu dalam balutan bilangan yang baru : dua ribu dua belas; jika nafas masih bersemayam di jiwa dan tubuhku


Mengucapkan
SELAMAT TAHUN BARU 2012
Semoga kehidupan yang lebih baik akan selalu bersama kita semua. Sukses pula dalam segala hal. Amin

Minggu, 25 Desember 2011

Selamat Natal 2011

Pagi merebak penuh hikmat saat ini
Langit mulai biru; tidak gelap seperti saat lima belas menit yang lalu
Hujan gerimis kecil mengawali biru pagi
Syahdu menyiram bumi dengan santun dan penuh kasih

Masih diiringi pagi ini berikut seluruh fiturnya, aku ingin mengucapkan :

SELAMAT NATAL

Bagi sahabat-sahabatku yang merayakannya. Semoga keindahan sejati selalu dan selamanya menjadi milik kita; bersyukur dengan segala yang ada, dan dengan rendah hati menikmatinya hanya untuk hal-hal terbaik saja. Amin...

Kamis, 22 Desember 2011

Give Away Sederhana di Akhir Tahun



Sahabatku terkasih, 

Ehm... Sesuai janjiku dan aku ingin memenuhinya, bahwa aku akan mengadakan acara kecil-kecilan sehubungan dengan terbitnya KISAH CINTA EMBUN PAGI DAN TUHAN (KCEPDT) yang merupakan buku pertamaku, maka ijinkanlah aku untuk mengumumkan bagaimana cara mendapatkan buku pertamaku ini. Akan ada 5 orang yang memperolehnya.

Oke, kalo ga ada pertanyaan *emangnya udah ngasih kesempatan buat mau nanya apa? :D* langsung aja ya :

Aku ingin temen-temen menuliskan di blognya masing-masing tentang semacam renungan di tahun 2011 dan resolusi atau harapan di tahun 2012, juga jangan ketinggalan alasan mengapa ingin memperoleh buku pertamaku. Panjang tulisan tidak dibatasi, tapi maksimal 3 halaman A4 :D (ditulis dulu di word kali ya hehe).


Udah jelas kan? Kalo belum jelas, angkat tangannya ya, tapi yang kanan aja, jangan dua-duanya :D

Kalo ada yang nanya kriteria, maka kriterianya adalah tulisan yang paling menginspirasi untuk menghadapi hari-hari mendatang dengan penuh harapan.
Kalo tentang alasan ingin memperoleh buku, tolong tuliskan dengan sejujur-jujurnya. Ga ada kriteria lain. Mau berisi kritikan juga boleh. Tenang, dengan tangan terbuka aku akan terima itu :)
Di postingan yang temen-temen tulis, temen-temen boleh menyertakan gambar cover buku pertamaku. Gambar bisa dikopi dari blog ini :D
Oya, nulisnya jangan pake bahasa 4l4y l3b4y yaaa... Cukup menggunakan bahasa Indonesia, bahasa tercinta kita.

Jika temen-temen udah selesai menuliskan artikelnya, mohon meletakkan link postingan ini setelah akhir paragraf, daftarkan segera link tulisanmu di kotak komentar pada postingan ini.
Tulisan dimulai dari hari ini, tanggal 22 Desember 2011, dan paling lambat tanggal 9 Januari 2012 jam 23.59.
Pengumuman pemenang akan diposting di blog ini tanggal 16 Januari 2012.

Baik. Selamat menulis ya. Partisipasi dari temen-temen sungguh aku nantikan :)
Jika sampai sejauh ini masih ada yang belum jelas, mohon ditanyakan di kotak komentar postingan ini. Terima kasih :)

Selamat Hari Ibu, 
Untuk wanita-wanita Indonesia yang berhati mulia, bijak, penuh senyum, tabah, sabar, penuh kasih, tidak bergunjing, dan selalu berbakti sepenuh hati tanpa mengeluh bagi keluarganya. 
Dalam tatapan teduh dan senyum tulusmu, tersingkap tabir kekuatan dan akhlak bangsa ini.

Kamis, 15 Desember 2011

My First Book : "TAHUN INI TERBIT, ATAU TIDAK SAMA SEKALI!" | Behind the Scene of Kisah Cinta Embun Pagi dan Tuhan



Kalimat sederhana yang menjadi kalimat sakti bagiku itu kian terngiang di dalam sanubariku. "Terbit tahun ini, atau tidak sama sekali!" tak berhenti menggema di antara proses penyusunan puisi-puisiku menjadi sebuah buku. Tujuh kata saja, tetapi bisa memendarkan semangatku hingga ke seluruh elemen tubuhku, dan berhasil menguapkan rasa rendah diriku; tepatnya rasa tidak percaya diriku, juga segala bentuk keraguanku.

Aku cari huruf demi huruf agar terangkaikan menjadi sebuah kata yang sederhana. Kunikahkan mereka menjadi semacam alunan melodi yang lugas tapi lembut, mendayu-dayu namun tidaklah cengeng, penuh makna dan cinta. Sesuatu yang indah. Itulah suasana yang ingin aku hadirkan di sana, selain makna dan kenyamanan yang ingin aku tuangkan. Akhirnya, aku pun tenggelam di dalam suasana itu. Mempertemukan kata-kata yang menjadi rangkaian kalimat. Di sanalah aku bertepi, bahkan tinggal dengan segenap jiwaku menjadi nyawa bagi setiap rangkaian kata-katanya. Setidaknya itulah yang sangat aku harapkan. Inilah aku dan puisi-puisi yang tersurat dan tersirat lewat jemariku. Maukah kau menyambangiku untuk meresapinya?

Ya, inilah kisah dari proses pencarian huruf yang berakhir dengan kata yang berpadu menjadi kalimat-kalimat sederhana, yang semoga dapat memberikan sesuatu yang berharga bagi para pembacanya, dan dari pernikahan kata-kata itu, lahirlah buku pertamaku : Kisah Cinta Embun Pagi dan Tuhan yang memuat sekitar 70 judul puisi (puisi ada yang diambil dari blog juga), satu judul di antaranya memuat puisi-puisiku yang berbentuk quote. Ada sekitar 47 quotes yang mejeng di buku pertamaku itu.

Dalam proses penyusunan buku ini, terus terang ada semacam rasa ragu dan rendah diri – bukan rendah hati lho :D
Seperti yang sudah aku tulis di atas, bahwa rasa ragu dan rendah diri (baca : tidak percaya diri – red.) itu tiba-tiba menyerangku di tengah proses penyusunannya. Bagaimana tidak? Puisi-puisiku sungguh sangat sederhana. Layakkah jika dia disebut puisi? Yang lantas dijadikan sebuah buku? Banyak teman-teman dekatku bilang layak. Tetapi, pas di tengah perjuanganku, muncul lagi perasaan itu, hingga orang yang mencoba mengerti kegundahanku dan mengapa aku menjadi gundah ini berkata, “Saya usulkan; terbit tahun ini, atau tidak sama sekali!”

Mulai dari sinilah, adrenalinku untuk segera menyelesaikan penyusunan bukuku terpacu. Terima kasih... Mungkin, tanpa kalimat yang kau ucapkan itu, buku pertamaku ga akan pernah lahir sampai kapan pun. Meski ia lahir di penghujung tahun ini, tapi itulah efek dari kalimat yang terngiang terus di telingaku.

Jika teman-teman ingin mengetahui siapa yang memompa adrenalinku, dialah Mas Teguh, seorang dari Semarang. Dia instrukturku sewaktu aku berkelana mencari ilmu di Semarang, beberapa tahun silam, selain Mas FA. Wiranto sang juri yang telah berkenan membantuku di acara MTMers’ beberapa waktu lalu. Masih ingat kan?

Banyak profil orang Semarang yang aku kenal sungguh membuatku bangga, yang sampai sekarang hubungan silaturahim itu tak pernah terputus. Mereka, seolah sudah menjadi saudara-sarudaraku sendiri. Tak ada jarak, tak ada sungkan. Meski, tentu saja aku tetap menjaga etika dan tata krama (karena aku lebih muda dari mereka semua). Deket, tapi tidak kurang ajar. Demikianlah kira-kira hubungankku dengan orang-orang yang telah sekian lama ‘merawatku’ di kota yang belum pernah aku jelajahi sebelumnya ini.

Terima kasih juga untuk siapapun yang terlibat dalam terlahirnya buku pertamaku ini; menguatkanku mulai dari embrio hingga lahirnya. Dengan rendah hati dan penuh ketulusan, buku ini aku persembahkan untukmu, untuk kalian, dan untuk siapapun yang menghargai cinta dan kehidupan. Dan sebagai bentuk rasa syukurku, aku berencana mengadakan give away yang hadiahnya adalah buku pertamaku ini. Akan ada 5 orang yang akan memperoleh buku Kisah Cinta Embun Pagi dan Tuhan. Bagi yang berminat, tunggu aja ya, pengumumannya... :D

Karya-karyaku di buku ini adalah hasil dari inspirasi yang tak pernah lepas dari Embun Pagiku dan Sang Penciptanya. Sebab, dialah rahimnya inspirasi bagiku. Kumpulan puisi yang sudah berbentuk buku ini hanyalah usahaku untuk merealisasikan keinginanku. Jika ada yang berminat memilikinya, itulah efek dari segala upayaku selama ini. Itulah apresiasi bagiku. Sungguh terima kasih aku ucapkan.

