Duh...rasanya kurang asik deh kalo kaya gini. Tiba-tiba kebangun di tengah malam atau seperempat waktu lamanya menuju pagi, dari tidurku yang jenak, walau jenak-ku rasanya hanya beberapa saat saja. Entah mengapa, malam ini tidurku ga bagus, ga berkualitas. Gampang banget terbangun. Padahal, suasana sepi, ga ada yang menggangguku...termasuk secuil gonggongan anjingpun.
Ahh, daripada bengong, mending aku nulis di blogku, dari ponsel jimatku berwarna merah hati. Sambil baring, aku tuangkan kata demi kata ke halaman blogku.
Siippp...udah kelar ni...untung edge-nya ga error, ampe aku selesai nulis. Aku berhasil nerbitin satu entri baru judulnya Aku dan Matahari Cintaku.
Mmmhh...terus ngapain lagi ya....? Duh, ini mataku ngantuk, tapi ga mau merem juga. Ada apa ini sebenernya...
Apakah embun pagiku yang membangunkan aku ya? karena, biasanya sih suka gitu. Dia ngebangunin aku dengan santun penuh kesejukan dan kelembutan. Meski santun dan lembut, kehadirannya mampu membuatku terbangun dan mata menjadi segar. Hingga beberapa mesjid terdengar melantunkan azan awal. Damn it! masih belum bisa tidur juga...! Kemana larinya kantukku ya? Bermain ayunan sama embun pagiku kah? Atau main perosotan.... atau... aahhh... entahlah... Embun pagiku ga kaya gini deh... biasanya kamu manjain aku koq...
Entah mengapa, tiba-tiba aku menangkap seonggok kertas dan buku di sudut kamar dekat lemari. Aku menghampirinya, dan membongkar kertas-kertas dalam plastik bening dengan pelan sekali. Lembar demi lembar aku baca sekilas. Tampak sebuah nama di sudut kertas itu. Dia seakan mengajakku tersenyum dan menggapai tanganku. Mungkinkah aku merindukannya? Ah, masa sih...? Aku ga percaya deh..!
Sejenak, jantungku seakan berhenti sejenak. Musim semiku, apa kabar dirimu? Cerita laluku; awal dari musim semi di dalam hidupku. Dialah yang pertama kali memperkenalkan padaku, apa dan bagaimana cinta yang indah itu, penuh dengan percikan-percikannya. Dia bisa membawaku terbang melampaui tata surya di alam ini... Hingga ke ruang hampa udara sekalipun..!!!
Cinta yang sejatinya memang harus dirasa demikian. Semua terpancar dalam setiap bahasa, sikap, senyum, dan tatapan matanya, yang meluluhlantakkan seluruh isi di kalbuku. Membuatku hampir pingsan demi mengalami keindahannya saat itu.
Namun di balik itu semua, musim semiku juga telah memperkenalkan padaku, apa dan bagaimana sebuah luka yang sesungguhnya...!! Begitu sempurnanya dia mengajarkan padaku. Hingga aku tertatih-tatih dengan seluruh air mataku. Sampai detik ini, aku tak mengerti, apa maksudmu memberi sebuah musim, tetapi sekaligus menghancurkannya sampai serpihan-serpihannya sangat tak tampak lagi. Lumat dengan bumi dan air, juga udara dan panas. Bagai sebuah musim pancaroba yang tiada habisnya, yang anginnya membawa kesakitan dan luka. Diiringi daun-daun yang jatuh berguguran...muram dan kelabu.
Musim semiku, meski engkau adalah cerita laluku, namun aku tidak akan pernah lupa akan segala pengajaranmu padaku. Engkau telah membuatku menjadi insan sempurna, yang masih boleh merasakan segala perjalanan rasa yang terjal, berliku, dan licin...berikut tawa bahagia, senyum, merasakan kasih, dan cinta. Engkau bagian hidupku yang ada di balik jiwaku yang rapuh... Tak ada harapan yang lebih indah, semoga engkau selalu menikmati apapun yang memang harus kau nikmati, seperti diriku.
