Saat kabut mulai turun dan enggan beranjak di negeriku tercinta
Saat semua mimpi dengan tak kenal lelah mengitari segenap langkah
Saat bencana mulai menyapa dengan dahsyatnya
Saat cuaca menjadi extrim; tsunami matahari, badai matahari, menipisnya lapisan ozon, melelehnya es di kutub bumi ini
Saat semua merasa lelah dengan kehidupannya
Saat kaki-kaki kecil dengan gontai menyambut kehidupannya
Saat sepasang mata yang cekung menerawang jauh
Saat lapar membusungkan perut-perutnya
Saat bumi tengah menghadapi sakratul mautnya.........
Ternyata mereka masih sibuk menghitung pundi-pundi keuntungannya dari hasil mencuri, dari hasil memeras keringat orang lain...
Ternyata mereka masih sempat terlena dalam pesta pora yang sungguh sangat memabukkan...
Ternyata mereka masih asyik khusuk masai dengan dekadensi moralnya...
Ternyata mereka masih tetap bertahan dengan dunia kelamnya, dunia malamnya, dunia kegelapannya...
Sayang...
Jangan hiraukan mereka...
Kau telah berusaha menuntunnya ke suatu tempat yang layak bagi mereka di tempatmu...
Kumohon dengan sangat padamu;
bila perlu aku kan bersimpuh di kakimu dan mencium kedua kakimu...
Tetap, menarilah sayang...
Biarkan segalanya pergi dengan gemuruhnya
Biarkan tarian sakral itu selamanya mengalun dengan senandungnya meski terasa pilu
Tetap, menarilah sayang...
Apapun yang kau rasakan;
bagaimanapun perihnya, pedihnya, kejamnya, aku mengerti semua yang kau rasakan, meski empatiku tak banyak membantumu keluar dari semua himpitan ini
Tetap, menarilah sayang...
Masih ada putera puterimu yang menyayangimu dengan segenap batin dan budinya;
mereka tinggal tak jauh darimu, meski mereka mungkin tinggal di tempat-tempat yang kumuh,
dan di tempat terpencil biasanya mereka berkarya...
Merekalah pahlawan sejatimu...
Tetap, menarilah sayang...
Karena engkaulah Ibu Pertiwiku,
yang tangisannya sanggup kudengar dimanapun aku berada, dan gaungmu akan selalu tersimpan di dadaku...
Lakonkanlah sendratarimu dengan gemulai
Kau tak kan pernah mati
Menarilah dan menarilah bersama mataharimu, selamanya...
5 komentar:
indahnya ibu pertiwi menari
melambai
melayang
tegas
tegap
menghentak bumi
mencakar langit
untuk ibu pertiwi...
sungguh indah puisimu mba' >.<
Ibu pertiwi pasti masih bisa untuk terus menari, meski kaki-kakinya sudah letih..
meski kabut masih menyapu
meski bencana terus menyapa
meski lapar masih mendera
Ibu pertiwi pasti masih sanggup menari, sebab mataharinya masih terus bersinar untuk dirinya :)
Aku suka banget kak :)
waduh, ibu per'tiwi'menari?...he3...ak plg g bs kl disuruh nari sjk jmn smp dl..xixixi, hush! melenceng dr topik he3.., meski skrg kondisi indonesia srg dilanda bencana krn ulah org2 yg serakah, tp ak tetap bangga mnjd org indonesia, kekayaan alam yg melimpah, lumpur porong alias lapindo contohnya, di balik semburan itu sumber gas yg dahsyat yg hny dimiliki oleh neg indonesia!...heeh bnyk skl nikmat alam yg blm bs kt rasakan dg max, dikarenakan berbagai mcm hal yg trlalu kompleks!....entahlah, yg jls maju trs ibu pertiwi!...mg2 di ms dpn kau jauh lbh baik dr skrg!..amin.
Agak merinding saya membaca yg di bagian tengah mbak....
Dan memang tidak ada pilihan lain: Dan kita pun harus mengikuti tarian ibu pertiwi, sbg lambang empati kita.
Posting Komentar