Buku ini berisi tentang cinta yang menghubungkan antara manusia dengan alam, manusia dengan sesama, manusia dengan negaranya, manusia dengan Tuhan, serta manusia dengan cinta itu sendiri. Bahwa kebanyakan, manusia selalu mengkambinghitamkan cinta sebagai salah satu bentuk dari keterpurukannya sebagai manusia.
Nah, bagaimana kisahnya? Puisi-puisi ini menuturkannya untuk Anda sekalian. Semoga berkenan.

Informasi bagi yang berminat :
1. Buku hanya bisa diperoleh di toko online, yakni nulisbuku.com
2. Bisa memesannya ke nulisbuku.com  atau lewat inbox akun FB-ku : Adriana ‘Windflowers’ Diana, atau lewat akun twitterku : @adrianawardani, atau lewat email novelty7278@yahoo.co.id
3. Harga Rp.35.000,- (belum termasuk ongkos kirim)

Baik, itulah sekelumit kisah dibalik penyusunan buku pertamaku, sedikit review tentang buku pertamaku, dan rencana tentang give away yang berhadiah buku pertamaku. Semoga ini semua dapat memberi inspirasi bagi teman-teman sekalian. Semoga buku ini boleh menjadi cikal bakal terbitnya buku keduaku dan seterusnya, yang membawa kontribusi untuk banyak pihak, memberi makna bagi kita semua. Amin.

Senin, 12 Desember 2011

Kumpulan Tulisannya Nuel



Di bulan Desember ini, Blog Immanuel's Notes juga merayakan 2nd anniversary yang jatuh pada tanggal 4 Desember 2011. Di dalam perayaannya, dia juga mengadakan give away tentang keberuntungan. Aku pun mengikuti acara give away itu. Sayang, aku ga dapet hadiahnya... ehehehe...  Tapi, aku seneng bisa berpartisipasi di acaranya Nuel :)

Dengan kebijaksanaan dan kerendahan hati yang dimiliki oleh seorang Nuel, sang admin Immanuel's Notes, maka ia pun berniat membukukan semua tulisan para peserta yang ikut memeriahkan perayaan ulang tahun blognya itu. Wah, tentu saja aku seneng. Karena nanti, tulisan sederhanaku tentang sebuah keberuntungan bagiku, akan mejeng di buku itu. Buatku, ini merupakan penghargaan dari Nuel untuk tulisanku. Aku rela serela-relanya jika tulisanku diambil Nuel buat dibukuin... :D
Makasih banyak ya Nuel, untuk kumpulan tulisan itu, dan juga untuk awardnya buatku.

Meskipun terlambat, aku pengen ngucapin buat Blog Immanuel's Notes; Happy 2nd Anniversary ya.... Semoga dengan kehadiranmu, ranah blogsphere semakin ceria dengan gaya penulisan dan cerita-cerita seru yang kamu tuangkan di blogmu. 

Viva Immanuel'sNotes!

Sabtu, 10 Desember 2011

Tali Asih dan Penghargaan dari Iskaruji dot com



Berdiri di atas podium. Setengah berbisik. Test microfon... “Aku kangen kamu... Aku kangen kamu...” Halah... Bukannya kalo test microfon itu biasanya pake kata-kata “Test 1,2,3... Test 1,2,3...”
Ah, itu mah udah biasa banget! Aku nyari yang ga biasanya. Karena aku lagi kangen tingkat tinggi sama seseorang sampai-sampai dia berhasil membuatku demam dan ga masuk kantor. Persis seperti anak kecil yang lagi kangen *SIGH* *BLUSING*
Makanya, test microfonnya bunyinya jadi kayak gitu deh. Kangen aja sombong ya. Tampak norak? Mungkin iya. Tapi aku ga akan menjaga pencitraanku hanya gara-gara aku kangen dia, sang embun pagiku :D

Baik, daripada ngurusin kangen aku yang dimasukin ke microfon, yang mungkin pada akhirnya bisa bikin ada yang ngiri, *emang ada yang ngiri?* maka untuk bijaknya, mending aku mulai saja acara ini. Cukup segini aja selingannya.

Bahwa iskaruji dot com sebentar lagi mencapai usia 1 tahun. Nah, di acara peringatan 1st anniversary itu, Mas Iskandar Aruji, sang admin dari iskaruji dot com, mengadakan semacam perayaan di situsnya itu. Aku waktu itu ikutan nge-review situsnya. Dari review yang aku buat itu, ternyata aku mendapatkan  tali asih atau penghargaan khusus berupa iklan baris di situsnya, senilai Tujuh Puluh Lima Ribu Rupiah untuk masa pajang 3 bulan.
Jadi, nama link blogku yakni meworldwords, mejeng di slot, di bawah setiap postingannya iskaruji dot com.

Dapet anugerah ketiga ini, pastinya aku seneng banget. Bikin aku jadi senyum-senyum ga jelas. Tapi aku beneran senyum-senyum sendiri lho. Artinya, pas senyum-senyum ga jelas itu aku emang lagi beneran sendiri. Jadi ga keliatan sama orang laen kalo aku lagi senyum-senyum ga jelas. Just me and God who knows it :D

Kenapa aku bisa sampe senyum-senyum ga jelas? Pasti ada alesannya dong. Sssttt... Ini aku buka satu rahasiaku ya... Bahwa aku bisa sampe kaya gitu itu, ya disebabkan karena dari sekian banyaknya kontes yang pernah aku ikuti, aku jarang sekali menjadi pemenang. Sekarang, di perayaan 1st anniversary-nya Mas Iskandar, akhirnya aku berhasil meraih penghargaan ketiga, sodara-sodara. Kesian ya... Kesian ga? :D

Belum selesai pemberian dari iskarujidotcom. Ada satu lagi penghargaan khusus dari iskaruji dot com, yaitu The Best Writing Blog 2011. Dia memberiku penghargaan itu karena menurut hasil pengamatannya, aku bukan blog copas. Mending ga posting selama berbulan-bulan, daripada aku disuruh copas. Begitu, kira-kira komentarnya.

Wah, aku terharu sekalli dengan penilaian ini. Jujur lho, aku terharu. Terharu karena dia bisa melihat bahwa apa yang aku sampaikan di blog itu memang bukan hasil copas. Gimana mo dibilang copas, wong blogku itu bernuansa puisi, pengalaman hidup, dan kadang curhat :D

Tapi bukan itu pokok persoalan yang membuatku terharu. Bahwa aku bisa melihat dan merasakan kalo iskaruji dot com sungguh menghargai hasil pemikiranku yang aku tuang di blogku. Sesederhana apapun ulasan tentang suatu hal yang sedang hangat terjadi yang pernah aku tuangkan di blogku, sekecil apapun sesuatu yang aku share di blogsphere, dia bisa mengamati dan menerjemahkannya dengan baik.

Oleh karena itu dalam kesempatan ini, ijinkanlah aku dengan segenap ketulusan dan kerendahan hatiku untuk mengucapkan terima kasih atas kesediaan Mas Iskaruji memberikan tali asih dan penghargaan khusus buatku. Bagiku, iskaruji dot com telah menjadi sahabat blogsphere yang terbaik, yang bisa memperhatikan hal-hal kecil, bahkan bisa dibilang remeh temeh yang ada di blog ini. Blog ini memang sederhana. Tagline-nya pun embun pagi, sebagai lambang dari kerendahan hati.

Happy 1st anniversary buat iskaruji dot com, yang jatuh pada tanggal 11 Desember 2011. Semoga berkat ke-eksisanmu, bisa menghadirkan sesuatu yang berharga bagi blogsphere, sesederhana matahari yang selalu berkenan terbit dan tenggelam sesuai dengan kodratnya. Semoga iskaruji dot com semakin indah, seindah langit pagi dan senja. Menorehkan berjuta kenangan bagai bintang di langit, pasir di lautan. Bersinar teduh laksana rembulan utuh di malam kelam.

Maju terus iskaruji dot com!

Rabu, 07 Desember 2011

Seandainya Ini Kertas Biasa


Sebagai salah satu pengelola warung mungil, maka aku mempunyai tugas untuk menyortir uang-uang yang menurutku sudah tak layak lagi untuk diedarkan kembali; dijadikan kembalian untuk para pembeli di warungku. Aku ga pernah menolak uang seburuk apapun yang dibawa oleh para pembeli. Asal nomor seri uang itu masih utuh, aku ga bakal menolaknya. Tapi entah mengapa, aku selalu merasa ga tega untuk memberi kembalian dengan uang kertas yang sudah lecek, bau, sobek sana sini dan lembek lepet itu. Oleh karenanya, aku memutuskan untuk menyetorkannya ke bank.

Ada rasa sungkan dan malu juga saat aku menyetorkannya ke bank. Bukan gengsi lho!

Sungkannya, aku ga enak sama pegawai banknya. Dia harus hitung manual (karena saking lepetnya uang itu, jadi udah ga bisa dihitung pake alat penghitung uang). Lagian kan uang-uang kertas lepet dan berbau yang kusetorkan itu  nominalnya kebanyakan seribu rupiah dan dua ribu rupiah yang bentar lagi mungkin pecahan yang kusetorkan itu menjadi setara Rp.1,- dan Rp.2,- (redenominasi).