Bandungku, apakah musim semiku juga tengah mengingatku, di sana di balik bumi ini...?
Ahh, daripada bengong, mending aku nulis di blogku, dari ponsel jimatku berwarna merah hati. Sambil baring, aku tuangkan kata demi kata ke halaman blogku.
Siippp...udah kelar ni...untung edge-nya ga error, ampe aku selesai nulis. Aku berhasil nerbitin satu entri baru judulnya Aku dan Matahari Cintaku.
Mmmhh...terus ngapain lagi ya....? Duh, ini mataku ngantuk, tapi ga mau merem juga. Ada apa ini sebenernya...
Apakah embun pagiku yang membangunkan aku ya? karena, biasanya sih suka gitu. Dia ngebangunin aku dengan santun penuh kesejukan dan kelembutan. Meski santun dan lembut, kehadirannya mampu membuatku terbangun dan mata menjadi segar. Hingga beberapa mesjid terdengar melantunkan azan awal. Damn it! masih belum bisa tidur juga...! Kemana larinya kantukku ya? Bermain ayunan sama embun pagiku kah? Atau main perosotan.... atau... aahhh... entahlah... Embun pagiku ga kaya gini deh... biasanya kamu manjain aku koq...
Entah mengapa, tiba-tiba aku menangkap seonggok kertas dan buku di sudut kamar dekat lemari. Aku menghampirinya, dan membongkar kertas-kertas dalam plastik bening dengan pelan sekali. Lembar demi lembar aku baca sekilas. Tampak sebuah nama di sudut kertas itu. Dia seakan mengajakku tersenyum dan menggapai tanganku. Mungkinkah aku merindukannya? Ah, masa sih...? Aku ga percaya deh..!
Sejenak, jantungku seakan berhenti sejenak. Musim semiku, apa kabar dirimu? Cerita laluku; awal dari musim semi di dalam hidupku. Dialah yang pertama kali memperkenalkan padaku, apa dan bagaimana cinta yang indah itu, penuh dengan percikan-percikannya. Dia bisa membawaku terbang melampaui tata surya di alam ini... Hingga ke ruang hampa udara sekalipun..!!!
Cinta yang sejatinya memang harus dirasa demikian. Semua terpancar dalam setiap bahasa, sikap, senyum, dan tatapan matanya, yang meluluhlantakkan seluruh isi di kalbuku. Membuatku hampir pingsan demi mengalami keindahannya saat itu.
Namun di balik itu semua, musim semiku juga telah memperkenalkan padaku, apa dan bagaimana sebuah luka yang sesungguhnya...!! Begitu sempurnanya dia mengajarkan padaku. Hingga aku tertatih-tatih dengan seluruh air mataku. Sampai detik ini, aku tak mengerti, apa maksudmu memberi sebuah musim, tetapi sekaligus menghancurkannya sampai serpihan-serpihannya sangat tak tampak lagi. Lumat dengan bumi dan air, juga udara dan panas. Bagai sebuah musim pancaroba yang tiada habisnya, yang anginnya membawa kesakitan dan luka. Diiringi daun-daun yang jatuh berguguran...muram dan kelabu.
Musim semiku, meski engkau adalah cerita laluku, namun aku tidak akan pernah lupa akan segala pengajaranmu padaku. Engkau telah membuatku menjadi insan sempurna, yang masih boleh merasakan segala perjalanan rasa yang terjal, berliku, dan licin...berikut tawa bahagia, senyum, merasakan kasih, dan cinta. Engkau bagian hidupku yang ada di balik jiwaku yang rapuh... Tak ada harapan yang lebih indah, semoga engkau selalu menikmati apapun yang memang harus kau nikmati, seperti diriku.
Bandungku, apakah musim semiku juga tengah mengingatku, di sana di balik bumi ini...?
0 komentar:
Posting Komentar