Seluruh fase di dalam hidupmu telah kau alami seiring sempurnanya masa di dalam hidupmu sendiri.
Dari masa kanak-kanakmu hingga ke masa dimana secara alamiah engkau dipanggil ibu, karena kau mampu menjadi ibu bagi anak-anakmu dengan taruhan hidupmu sendiri. Kau tak peduli dengan semua yang kau rasakan, yang terpenting bagimu adalah bagaimana kau bisa melahirkan kami dengan selamat, sehat, dan sempurna.
Bukan suatu hal yang mudah agar bisa menjadi seorang ibu yang baik. Dengan kesabaran yang tiada batas, kau jalani itu semua dengan keikhlasan di seluruh detik-detiknya. Demi melahirkan kami agar terlahir sempurna, seribu mitos dan pantangan kau jalani. Misalnya ni ya, wanita yang sedang hamil ga boleh keluar rumah setelah azan maghrib. Ga boleh makan serabi, ga boleh makan salak, ga boleh makan kerupuk kulit, trus kalo ngeliat hal-hal yang aneh, harus berbisik "amit-amit jabang bayi", ga boleh membunuh binatang meski kecil sekalipun, dan masih banyak larangan-larangan lainnya. Pokoknya ribet banget deh. Ga gampang lho melakukan itu semua.
Hingga pada saat yang telah ditentukan olehNya, akhirnya anakmu lahir dengan selamat. Tangis harupun menyeruak disertai senyum tulusmu. Perjuangan yang begitu mendebarkan telah dilalui dengan baik. Kau telah berhasil menjadi media buat sebuah ciptaan baru di bumi ini.
Perjuanganmu ga sampai di sini. Kelahiran anakmu adalah merupakan awal bagi perjuangan-perjuanganmu yang lain. Bahwa kau senantiasa merawat dan mendidiknya dengan kebijaksanaan pengetahuan yang kau miliki. Aku inget akan ucapanmu padaku, pada saat prasekolah. Engkau pernah bilang bahwa jika kamu ga mau dicubit, maka kamu jangan pernah sekali-sekali mencubit temanmu. Karena rasanya dicubit itu sakit, dan jika temanmu mencubitmu, kamu jangan membalasnya..mending kamu pulang ke rumah. Tapi apa yang terjadi, aku malah sering dicubit temanku. Padahal aku kan ga pernah nyubit dia. Mungkin karena waktu aku kecil, aku lucu kali ya..menggemaskan hihihi..narsisnya keluar deh hehe.
Hingga aku dewasa, perkataan ibuku selalu aku ingat. Aku jadikan pelita bagi hidupku. Meski kadang aneh juga. Aku yang ga pernah nyubit aja, malah suka dicubit. Lantas apa kabar ya bagi mereka yang suka mencubit? Pasti bisa dilihat deh dari kuali va nya.
Ibu, dengan ketulusanmu, di dalam linangan air matamu, dan dengan jiwamu, engkau telah membuatku ada. Dengan doa-doamu, telah menjadi nafas buatku di dalam menjalani seluruh kehidupanku. Dengan kesederhanaanmu, engkau telah mengajariku hal apapun yang pernah terselami olehmu. Ga ada kesan mewah, namun terlihat bagai bintang yang selalu bersinar tak lelahnya berpijar indah di kehidupanku. Engkau telah mendidikku dengan menyerahkannya kembali kepada alam yang menaungiku. Karena engkau menyadari, bahwa aku bukan milikmu., seperti kata Kahlil Gibran dalam bukunya Sang Nabi. Aku adalah milik kehidupanku sendiri, dan kau hanyalah perantara yang membuatku lahir, ada di muka bumi ini. Menghiasnya dengan ribuan intan permata dan kilauan sinar alaminya.
Dengan cintamu engkau membasuh setiap sakit dan lukaku, tanpa aku mengeluh padamu, engkau telah mengertinya.
Dengan kesabaranmu engkau telah membuatku tumbuh seirama sang waktu yang diberikanNya kepadaku..betapa sempurnanya.
Dengan senyummu, engkau telah memberi kesejukkan bagi seluruh suka duka hidupku.
Kini, aku sadar akan arti dari filosofi hidupmu. Bahwa menyakiti apapun dan siapapun, meski terkecil sekalipun, pasti ada efek bagi kita di kemudian hari, yang bisa kita sadari dan tidak kita sadari.