Trus malunya, aku ngerasa bahwa akulah penyebab antrian panjang di belakangku (nunggu petugas bank ngitungin manual). Aku malu sama nasabah lain yang ngeliatku mejeng di paling depan dan mendapatiku: si biang kerok antrian panjang itu.

Tetapi, di lain sisi aku sangat bersyukur memiliki rejeki yang demikian ini. Inilah rejeki aku, meski dia kucel, bau, lepet, penuh debu, bahkan kadang uangnya sudah berubah warna, bagiku dia tetap cantik. Bagaimanapun bentuknya, dialah harta titipan dariNya yang akan kujadikan lagi menjadi modal. Jika sudah demikian, aku lupa dengan rasa sungkan dan malu. Meski terkadang perasaan itu muncul lagi, tapi menurutku itu masih wajar, ga berlebihan.

Aku pernah bilang ke petugas banknya gini, "Mas, maaf ya.... Aku selalu bawa uang-uang cantik ini yang udah bikin repot mas. Seandainya ini kertas biasa, pastinya udah kubuang mas..."
"Oh, gapapa bu. Saya bahkan pernah lho nerima uang-uang yang lebih lecek daripada ini, dan blom ditata sama penyetornya. Kalo ini kan udah diatur, jadi sayanya gampang ngitungnya...." Jawab petugas bank itu sambil tersenyum.
"Wah, ya makasih mas kalo gitu. Masa juga sih ga saya aturin dulu uangnya. Ini aja saya udah ngerasa kalo ngrepotin mas..." Timpalku lagi sambil tersenyum.

Nah, itulah aku si penyetor uang guladig. Guladig dalam bahasa Sunda berarti dekil dan sebangsanya. Pencitraan uang guladig mungkin sudah menempel. Tapi, itu semua kulakukan demi kepuasan para pelanggan warung mungilku. Ya, seandainya ini kertas biasa........ :D

Senin, 05 Desember 2011

Lebih Menghargai Hidup Dengan Bersyukur

Pada suatu sore, di perjalanan dari kantor, alert SMS di hapeku berbunyi. Kemudian aku langsung membacanya. Siapa tahu SMS itu dateng dari orang yang aku sayangi dan aku banggakan :P

Aku baca dengan dahi yang mengernyit. SMS itu ternyata dateng dari temen satu kerjaan, tetapi berbeda unit. Tumben si mbak ini sms sama aku. Ada apa gerangan? Kalimat yang tertera di sana aku baca perlahan. Ternyata isinya sebuah permohonan dukungan darinya darinya agar aku ikut mendoakan adiknya yang terkena kanker payudara stadium 4. Sekarang, kankernya sudah menjalar ke tulang, sehingga ia lumpuh, dan sudah menjalar juga ke pundaknya. Kata dokter, jika virus kanker itu sudah nyampe ke otak, maka ia akan koma.
Temanku ini sungguh sangat mengharapkan sebuah mukjizat dari Tuhan untuk kesembuhan adik tercintanya, dengan menyebarkan SMS ke tiap orang yang dikenalnya.

Aku terdiam. Speechless. Aku gak langsung menjawab SMS itu. Sambil menghela nafas panjang, aku membayangkan sebentuk tubuh yang terbujur di ranjang rumah sakit. Tak berdaya dan menahan kesakitan. Setelah itu, aku mengetikkan huruf demi huruf yang akhirnya terangkaikan menjadi kalimat doa untuk adik tercintanya. Doaku tak panjang. Hanya memintakan yang terbaik untuk adik dari temanku yang bernama Irene itu, juga agar diberikan kekuatan di dalam menghadapi penderitaan fisiknya yang sudah digerogoti kanker. Kemudian, temanku itu membalas SMSku mengucapkan terima kasih atas doaku.

***

Belum lama berselang setelah kabar dari temanku itu, aku dikejutkan lagi dengan kondisi tetanggaku yang sudah koma. Sama, ia pun menderita kanker payudara! Duh, Tuhan.... Betapa sedihnya aku menyaksikan semuanya ini. Kembali aku speechless. Sekarang, kankernya sudah menyerang ke hati hingga membuat sekujur tubuhnya berwarna kuning. Ia juga menderita maag kronis. Aku memang ga deket sama dia, hanya saling tuker senyum jika berpapasan dengannya. Aku, tipikal orang yang males nonggo. Jika pulang kantor, aku lebih memilih diam di rumah. Leyeh-leyeh. Pun saat aku libur. Lebih seneng hibernasi :D 

***

Kejadian lain aku dapat informasinya di twitter. TL ramai membicarakan tentang kisah seorang Tissa yang akan dibukukan. Aku pun menelusuri jejaknya. Ternyata, ia menderita GBS = Guillain Barre Syndrome (GBS), yang sebelumnya Tissa didiagnosa mengidap Myathenia Gravis (MG). Ia juga menderita penciutan paru-paru sebelah, sehingga ia harus dibantu dengan alat ventilator, yang kadang paru-parunya tidak bisa menangkap mesin dari ventilator itu. Tissa juga harus dibantu oleh orang-orang yang berkenan menyumbangkan trombositnya.

Jika teman-teman ingin lebih lanjut mengetahui kondisi Tissa untuk ikut mendoakan Tissa, bisa berkunjung ke blog SEMUA SAYANG TISSA yang ditulis oleh kakaknya.

***

Sebelum tiga kejadian di atas, aku telah dikagetkan dengan kejadian om-nya temen sekantorku. Ia yang sedang berkumpul bersama keluarganya, tengah menikmati kebahagiaan lahir dan batin, karena ia baru saja akur kembali dengan kakak kandungnya, yang tiga tahun lalu mereka terlibat  konflik. Kemudian ia sedang merayakan kenaikan pangkat, dan baru saja membeli sebuah mobil baru. Tapi kebahagiaan duniawi itu tak lama ia kecap. Strooke telah menyerangnya. Telah terjadi pendarahan hebat di otaknya. Mobil barunya pun belum sempat ia kendarai, yang sore itu  malah mengantarkannya  ke rumah sakit, dan akhirnya meninggal dunia pada dini hari sekitar pukul dua. Itulah saat pertama dan terakhir kalinya ia menaiki mobilnya.

***

Tuhan, Engkau yang menciptakan pagi, siang, dan malam. Jadikanlah kami mampu memahami pesan-pesanMu yang tersembunyi di dalamnya. 
Berikanlah yang terbaik dariMu untuk mereka yang sedang berjuang melawan penyakitnya. Kumohon dengan segala ketulusanku ini Ya Tuhan, berikanlah setitik saja KuasaMu bagi mereka. Amin

Ya, hanya doa itu yang selalu bergema di hatiku. Aku ingin memahami setiap kejadian yang harus aku jumpai lewat sesamaku, bahkan aku rasakan. Bersyukur adalah sikap yang menujukkan betapa berharganya hidup ini. Lebih menghargai hidup dengan bersyukur. Bersyukur bisa membuat lebih peduli dan mencintai sesama, siapapun mereka.


***

Jumat, 02 Desember 2011

Desemberku, Desembermu, Desember Kita Semua

Akhirnya, luruh jua sang cahaya di penghujung warsa ini
Meski kelabu, bahkan memercikkan air hujan namun aku sungguh merasakan kehangatanmu
Kasihmu yang kau turunkan lewat embun dan airmu
Mendambakan bumi yang sangat kau cinta

Perlahan, kau pamit dari deraimu
Mempersilakan mentari menerobos awan-awanmu
Mengajak sang bayu untuk menghalau kelabu dengan lembut
Selamat tinggal November!

Kumaknai seluruh peristiwa yang menghampiriku
Kehilangan, air mata, dan senyum 
Sebagai sebuah wujud irama hidup penuh harmoni
Mari nikmati Sayang
Mari kita nikmati Desember ini; Desemberku, Desembermu, Desember kita semua

Rabu, 30 November 2011

Halah... Unpad Ternyata Udah Bisa Bikin Aku Heboh, Cuy....!

Tau ga sih, kalo menjelang akreditasi itu, selalu membuat keadaan menjadi heboh? Banyak yang harus dipersiapkan. Mulai dari data koleksi ampe ke ngelengkapin koleksi jurnal. Kalo data koleksi sih, gampang ya. Kita tinggal update aja data terbaru. Beres. Titik. Tapi, kalo udah nyangkut-nyangkut harus ngelanggan jurnal, itu yang agak repot. Bukan masalah ngeluarin anggaran buat ngelanggannya sih, dan bukan pula masalah tenaganya yang susah buat ngerjain itu semua. Tenang, masih ada aku dan temenku yang dengan senang hati siap membantu...cieee... Tapi yang bikin agak repot itu, selain jurnalnya belum tentu bisa diperoleh, terkadang sebuah institusi itu suka bikin heboh seheboh-hebohnya. Seneng kali ya ngeliat orang laen jadi heboh dan menderita karena kehebohannya sendiri.

