Terjawab Sudah

Terduduk di pojok kamar ini.

Di dalam keheningan yang tercipta dari setiap sudut-sudut kelamnya hatiku.

Mengiringi seluruh perjalanan rasaku.

Yang tak bisa terbantahkan : selalu.

Tiba-tiba secercah cahaya melintasi dahiku.

Menerawang jauh ke dasar hati yang senantiasa bergejolak.

Membawa jawaban atas jejak-jejakmu yang pernah ada.

Terjawab sudah segala yang menggantung di seluruh permukaan batinku.

Jejak-jejakmu tertinggal bukan untuk kuikuti.

Jejakmu yang kokoh itu, terjawab kembali oleh jejak-jejakmu yang lainnya.

Satu kenyataan yang membuatku terhenyak, meski aku telah menduga sebelumnya.

Dengan lirih, aku berbisik, "maafkan aku yang selalu menyusahkanmu,"

Batinkupun berujar, "maafkan aku yang selalu membuatmu letih atas segala yang pernah kubuat kepadamu,"

Seluruh rongga-rongga di jiwa dan ragaku seolah berlomba untuk meminta maaf kepadamu. 

Tak terkecuali urat-urat syarafku yang terhalus sekalipun.

Manjaku padamu selama ini telah membutakan mataku.

Terkulai, luruh, tak bertenaga.

Aku tak kuasa menatap matamu, memandang wajahmu, seperti hari-hari kemarin.

Aku tak berani lagi berkata apapun padamu.

Aku hanya ingin diam.

Aku hanya ingin menarik nafasku dalam-dalam, dan membuangnya dengan sangat perlahan.

Menikmati pagi yang begitu senyap, padahal mentari begitu cerah menyapaku.

Padahal angin pagi inipun tersenyum padaku sambil menggoda rambutku yang tergerai.

Padahal seluruh alam tengah menyambut hari ini dengan sangat meriah.

Tapi tak sedikitpun membuatku terpengaruh oleh semua penyelenggaraanNya.

Hari ini, ingin kuwarnai seutuhnya dengan warna jingga. 

Agar tak ada warna lain yang mengikutinya, untuk mengenang bahwa semua jejakmu telah terjawab.