Filosofi hidupmu memberi makna yang sangat mendalam. Luas mencakup seluruh pikiran, tutur kata, kelembutan, kesabaran, cinta, dan perjuangan hidup yang harus aku kecap.
Sembilan tahun sudah aku tak bisa melihat senyum terindah dan termanismu, saat menyambut kedatanganku di rumah. Senyum yang selalu tersungging saat bahagia dan saat kau menjalani deraan hidupmu yang seolah tak ada hentinya. Ini menjadi teladan bagiku. Senyum yang menebarkan sejuta doa bagiku, yang sampai sekarangpun sanggup membuatku bertemu dengan orang-orang pilihan, orang-orang yang baik dan hebat, dimanapun berada. Itulah keistimewaanmu, ibu. Bahwa di dalam segala keterbatasanku, doamu masih kurasakan hingga kini.
Tak terasa air mataku meleleh di pipiku..yang berangsur menjadi isak yang tak mampu kubendung. Sambil menulis, aku terus terisak. Aku rindu semua kasih sayangmu ibu... Aku rindu, bagaimana dirimu pasrah dalam menghadapi cobaan hidup yang datang silih berganti. Aku rindu senandungmu sesaat sebelum aku tidur.
Ibu, aku menyadari bahwa aku sama sekali belum bisa membahagiakanmu semasa hidupmu. Tapi aku yakin, bahwa kebahagiaanmu kini lebih agung dan indah daripada kemampuanku memberikannya. Mungkin saat ini kau sedang ngobrol sama bapak, kakek dan nenek di tempat yang indah, yang bahasa buminya adalah surga.
Meski aku tak bisa lagi memandang wajahmu, melihat senyummu yang berarti pula merupakan doa buatku, dan tak bisa lagi menikmati candamu, tetapi semoga lewat setiap doaku yang kuhunjukkan buatmu, dapat mengirimkannya kembali buatku. Karena aku dapat mengintip kebahagiaanmu di sana, dan aku yakin, kau akan tersenyum memandangku... Engkau ada di saat sepi, saat aku bersujud...
Semangat hidupmu yang menjadikan orang lain berharga dan sempurna, akan selalu ada di dalam kobaran hatiku, hingga aku dapat menemuimu kelak.
Dari masa kanak-kanakmu hingga ke masa dimana secara alamiah engkau dipanggil ibu, karena kau mampu menjadi ibu bagi anak-anakmu dengan taruhan hidupmu sendiri. Kau tak peduli dengan semua yang kau rasakan, yang terpenting bagimu adalah bagaimana kau bisa melahirkan kami dengan selamat, sehat, dan sempurna.
Bukan suatu hal yang mudah agar bisa menjadi seorang ibu yang baik. Dengan kesabaran yang tiada batas, kau jalani itu semua dengan keikhlasan di seluruh detik-detiknya. Demi melahirkan kami agar terlahir sempurna, seribu mitos dan pantangan kau jalani. Misalnya ni ya, wanita yang sedang hamil ga boleh keluar rumah setelah azan maghrib. Ga boleh makan serabi, ga boleh makan salak, ga boleh makan kerupuk kulit, trus kalo ngeliat hal-hal yang aneh, harus berbisik "amit-amit jabang bayi", ga boleh membunuh binatang meski kecil sekalipun, dan masih banyak larangan-larangan lainnya. Pokoknya ribet banget deh. Ga gampang lho melakukan itu semua.
Hingga pada saat yang telah ditentukan olehNya, akhirnya anakmu lahir dengan selamat. Tangis harupun menyeruak disertai senyum tulusmu. Perjuangan yang begitu mendebarkan telah dilalui dengan baik. Kau telah berhasil menjadi media buat sebuah ciptaan baru di bumi ini.
Perjuanganmu ga sampai di sini. Kelahiran anakmu adalah merupakan awal bagi perjuangan-perjuanganmu yang lain. Bahwa kau senantiasa merawat dan mendidiknya dengan kebijaksanaan pengetahuan yang kau miliki. Aku inget akan ucapanmu padaku, pada saat prasekolah. Engkau pernah bilang bahwa jika kamu ga mau dicubit, maka kamu jangan pernah sekali-sekali mencubit temanmu. Karena rasanya dicubit itu sakit, dan jika temanmu mencubitmu, kamu jangan membalasnya..mending kamu pulang ke rumah. Tapi apa yang terjadi, aku malah sering dicubit temanku. Padahal aku kan ga pernah nyubit dia. Mungkin karena waktu aku kecil, aku lucu kali ya..menggemaskan hihihi..narsisnya keluar deh hehe.