Mmmhh setelah liat judul di atas, sekarang jadi tau kan siapa yang udah bikin aku heboh seheboh-hebohnya itu? Dari list, kami harus nyiapin beberapa judul jurnal yang harus aku langgan. Ga banyak sih. Salah satunya, aku harus nyiapin sebuah jurnal terbitan Unpad. Dari judulnya aja, aku tuh udah tau kalo yang aku perluin itu jurnal terbitan Fakultas Ekonominya Unpad. So, aku nyoba ngubungin via telepon untuk bisa disambungkan ke Fakultas Ekonomi, yang kemudian suara di seberang sana itu ngasih tau aku, kalo jurnal itu ada di Perpustakaan. Disambungkannya lagilah aku ke perpustakaan. Eh, dari situ; menurut suara dari seberang sana, ternyata jurnalnya ga ada di perpust situ, yang merupakan perpustakaan pusat. Tapi jurnal itu adanya di Perpustakaan FE. Maka, bertanyalah suaraku ke suara yang ada di sana tentang keberadaan jurnal yang aku maksud. Suara itu bilang bahwa jurnalnya ga bisa dilanggan. Di sini aja cuma ada beberapa. Kenapa ga bisa dilanggan, karena jurnal itu terbit hanya jika ada penelitian. Dia juga mempersilakan aku buat dateng ke perpust FE. Ah, biarin lah ga bisa dilanggan juga, toh aku bisa ngopi koleksi jurnal yang aku maksud itu di perpust sana, pikirku. Setelah berdiskusi dengan yang berwenang di tempatku, ternyata beliau juga setuju bahwa jika tidak bisa ngelanggan, kita fotokopi aja jurnal yang ada di sana.

Maka, dengan langkah pasti dan semangat yang membara, akhirnya membawaku ke Perpustakaan FE. Aku pergi ke sana sama temen. Waaahhh... di tempat loker penitipan tas, yang tempatnya di depan pintu masuk perpustakaan, kami disambut dengan suara suling sunda yang menemani kami bertanya ke bapak penjaganya itu. Ramah. Asli si bapaknya ramah. Menambah syahdunya suasana hening ala sebuah perpustakaan dengan sapaan suara sulingnya. Dia menyebutkan satu nama yang bisa dihubungi oleh kami. Kami pun masuk. Wah, lumayan juga ni perpustakaan. Rapi, dan resik. Ga ada yang namanya berantakan. Majalah-majalah terpampang rapi, dan sofa itu ternyata makin membuatku pengen duduk di atasnya, sementara temenku nanya-nanya ke ibu itu. Setelah ibu yang dimaksud itu keluar dari tempat persembunyiannya, aku pun beranjak dari sofa itu dan akhirnya kami diantar ke ruang khusus koleksi jurnal yang ada di lantai dua gedung itu. Di sana, ada seorang perempuan yang sedang ngerjain scan jurnal. Aku pun, bertanya kepadanya dengan rendah hati, lemah lembut, tidak sombong, cangkang keong, dan rajin menabung :D

Informasi yang aku dapet sih intinya ga ada jurnal yang aku maksud di situ. Tapi, mbuletnya itu lho. Halah. Udah mulai heboh ni. Aneh deh si ibu itu. Dengan nada tinggi; semacam marah kaya gi mo dapet ato darah tinggi ato bisa juga karena ga dapet jatah semalem, dia bilang kalo perlu jurnal secara fakultas, aku harus pergi ke fakultas. Sedangkan kalo jurnalnya diterbitkan secara universitas, aku harus pergi ke pusat. Hah? Asli! Aku melongo kaya kebo bego. Emang ada ya kebo pinter? Yang bikin aku heran itu, koq sepertinya ada sesuatu persaingan. Tapi persaingan apa ya? Duh, masa sih antara fakultas dan universitas ga nyatu? Dia kan satu kesatuan utuh yang ga bisa dipisahin sampe kapanpun dan oleh siapapun? Sejatinya, kalo fakultas nerbitin jurnal, pastilah si perpustakaan juga dikasih. Masa iya ga dikasih? Orang kalo ada ISSN nya ada, perpusnas juga harus dikasih. Ini yang deket masa ga dikasih? Dengan masih tercengok-cengok, bibir ga bisa dikatupin, aku njawab setengah berbisik, kalo aku perlu jurnal fakultas. Fakultas Ekonomi, jurusan XXX. Setelah dia nunjukin jurnal yang ga aku perluin, dia pun langsung nyaranin aku buat pergi ke LP3E yang ada di Jl. Cimandiri yang terletak di belakang Gedung Sate. Bukan di situ, karena yang aku datengin itu Unpad yang Jl. Dipati Ukur yang deket dengan Monumen Perjuangan Rakyat Jawa Barat itu. Etapi dia ngeralat lagi biar aku ga ke LP3E, tapi aku disuruh ke jurusan dulu buat nanyain ini. Karena, takutnya di LP3E ga ada orang. Hah? Lagi-lagi aku tersentak. Masa iya kantor itu ga ada orangnya? Ah si ibu ini beneran aneh deh pokoknya.

Mungkin, ini yang dinamakan kebo dicucuk hidung. Logikaku dan temenku tiba-tiba ga jalan. Prosedur yang aku tau tentang penerbitan yang pasti ngasih ke perpustakaan itu tiba-tiba kandas, ato entah menguap ke mana. Dengan sekedip mata, kami udah berada di jurusan itu. Dan, aku ga dapet informasi apapun tentang jurnal itu saat mereka bilang agar kami pergi ke LP3E. Masih dengan semangat juang yang tinggi, kami berdua pergi ke LP3E yang ada di lantai 1. Aku pengen ketawa, saat petugas di situ bilang “GA TAU....”
Yihaaa... kami pun kembali berinisiatif untuk pergi ke perpustakaan pusat, yang ada di Jl. Dipati Ukur di lantai dua, karena rasa penasaran kami. Di sana, informasi tentang keberadaan jurnal yang katanya terbitan Unpad itu ga kami dapet. Dia malah nunjukin jurnal dari universitas laen. Perasaan, tadi aku bilang deh, kalo aku perlu jurnal ekonomi terbitan Unpad. Ah, tapi sudahlah... Dia juga bilang, kalo setiap jurnal yang diterbitin, pasti perpustakaan dikasih. Dia, nyaranin kami buat ke Perpustakaan Pascasarjana, yang ada di seberang perpustakaan itu. Tiba kami di perpustakaan pasca yang ada di lantai 3, petugas yang di situ bilang, kalo di perpustakaan ini hanya memajang koleksi tesis dan disertasi. Koleksi lainnya udah diserahin ke perpustakaan pusat. Hah... GUBRAK!!
Tapi dia nyaranin aku dengan menyebutkan satu nama, untuk bertanya ke seseorang di lantai dua. Di lantai dua, ternyata kami lumayan dapet informasi yang mengagetkan lagi, bahwa jurnal yang kami maksud itu ga ada, sambil nyebutin tiga jurnal yang diterbitkan oleh pasca. Kalopun ada, jurnal itu belum terakreditas. GUBRAK lagi... DOENG DOENG...
Ga ada satu orang pun yang kami temui waktu itu, yang ga nyaranin apa-apa dari mereka. Si bapak itu nyaranin lagi buat pergi ke LPPM, di Jl. Banda. Idih, kami harus pergi lagi, pergi lagi...

Dengan semangat juang yang kian menipis tapi masih pantang menyerah, kami pergi juga ke sana. Di sinilah akhir dari kami berkelana. Di lantai 3 ini, bapak yang tampak wise dengan serakan bunga jambu putih di kepalanya, menginformasikan dengan lugas, bahwa FE sudah beberapa tahun ga ngasih ke LPPM. Dia juga nerangin jurnal-jurnal apa aja yang udah diterbitin sama LPPM, mana yang belom diakreditasi, dan mana yang udah diakreditasi. Aku juga ditunjukin banyak jurnal-jurnal yang mau didistribusiin ke tiap fakultas. Jadinya, kata si bapak itu, tiap fakultas yang nerbitin, ya harus nyerahin juga ke LPPM.
Dari sekian banyak orang yang kutemui hari itu di Unpad, hanya bapak ini yang kliatan nelongso banget dengan perjuangan kami. Aku bisa ngerasain rasa empatinya sama kami berdua. Dia informatif banget. Aku pun mengajaknya bersalaman saat aku harus pamit permisi meninggalkan tempat itu. Dan akhirnya kami yakin, bahwa jurnal itu TIDAK PERNAH ADA. Hiiii.... Halah….
Baru kusadari, ternyata selama sekitar 4 jam bolak balik, muter-muter, jempalitan, naek turun tangga karena ga ada satu gedung pun yang menggunakan yang namanya lift, ternyata kami itu kayak nyari hantu deh... Karena selama itu, kami udah nyari-nyari sesuatu yang ga ada....!! Hadeeehhh…

Biar kayak apa yang udah kami alami, dengan rendah hati aku pengen ngucapin terima kasih sama bapak yang ada di LPPM, terima kasih sama bapak ibu yang waktu itu sempet kami temui di Unpad. Makasih udah bikin aku gempor dan heboh. Dari sini aku jadi tau, bahwa dirimu memang demikian adanya. Ga lebih, ga kurang. Unpad, kamu udah ngajarin aku bahwa untuk ngurus sesuatu di tempatmu, ternyata ga semudah yang dibayangkan. That’s all…

Adakalanya Cinta

Adakalanya cinta membuatku termenung
Di atas rerumputan hijau di bawah sinar mentari yang luruh perlahan
Bersama embun yang kilaunya sangat aku cintai
Bahwa cinta tak butuh keakuan; sebab hanya mata milik orang lain yang menganggapnya demikian

Adakalanya cinta membuatku menangis
Bukan -bukan- sebab sedih
Di atas padang ilalang ini, aku menemukan air mataku berderai bahkan menderu akibat pembelajaran yang diberikan olehnya
Sebab, cinta adalah guru yang paling mulia dan suci; tanpa pamrih

Adakalanya cinta membuatku sepi
Memasuki relung-relung sunyi yang teramat sangat
Memelukku erat dan membimbingku menuju ke kedalaman jiwaku sendiri
Untuk bercermin melihat wajah dan tubuhku apa adanya; tanpa riasan, tanpa topeng

Adakalanya cinta membuatku rindu
Rindu untuk lebih mencintai cinta itu sendiri
Bahwa cinta tak seperih yang dibayangkan
Bahwa cinta tak pernah menimbulkan luka; luka hanya sebab dari kelalaian dan kemunafikan sendiri

Adakalanya cinta membuatku merona
Seindah langit kala pagi dan senja
Tersenyum hingga ronanya menebar di luasnya langit dan lautan; hingga ke bintang-bintang dan menari indah di sebelahnya sang rembulan
Menuliskan cinta bagimu, bagi bumi dan bagi Tuhan

Adakalanya cinta membuatku tenggelam
Aku, tetap mencintai cintaku yang selalu mencintaimu
Sebab kau adalah embun bagi jiwaku
Pelita bagi jalanku
Peluklah aku untuk tetap menyatu bersama jiwamu
Mencintai segala kebebasanmu adalah panggilan cinta milikku
Jadilah apa adanya dirimu bersama aura cintaku, apapun itu!

Senin, 28 November 2011

Satu Rasa, Satu Kata Untukku | Malu : Asli Aku Malu Banget!

Pernah ga sih di antara kalian yang ngerasa malu banget? Mungkin kalian pernah nyolek orang yang kalian kira dia itu temen kalian. Eh, pas dianya nengok ternyata dia adalah orang yang sama sekali ga kita kenal :D

Itu satu contoh - satu aja ya - dari keluarnya rasa malu, dan aku pernah mengalaminya. Tetapi yang sekarang aku alami, mungkin lebih dalem lagi dari rasa malu yang ditimbulkan hanya karena salah orang. Aku sekarang tengah merasakan malu yang lebih ke arah ga tau diri! Parah kan? Tapi, di lain sisi aku merasa bersyukur dengan kejadian ini. Setidaknya, aku bisa cepet sadar diri untuk berbalik ke jalan yang benar.

Akhir-akhir ini aku sering mengeluh kepanasan. Bikin status di mana-mana kalo Yogyakarta pindah ke Bandung. Baru selesai mandi aja, keringet langsung mengucur deras, kaya abis aerobik dan langsung ngejar maling. FYI, Bandung udah ga sesejuk dulu lagi, setidaknya itu menurutku.

Mengeluh dengan bangga. Halah, koq iso yo mengeluh dengan bangga? Ini dia yang membuat aku malu!

Suatu saat, aku disadarkan oleh taneman di pinggir jalan, yang layu dan tampak beneran ga berdaya lagi buat nyegerin dedaunannya sendiri. Ia ga bisa pindah ke tempat yang teduh dan silir. Mau ga mau, ia diem di tempat itu hingga senja menyiramkan sinar keteduhannya, atau sukur-sukur kalo ada aer (baca: hujan) yang dateng nyiram seluruh tubuhnya. Di tengah panas yang melanda, taneman-taneman itu masih saja menjalankan fungsinya dengan sebaik-bainya, sebagai penyegar kota, membuat cantik dan indah suasana, tanpa banyak cengkune.

Aku juga ternyata udah diajarin sama dua burung dapet nemu dan satu dapet turun temurun yang ada di depan kamarku. Aku melihatnya kepanasan; megap-megap. Padahal masih pagi juga lho, dan dia udah megap-megap kepanasan. Tapi dia ga bisa ngomong sama aku, minta dipindahin ke tempat teduh. Aku emang sengaja njemur mereka kalo pagi :D
Akhirnya, aku pindahin mereka ke tempat teduh yang mungkin masih terasa panas buat mereka. Mpe bulunya rontok-rontok gitu, dilepasin juga ga mau terbang.
Dengan keadaan panas tingkat tinggi, toh mereka masih saja bisa berkicau lantang buat ngebangunin aku dan orang-orang tercinta yang ada di rumah ini. Siang panas pun, mereka masih berkicau indah. Artinya, mereka masih bisa ngejalanin tugasnya dengan sebagaimana mestinya; dengan sebagaimana seharusnya plus komitmen yang tinggi, seperti taneman-taneman di pinggir jalan itu.

Baik... Sambil menghela nafas, aku harus mengakui dengan ikhlas dan jujur. Bahwa taneman dan burung-burung itu ternyata udah dengan suksesnya ngajarin aku. Ngajarin bahwa yang ngerasa panas itu bukan cuma aku. Apa ga malu tuh? Aku seperti ditampar berjuta-juta tangan lho. Masih mending tangan, bukan gada. Mereka seolah pengen bilang :

"Emang kamu aja yang ngerasain kepanasan? Liat, kami juga kepanasan. Cuma, kami ga bisa ngomong. Kami ga bisa milih-milih tempat kalo lagi ngerasa kepanasan dan gerah, apalagi kalo mataharinya lagi terik. Lha kamu? Kamu bisa nyari tempat teduh. Diem dulu silir-siliran di bawah pohon rindang. Trus bisa nyalain kipas angin atau AC, kalo kamu lagi ada di kantor atau di rumahmu. Tapi kamu masih aja crewet bilang kepanasan. Wong yang bikin panas dunia ini juga kamu koq...! Kamu tuh yang udah bikin GLOBAL WARMING!!!"

Satu rasa, satu kata untukku : Malu; asli aku malu banget!


* Tuhan, ampunilah aku...

Rabu, 23 November 2011

Garuda Mudaku, Kau Tetap Juara Untukku

Final sepak bola Indonesia VS Malaysia, akhirnya dimenangkan oleh Malaysia dengan skor 4-5. Tak ada perasaan kecewa saat tim Garuda Mudaku itu harus menelan kekalahan. Bukannya aku ga peduli sama mereka; dengan ikut kecewa dan bersedih. Aku tetap mendukung apapun dan bagaimanapun juga yang dialami oleh Garuda Mudaku.

Meski aku ga ngerti banget masalah teknis dari permainan ini, tapi aku bisa ngeliat dengan asik. Menurutku, permainan tim kita itu ga jelek koq. Penuh perjuangan, demi sebuah kemenangan yang diukur dengan jumlah bola yang masuk ke gawang lawan, dan semua orang bisa melihatnya.

Pokoke, maju terus Garuda Mudaku! Sea Games kali ini, memang hanya mengantarkanmu ke medali perak. Tapi, bagiku kamu tetap memperoleh medali emas.

Dengerin kakak ya... Sini, aku bisikin *wew, kakak ngaku-ngaku :D
Kalian udah punya modal kuat buat menjadi pemenang. Tapi, ternyata kekuatan kalian itu belum cukup. Harus ditambah lagi dengan peningkatan yang makin asik dan fokus. Latihan terus dengan semangat ya... Biar ga banyak pelanggaran pas maennya. Jangan lupa bumbu rendah hatinya harus tampil kuat juga. Jadi, saat kalian menang nanti, kalian tetep menjadi juara sejati. Juara yang sesungguhnya. Bukan hanya menang yang dapat diliat. Tapi, kalian memang menang secara lahir dan batinnya juga.
Dan, satu yang harus kamu ingat, kami rakyat Indonesia selalu menyayangi dan mencintaimu dengan tulus.

Jumat, 18 November 2011

Sahabat, Hujan Reda, dan Keberuntunganku

Kalo ngomong tentang sebuah lucky atau keberuntungan, bagiku itu tidak semata-mata bahwa kita harus kelihatan banget beruntungnya oleh orang lain. Bagiku, keberuntungan tidak harus hebat dan mewah. Keberuntungan bisa saja terbalut oleh kesederhanaan yang bisa saja tidak kita sadari sebelumnya.

Beruntung punya sahabat yang selalu memperhatikan dan menjaga hati kita. Beruntung memiliki sahabat yang tidak menghakimi kita, karena kesalahan kita, tetapi dengan lembut mengingatkan kita melalui cara-cara yang elegan dan simpatik.

Sahabat, bukan hanya kawan-kawan kita saja. Ia bisa menjelma dalam diri orang tua kita yaitu ayah dan ibu, adik, kakak, guru, dosen, kekasih, suami atau isteri, dan semua keluarga kita. Ia juga bisa menjelma ke dalam diri atasan atau bawahan kita. Dari antara sekian banyak relasi, adakah salah satu dari mereka yang sudah menjadi sahabatmu? Kalo aku, ada. Seorang teman sejati. Jarak dan keadaan tak membuatku bisa berhenti dengan persahabatan ini. Meski jauh tetapi aku dapat merasakan kehangatannya, merasakan kehadirannya. Ia bagai sebatang lilin bagiku. Ia selalu mendoakanku dalam setiap kesempatannya, apalagi saat aku harus bepergian dan aku memintakan doa padanya agar aku tetap berada dalam kesehatanku yang saat aku harus pergi, kondisi badanku sedang tidak bagus alias ngedrop.