Hingga aku dewasa, perkataan ibuku selalu aku ingat. Aku jadikan pelita bagi hidupku. Meski kadang aneh juga. Aku yang ga pernah nyubit aja, malah suka dicubit. Lantas apa kabar ya bagi mereka yang suka mencubit? Pasti bisa dilihat deh dari kuali va nya.
Ibu, dengan ketulusanmu, di dalam linangan air matamu, dan dengan jiwamu, engkau telah membuatku ada. Dengan doa-doamu, telah menjadi nafas buatku di dalam menjalani seluruh kehidupanku. Dengan kesederhanaanmu, engkau telah mengajariku hal apapun yang pernah terselami olehmu. Ga ada kesan mewah, namun terlihat bagai bintang yang selalu bersinar tak lelahnya berpijar indah di kehidupanku. Engkau telah mendidikku dengan menyerahkannya kembali kepada alam yang menaungiku. Karena engkau menyadari, bahwa aku bukan milikmu., seperti kata Kahlil Gibran dalam bukunya Sang Nabi. Aku adalah milik kehidupanku sendiri, dan kau hanyalah perantara yang membuatku lahir, ada di muka bumi ini. Menghiasnya dengan ribuan intan permata dan kilauan sinar alaminya.
Dengan cintamu engkau membasuh setiap sakit dan lukaku, tanpa aku mengeluh padamu, engkau telah mengertinya.
Dengan kesabaranmu engkau telah membuatku tumbuh seirama sang waktu yang diberikanNya kepadaku..betapa sempurnanya.
Dengan senyummu, engkau telah memberi kesejukkan bagi seluruh suka duka hidupku.
Kini, aku sadar akan arti dari filosofi hidupmu. Bahwa menyakiti apapun dan siapapun, meski terkecil sekalipun, pasti ada efek bagi kita di kemudian hari, yang bisa kita sadari dan tidak kita sadari.
Filosofi hidupmu memberi makna yang sangat mendalam. Luas mencakup seluruh pikiran, tutur kata, kelembutan, kesabaran, cinta, dan perjuangan hidup yang harus aku kecap.
Sembilan tahun sudah aku tak bisa melihat senyum terindah dan termanismu, saat menyambut kedatanganku di rumah. Senyum yang selalu tersungging saat bahagia dan saat kau menjalani deraan hidupmu yang seolah tak ada hentinya. Ini menjadi teladan bagiku. Senyum yang menebarkan sejuta doa bagiku, yang sampai sekarangpun sanggup membuatku bertemu dengan orang-orang pilihan, orang-orang yang baik dan hebat, dimanapun berada. Itulah keistimewaanmu, ibu. Bahwa di dalam segala keterbatasanku, doamu masih kurasakan hingga kini.
Tak terasa air mataku meleleh di pipiku..yang berangsur menjadi isak yang tak mampu kubendung. Sambil menulis, aku terus terisak. Aku rindu semua kasih sayangmu ibu... Aku rindu, bagaimana dirimu pasrah dalam menghadapi cobaan hidup yang datang silih berganti. Aku rindu senandungmu sesaat sebelum aku tidur.
Ibu, aku menyadari bahwa aku sama sekali belum bisa membahagiakanmu semasa hidupmu. Tapi aku yakin, bahwa kebahagiaanmu kini lebih agung dan indah daripada kemampuanku memberikannya. Mungkin saat ini kau sedang ngobrol sama bapak, kakek dan nenek di tempat yang indah, yang bahasa buminya adalah surga.
Meski aku tak bisa lagi memandang wajahmu, melihat senyummu yang berarti pula merupakan doa buatku, dan tak bisa lagi menikmati candamu, tetapi semoga lewat setiap doaku yang kuhunjukkan buatmu, dapat mengirimkannya kembali buatku. Karena aku dapat mengintip kebahagiaanmu di sana, dan aku yakin, kau akan tersenyum memandangku... Engkau ada di saat sepi, saat aku bersujud...
Semangat hidupmu yang menjadikan orang lain berharga dan sempurna, akan selalu ada di dalam kobaran hatiku, hingga aku dapat menemuimu kelak.
Bandungku, kuterkenang ibuku hingga datang kangen yang mengharu biru...
Kamis 02:05 - 04:32
08042010
0 komentar:
Posting Komentar