Doa dari sahabatku ini selalu manjur. Aku sangat tahu akan ketulusan di dalam membina persahabatan ini. Hatiku dan hatinya selalu se-iya sekata. Tanpa rekayasa, selalu saja ada persamaan dan kontak batin, terutama saat kangen yang merajalela. Aku sungguh beruntung memiliki sahabat seperti dia, yang dengan ketulusannya selalu memberikan apa yang dia bisa untukku. Terima kasih, Sayang.

Keberuntunganku yang lainnya adalah saat aku harus keluar rumah untuk bekerja, sementara di luar sedang turun hujan. Pun saat aku harus pulang dari tempat kerja ke rumah dalam keadaan hujan pula. Tetapi, hanya sepersekian detik saja aku menyatu dalam rintiknya, tiba-tiba derainya menyurut dan akhirnya berhenti. Hujan telah reda. Dan itu merupakan keberuntungan yang sungguh sangat berarti bagiku. Aku sering mengalami hal ini.

Hujan reda saat aku membutuhkannya bagiku merupakan berkat yang tak bisa dianggap sebagai suatu kebetulan saja. Sama seperti keberuntunganku dengan sahabat, demikian juga aku merasakan sangat istimewa saat hujan reda, sehingga aku bisa melakukan aktivitasku dengan sebaik-baiknya.

Keberuntunganku ternyata sederhana saja, bukan?




Selasa, 15 November 2011

Jika Kamu Menjadi Milikku

Jika kamu menjadi milikku, ingin aku tabur segenap senyum milikku yang paling manis ke dalam secangkir kopi yang wanginya kau hirup perlahan, dan kau reguk dengan rasa syukur sebagai bekal kerinduanmu saat kau jauh dariku.

Jika kamu menjadi milikku, akan kuubah cintaku menjadi sebuah bakti di sepanjang hidupku yang akan melindungimu dengan doa-doaku yang berurai air mata; semata cinta demi kebahagiaanmu.
Menjadi filter yang selalu membuatmu bening tanpa mengenal garis batas.



Jumat, 11 November 2011

Prediksi Seorang Anak Indigo

Di antara sayup-sayup hujan yang terdengar malam itu, juga dengan mata yang sudah terpejam dalam dan kuat, samar-samar aku mendengar cerita yang kemudian bisa membelalakkan mataku.

Betapa tidak. Di radio itu, diceritakan seorang anak perempuan bernama Kinanti. Ia termasuk dalam golongan anak indigo. Kinanti menceritakan kepada gurunya, bahwa ia mempunyai seorang teman, dan sang guru hanya melihat dengan heran saat di ayunan Kinanti berbicara sendiri. Awal cerita itu tak begitu jelas, karena aku tertidur :D Namun sang Bapak Guru, yang awalnya tidak memercayai Kinanti, akhirnya ia harus memercayai apa yang diucapkan oleh Kinanti, berhubungan dengan malam itu, di ruang kerjanya sang guru melihat sosok perempuan di sudut ruangannya. Ternyata hal itu diketahui oleh Kinanti yang pada keesokan harinya Kinanti berkata kepada gurunya, bahwa perempuan itu ada di sana dengan anaknya, yang suaminya mirip dengan Pak Guru.

Waktu kian berganti, akhir tahun ajaran pun tiba. Kinanti kini telah pergi meninggalkan sekolah itu. Keberadaannya bagai ditelan bumi. Namun ada satu hal yang sungguh ingin diingat oleh Pak Guru, bahwa Kinanti pernah berkata, "Bapak, hati-hati di tahun 2013 ya pak..."
Hingga kini, Pak Guru itu dengan jujur berkata bahwa ia masih saja penasaran dengan 2013. 

***

Itulah prediksi seorang anak indigo. Mmmhhh... Ada apa di tahun 2013 kelak? Hanya Tuhan yang Maha Mengetahuinya. Kita hendaknya selalu bersandar dan berserah padaNya, bukan hanya untuk di tahun 2013 saja. Melainkan di hari kemarin, hari ini, hari esok, dan selamanya, hingga kita kembali padaNya. Amin.



* Kisah diambil dari Nightmare Side Ardan FM

Kamis, 10 November 2011

Pahlawanku Dalam Kelebat Merah Putihku

Aku memandangmu sekelebat
Dalam kelebat-kelebatnya Merah Putihku
Dia tak kan pernah membumbung tinggi tanpa peranmu
Tanpa pemikiran, tenaga, keberanian suci dan darahmu

Entah apa yang harus aku perbuat
Demi menayangkanmu kembali dalam nadiku; lebih dari sekadar mengenangkanmu
Kecuali mencintai karya-karyaku
Mencintai kehidupanku dengan penuh syukur; apa pun yang terjadi

Mimpi-mimpimu adalah doa-doamu di masa lampau
Semoga akan terpapar di daratan, lautan, dan udaranya Indonesia Satu
Semoga cahayamu kian menerangi langkah para petinggi negeri ini
Mengentaskan segala keterpurukan bangsa ini dari egois yang merajalela


* Doaku, untukmu para pahlawanku... Semoga kau senantiasa menyatu dalam cahanya, melebur dalam sinar kasihNya...... Amin.....

Efek dari Wabah itu.....

Efek dari wabah hepatitis A yang paling signifikan adalah menurunnya omset yang diperoleh warung nasi yang tersedia di sekitaran UNPAR. Para mahasiswa sekarang memilih memesan menu dari catering yang dipesan jauh dari UNPAR. Pasar yang tadinya sepi dari anak-anak muda, kini jadi penuh dengan para mahasiswa yang memilih untuk memasak sendiri.

Entahlah, fenomena apa lagi yang kini sedang terjadi. Banyak juga anak rumahan, yang makanan dan minumannya bawa dari rumah, tapi tetap saja terjangkit penyakit yang satu ini. Sekarang, vaksin dan test darah dilakukan oleh pihak universitas bekerja sama dengan Balai Pengobatan dari RS. Borromeaus, yang diadakan mulai 8 November hingga 12 November 2011. Singkat banget ya... :D

Semoga anak-anak bangsa ini cepat sembuh.... Amin....

Rabu, 09 November 2011

HEPATITIS A DAN UNPAR

Waduh... Hepatitis A sedang menyerang UNPAR tersayang. Mmmmhhh... Semacam epidemi. Diduga dari makanan yang dijajakan di warung nasi sekitar UNPAR. Tapi masa iya warung nasi dan kantin yang sudah lama melayani para mahasiswa dan karyawan UNPAR itu bisa menyebabkan penyakit itu sekarang, ga dari dulu-dulu?

Data yang diperoleh dari acara talk show yang diselenggarakan di Gedung FISIP, setidaknya ada 39 orang positif mengidap hepatitis A, yang sudah dirawat dan boleh keluar dari rumah sakit. 48 orang positif hepatitis A masih dirawat, dan yang rawat jalan masih cukup banyak (maaf, aku ga punya data untuk yang rawat jalan).

Itulah keadaan para mahasiswa UNPAR, setidaknya sekitar dua minggu terakhir yang aku tau. Mungkin saat ini sudah bertambah lagi. Silih berganti. Satu sembuh, satu masuk rumah sakit.

Penyakit yang banyak dipengaruhi oleh faktor cuaca yang sedang mengalami pancaroba dan daya tahan tubuh yang ngedrop. Sekarang di kampus setiap hari diadakan vaksin untuk pencegahan penyakit ini.

Aku hanya bisa berdoa, semoga wabah ini cepat berlalu. Semoga, semua yang sakit diberikan kekuatan. Jangan sampai putus asa (aral dalam bahasa Sunda) sehingga bisa menghadapi semuanya dengan hati yang ikhlas, dan hati yang bening, menjadikannya efek positif agar bisa cepet sembuh dari penyakitnya. Amin.

Selasa, 08 November 2011

Bukankah Kita Terbentuk Karena Kesalahan?

"Baik." Ah, kalo udah denger kata BAIK suka keinget sama Pak Vincent. Dengan gaya dan ciri khasnya tersendiri, seolah hendak memulai dalam memberikan pendapatnya. Tapi postingan ini sesungguhnya ga ada sangkut pautnya sama Pak Vincent, tokoh dari Jawa Timur ini.

Kita menuju satu kesepakatan, bahwa kita hidup tak pernah tak berbuat salah. Syukur, kita tahu bahwa kita telah salah. Berarti, kita telah berbuat sesuatu, tidak hanya diam saja. Pengenalan salah dan benar ada yang bisa langsung kita putuskan sendiri, tetapi ada juga yang diketahui dari masukan orang-orang terdekat.

Dalam konteks perbloggingan. Aku mengenal dunia ini belumlah lama. Fokusku membuat blog adalah untuk menampung segala tulisanku, khususnya puisi. Ada pula opini-opini yang aku buat, berdasar pada peristiwa nyata sehari-hari yang aku lihat, aku dengar, dan aku alami. Namanya sebuah opini, ya itu merupakan pendapatku. Di sini, aku hanya bisa memohon maaf yang sebesar-besarnya apabila di dalam tulisan-tulisanku pernah membuat luka hati kawan-kawan dunia mayaku. Kakak beradik yang setiap hari ketemu aja bisa salah pengertian, apalagi kita yang belum pernah saling kenal satu sama lain. 

Mengutip kalimat yang pernah aku dengar, bahwa kita manusia tempatnya kelupaan dan kesalahan, bukanlah malaikat. Manusia juga bukan setan, yang selalu berbuat salah. Tetapi ini bukan bentuk excuse dari aku untuk tinggal diam, tak mau berusaha untuk menjangkau sebuah kesempurnaan. Aku akan tetap berusaha membangun diriku seutuhnya dengan segala pemahaman baru tentang kehidupan itu sendiri.

Dengan rendah hati, mohon beritahu kalo aku salah, dan jika dari opini-opini yang pernah aku tulis di sini ada yang menyinggung hati teman-teman, maka dengan rendah hati pula, mohon maafkanlah aku.
Bukankah kita terbentuk karena kesalahan? Yang kemudian kesalahan itu diperlakukan sebagai sebuah proses pertumbuhan jiwa yang kian bertambah. Dewasa, bijak, dan arif.

Senin, 07 November 2011

Aku Mau

Aku mau mencintaimu karena semata cinta
Dan aku akan tetap mengagungkan cinta
Cinta kepada cinta itu sendiri

Aku mau mencintaimu karena semata cinta
Yang telah melahirkan aku
Dengan bersimbah pengorbanan dan senyum tangisan
Haru menyeruak mengucapkan selamat datang

Aku mau
Aku mau mencintaimu
Atas nama segala jiwa dan hatiku....

Kamis, 03 November 2011

Obrolan Ringan : Inspiratif atau Nggilani?

Suatu sore di depan kampus.

Endang : "Lyd, kamu jadi beli rujaknya?"

Lydia : "Jadi, mba. Mau?"

Endang : "Ga mau ah. Kamu tau ga, kalo tadi si tukang rujaknya pipis di belakang pohon gede itu?"

Lydia : "Emang kenapa kalo pipis, ga boleh ya...?"

Endang : "Ya ga boleh dong. Kalo dia pipis, berarti kan dia megang itunya. Trus tangannya megang-megang buah itu. Makanya, kalo pengen rujak, cari tukang rujak cewek..."

Lydia : ?????

Pengkhianatan Terhadap Dewi Sri

Aku selalu menyebut padi yang beberapa lamanya diolah hingga menjadi nasi yang dengan rasa syukur aku santap menjadi energi yang menguatkan untuk seluruh aktivitasku. Negeri ini menamainya sebagai makanan pokok bangsanya.

Ada bongkah-bongkah rasa yang tak bisa aku ungkapkan dengan kata-kata ketika aku tahu bahwa sekitar 60 ton perharinya terpasok beras untuk wilayah Jakarta dan Jawa Barat yang telah digiling bersamaan dengan kaporit. Alasan digunakannya kaporit adalah tiada lain dan tiada bukan untuk memutihkan, membersihkan beras hingga terlihat lebih cantik daripada aslinya.

Tuhan, aku pengen nangis ngguling-ngguling. Oknum itu Tuhan, telah melakukan pengkhianatan terhadap Sang Dewi Sri, kehidupan para petani yang dengan sabar menumbuhkan benih padi, menanamnya dengan penuh kasih, penuh perjuangan. Mengairi lahannya dengan cinta kemudian memupuknya dengan lembut. Menyianginya, merawatnya dari hama hingga kemudian tiba musim petik.

Tuhan, apa lagi yang tersisa bagiku dan bagi saudara-sudaraku yang berjuang mempertahankan hidup demi mencari Sang Dewi Sri jika apa yang kami makan itu malah dapat membahayakan hidup kami sendiri?
Apakah kami harus menanam sendiri Sang Dewi Sri? Hendak menguap kemana kepercayaan kami ini, Tuhan...?

Akhirnya, doa-doa ini mengalir deras dari bibirku, yang muncul dari lubuk hatiku yang paling bening dan tulus.

Semoga, apa yang kami makan tetap dapat menjadi berkat, tidak menghilangkan esensi dari rasa syukur atas rejeki yang sudah berbentuk nasi ini.
Amin.

Semoga rasa syukur ini dapat menjaga Sang Dewi Sri dan para petani yang telah bersusah payah tanpa mengenal letih. Amin.

Semoga rasa syukur ini dapat menetralkan dan mengalahkan penyakit yang mungkin akan terbawa oleh beras yang terlanjur kami makan. Amin.

Tuhan, aku mohon buatlah kami tetap lahap makan nasi dan berkata kepada anak cucu kami, "Habisin nasinya ya, kalo tidak, nanti Dewi Sri sedih dan nangis lho....."
Karena ragaku akan lemah jika sehari saja tidak bertemu nasi.

***

Untuk orang yang telah tega melakukan pengkhianatan ini. Tak ada doa bagimu. Meski selintas terbersit agar dibukakanNya pintu kesadaran bagimu, tapi aku yakin bahwa Tuhan akan lebih mengerti apa yang akan dilakukanNya padamu.

Selasa, 01 November 2011

Maknamu

Kepadamu Pagi,
Yang tercipta bersama embun tercurah
Maknamu adalah mencinta dengan penuh syukur dan senyuman
Keagunganmu melebihi nikmat yang teraba

Kepadamu Siang,
Yang tercipta bersama terik mentari
Maknamu adalah karya kehidupan; berpeluh dan berpengharapan
Tumbuhkan tunas, mekarkan bunga

Kepadamu Senja,
Yang berpendar indah memainkan warnanya
Maknamu adalah berkat yang menebar keharuman tersendiri
Rebahkan asa untuk dikenakan pada esok hari

Kepadamu Malam,
Yang tercipta dari gugusan bintang dan rasinya
Bertemankan rembulan yang meski hanya sabit
Luruhkan raga, menggumamkan doa-doa ke langit kelam
Maknamu adalah penyerahan total kepada hidup itu sendiri


* Aku mencintaimu seirama kehidupan yang terciptakan olehNya bagiku.

Senin, 31 Oktober 2011

LADA : Saat Sebuah Rahasia Harus Tetap Menjadi Rahasia

Dikisahkan 5 orang pemuda yang selalu menantang segala mitos yang pernah didengarnya. Sudah banyak tempat yang mereka kunjungi, namun perjalanan mereka harus berhenti cukup sampai di sini; di satu peristiwa yang tak kan pernah bisa dilupakan.

Malam itu, dengan ditemani seorang guide, pergilah mereka ke Goa Belanda. Taman Hutan Raya IR. Haji Djuanda. Dikenal pula dengan nama Dago Pakar. Mereka bisa pergi ke Goa Belanda, asalkan sebelum jam 12 malam, mereka sudah kembali dari sana.

Setelah berjalan beberapa lamanya, Rudi yang selalu menantang keadaan dengan melanggar apa yang dilarang dilakukan di sebuah tempat, langsung bertanya, "Benarkah di sini tidak boleh menyebut LADA?"
Sontak sang guide langsung membentaknya, "Heh!!! Jangan ngomong itu!!!"

Setelah Rudi mengucap LADA, maka suasana berubah menjadi sangat tak menyenangkan. Sepertinya energi negatif langsung menyeruak. Tiba-tiba suara derap langkah kaki kuda dibarengi dengan berbagai bebunyian. Teman-teman Rudi termasuk sang guide langsung berlari sekencang-kencancangnya. Rudi pun mengikuti berlari kencang dari belakang. Namun malang, kakinya tersandung sesuatu dan akhirnya dia terjatuh, hingga tak sadarkan dirinya.

***

Akhirnya Rudi siuman, dan dia sudah tak berada di tempat dimana dia pingsan. Ternyata ia kesurupan, dan berbicara dengan Bahasa Sunda, yang marah dengan kelakuan orang-orang muda yang datang ke tempat itu dan menantang dengan melanggar pantangan yang sudah sejak jaman dahulu ditabukan untuk diucapkan.

Mereka, yang tercipta dan hidup di dunia lain tetap memiliki misteri yang menyelubungi rahasianya. Saat sebuah rahasia harus tetap menjadi rahasia, kita sebagai manusia sebaiknya tetap pula menjaga rahasia itu. Jangan terus mempertanyakannya, dan akhirnya menimbulkan sesuatu yang tidak diharapkan yang sangat mengejutkan dan merugikan banyak pihak, juga merugikan diri sendiri tentunya.



* Sumber inspirasi kisah : Nightmare Side Ardan FM

Sabtu, 29 Oktober 2011

Pembeli Adalah Raja. Masihkah Tagline ini Berlaku?

Di antara kita pastilah pernah, bahkan sering mendengar tagline "Pembeli Adalah Raja". Tagline ini sungguh sangat mengartikan bahwa pembeli adalah seseorang yang harus dihormati, dilayani dengan penuh senyum dan riang. Lemah lembut dan tidak sombong. Sang penjual mutlak harus menjalankan tagline ini jika warung atau toko atau kedai atau restoran atau penjual jasa lainnya, dan lain sebagainya yang ingin selalu dibeli oleh para pengunjungnya.


Keramahan, yang identik dengan bibir yang selalu tersungging senyuman, juga rasa hormat menghormati sebenarnya layak dimiliki oleh setiap orang. Bukan hanya para penjual kepada para pembelinya. Pembeli pun bagus kan kalo datang ke warung itu dengan senyum dan ramah. Mengucapkan terima kasih sesaat setelah dilayani oleh penjual. Tak perlu membentak-bentak kalo ada kesalahan dari penjual. 


Jadi ada ide ni, kalau saja tagline itu ditambah "Pembeli adalah raja dan penjual adalah ratu" dimana itu berarti antara pembeli dan penjual mempunyai status yang sama dan sederajat. Karena pada hakekatnya dunia dagang itu ibarat ijab kabul. Terjadinya transaksi adalah karena kedua belah pihak telah sama-sama ikhlas dalam menjual dan membeli. Terjadi serah terima. Makanya kalo di Jawa Barat seringkali terdengar ungkapan begini, "Nampi barangna, nyanggakeun artosna...." Itu kata-kata dari sang pembeli, yang artinya "Nerima barangnya, menyerahkan uangnya..." Kira-kira begitu artinya, yang menandakan bahwa baru saja terjadi transaksi jual beli.


Tagline pembeli adalah raja sepertinya telah membuat keadaan menjadi tidak seimbang. Tapi tak apalah, selama kita bisa mengambil sisi positifnya, hantam sajaaaa... :D

Jumat, 28 Oktober 2011

Sumpah Pemuda dalam Kekinian

Rasanya, dulu para pemuda Indonesia bersumpah untuk lebih mencintai tanah air, dan segala unsur yang termasuk di dalamnya.

Tetapi apa yang terjadi sekarang sepertinya hanya sumpah yang terucap dari hati nurani pemuda pada masa itu saja. Tidak untuk kita.

Implementasi kecintaan pada tanah air hanya tercapai oleh segelintir orang saja; yang benar-benar mau menjadi bagiannya Indonesia.

Budaya Indonesia sekarang ini sepertinya telah tergerus oleh segala bentuk budaya yang tidak jelas. Perkembangan jaman menjadi alasannya.

Semoga, kita dapat lebih menjunjung tinggi nilai-nilai yang dulu diemban oleh pahlawan kita, yang dengan tekadnya selalu mengupayakan sikap nasionalismenya yang membakar semangat. Bukan semangat tinggi yang terbentuk hanya untuk tawuran.

Aku Suka!

Ehm...
Entah mengapa, aku selalu suka
Melihat kembang jambu air itu berguguran di atas kepalamu; berserakan
Menambah indah warna di rambutmu; meski hanya ditambah satu warna saja

Ah, entahlah...
Sampai sekarang, aku masih saja suka melihatnya
Bagiku, tanda putih di rambutmu bukan hanya tanda kedewasaanmu
Tetapi sanggup memaparkan pengayoman dan kebijaksanaanmu yang kian hari kian bertumbuh

Kumohon, jangan kau tutupi kembang jambu air yang berserakan di rambutmu itu!
Biarlah mereka selalu menampakkan dirinya, sebagai pengingat akan diriku dan masa tuamu

Kamis, 27 Oktober 2011

Jalani Saja

Pernahkah mendengar seseorang membuat statement kepada pasangannya "Jalani saja hubungan ini apa adanya..."

Sebenarnya, tak ada yang salah dari kalimat itu. Semuanya nampak biasa-biasa saja. Tapi jika dikaji lagi, kalimat itu sepertinya akan menimbulkan perasaan ngambang pada pasangannya.

Mempersiapkan diri untuk kehilangan dirinya, bagi yang ingin memilikinya, jika dia sudah mengatakan hal demikian, mungkin akan lebih bijak. Jadi, jika pun harus terluka karena dia, ga akan jatuh dan terluka banget.

Daripada bikin statement yang ga jelas, mending ga usah bilang. Meski sebuah hubungan itu harus berakhir, namun setidaknya tak pernah membuat sebuah hati yang mencintai jadi mengambang dan akhirnya terluka parah. Bukankah membuat orang lain bahagia itu adalah ibadah?

Rabu, 26 Oktober 2011

Sebuah Perjalanan dari Ring 3 Hingga ke Ring 1 : pada suatu masa

“Ah, Indonesiaku tersayang ini rupanya sedang merayakan sebuah perhelatan yang belum pernah aku ketahui sebelumnya. Maka wajar saja jika aku melewati para paspampres, pejabat, dan bahkan orang No.1 di negeriku ini. Etapi, sebentar. Jika aku baru mengetahuinya sekarang. Maafkan aku, paspampres, yang akhirnya aku tahu saat mereka sepertinya dipersalahkan oleh banyak pihak, karena aku bisa lolos melewati penjagaan ketatnya, dan melewati para petinggi negeriku ini dari ring 3 hingga tiba di ring 1 dengan lugu dan elegan. Sekali lagi, maafkan aku. Sungguh, aku tak tahu dan aku tak bermaksud jahat. Aku hanya rakyat jelata yang tahunya mencari nafkah sesuai dengan kemampuanku.”

Itu kira-kira yang terbersit di dalam pikiranku jika aku ada di posisi I Nyoman Minta. Insiden I Nyoman Minta memang telah menggegerkan banyak kalangan. Ada yang tertawa sambil geleng-geleng kepala. Ada yang tersenyum, ada yang menyalahkan para petugas kenegaraan itu. Ada yang tidak peduli. Dan aku, termasuk dalam golongan orang yang tersenyum saja. 

Itu, jika aku sedang menempatkan diri menjadi seorang I Nyoman Minta.

Sekarang, aku hendak menempatkan diriku sebagai Presiden RI. Aku tak akan segan memanggil bapak yang lugu ini, mengajaknya tersenyum dan jika bisa, aku ingin banyak berbagi dengannya. Aku akan melupakan sejenak acara kenegaraan itu. Jika bisa, saat itu juga akan aku lakukan. Tetapi jika saat itu aku tidak bisa melakukannya, aku ingin suatu saat berkunjung ke kediamannya, setidaknya setelah acara ini selesai. Aku ingin banyak berbincang dengannya. Aku ingin membebaskan waktuku sejenak demi bapak yang lugu ini dan mendengarkannya. Mungkin, hanya ini yang diketahuinya : bekerja untuk hidup.

Timelinemu Adalah Hatimu yang Terbaca untukku dan Bagi Mereka

Pernah aku berpikir
Saat kau tak menuliskan sesuatu di sana
Mungkin pasti, aku tak pernah mengenalmu
Linimasamu adalah hatimu, inspirasi bagiku

Tuturmu yang terpapar di sana
Elegan, membuatku tersenyum
Menyadari, bahwa hari-hari teramat indah penuh warna
Melebihi sakit penyakit dan kesedihan

Lewat timelinemu kau menaruh hatimu
Menaruhnya dengan lembut dan santun
Penuh ilmu, penuh makna
Timelinemu adalah hatimu yang terbaca untukku dan bagi mereka; terima kasih

Senin, 24 Oktober 2011

I Saw You Standing There

I just want to say thanks; from the deep inside
That you always standing there
Waiting for me with your smile
I Love You...

Jumat, 21 Oktober 2011

Kisah Seputar Merapi

Tampak dari atas, tempat tinggal Mbah Maridjan dalam peringatan 1 tahun meninggalnya Mbah Maridjan


Beberapa hari di Yogyakarta, bagiku sangat berkesan. Meninggalkan jejak yang ga bisa aku lupain seumur hidupku. Saat itu, kami makan malam di sebuah angkringan pendopo, kami diajak sang tuan rumah makan malam di sana. kami bertujuh dijamu makan malam yang bagiku sangat spesial. Bukan karena dijamu lho, acara makan malam itu menjadi berkesan...hehehe, yang kebetulan saat itu pas tanggalnya aku lahir ke dunia ini.






Selain menu spesial yang dipilihkan sepasang tuan rumah ini, diantaranya wedang bledug yang isinya rempah-rempah : gula jawa segandu, sereh, kayu manis, jahe, cengkih, dan... ah, itu yang sanggup aku ingat. Sangat nikmat diminum untuk tubuh yang penat dan lelah, setelah seharian tadi, seusai bertugas, kami pergi ke Lava Tour di Desa Kinah Rejo.

Ternyata, ada kisah yang menyelubungi terkait dengan meninggalnya saudara-saudara kita yang tinggal di sekitar Gunung Merapi. Dikisahkan bahwa abu vulkanik itu menutupi seluruh area. Saat itu, pasca meletusnya Gunung Merapi, para sanak saudara mencari kerabat-kerabatnya yang sudah tidak mungkin lagi bisa ditelusur karena tebalnya abu yang mengubur hidup-hidup mereka. Tetapi, kejadian aneh itu dapat menjadi petunjuk orang-orang yang mencari saudara-saudaranya yang hilang.

Petunjuk itu berupa suara yang berkata, "Aku neng kene, aku neng kene..." yang artinya "Aku di sini, aku di sini..."
Benar saja, setelah menemukan asal suara itu, dan kemudian dibongkar, maka diketemukanlah jenazah saudaranya yang telah meninggal.

Petunjuk lainnya adalah, adanya seekor ayam yang makan di atas tanah itu. Dari mana gerangan ayam itu? Sedangkan kehidupan belum lagi ada, terutama pohon-pohon, apalagi ayam. Bahkan semak belukar pun belum lagi bertunas. Dengan feeling yang dimiliki, di bekas berdirinya ayam itu kemudian dibongkar. Akhirnya, diketemukanlah mayat yang sulit diketemukan itu.

Kisah ini memang tak bisa dimengerti dengan akal dan pikiran kita. Namun, melalui hal itu, Tuhan telah menunjukkan kasih sayangNya, kekuasaanNya kepada umatNya. Memang, tidak semua korban bisa diketemukan dengan cara seperti ini, yang hilang dan belum diketemukan masih sangatlah banyak. Tetapi menurutku setidaknya, alam pun telah turut bersimpati dan berempati kepada manusia dengan caranya sendiri.