kehidupan, tak ubahnya seperti pakaian yang kita gunakan sehari-hari. Dia terbuat dari alam, yang berasal dari pohon kapas. Kapas dipintal, dan akhirnya menjadi kain. Kain tidak hanya satu warna, melainkan banyak warna, dengan motif yang beraneka pula. Kain, belum bisa maksimal kegunaannya, sebelum kita bentuk sesuai dengan kebutuhan kita. Kain sprei, kain jeans, kain kaos, kain katun, dan apapun jenisnya, bisa kita gunakan jika telah dijait menjadi pakaian buat kita. Tentu saja ini menjadikan pakaian tak pernah bisa lepas dari kehidupan kita sehari-hari yang merupakan kebutuhan primer.
Pakaian juga memerlukan perawatan, agar warna dan kualitasnya tetap terjaga hingga waktu yang lama, tergantung dari jenis kainnya.
Salah satu perawatannya adalah dengan mencuci pakaian tersebut, dan kemudia n menyetrikanya, agar pakaian senantiasa tampak halus dan indah. Semua itu ada caranya.
Seperti kita manusia yang hidup di dunia ini, dengan banyak karakter, suku, dan bahasa, juga religinya, adat istiadat, kebudayaan, dan lain-lain, yang menandakan corak seperti pada kain yang tercipta. Semua perbedaan itu harus kita pelihara agar tercipta satu harmony yang sangat indah.
Jika kita masih berada di dalam lingkungan keluarga kita, artinya kita belum berpisah karena pekerjaan atau sekolah, yang mengharuskan kita tidak bersama lagi dengan keluarga kita, tentunya mencuci dan menyetrika tidak dilakukan sendiri-sendiri. Secara bersamaan, kita akan mencucinya, kemudian menyetrikanya.
Ada hal yang menarik perhatianku pada saat aku menyetrika pakaian. Semua, aku kerjakan tanpa pandang bulu. Aku lakukan dengan tulus. Kemudian pada saat memilah pakaian berdasarkan pemiliknya, akupun jadi berpikir bahwa, kita manusia akhirnya akan mengalami kesendirian. Artinya, bahwa pada akhirnya, kita akan mengalami kematian, yang akan membawa seluruh amal dan perbuatan kita selama kita bersama-sama di dalam lingkungan kita, dimanapun kita berada. Semuanya sendiri-sendiri, masing-masing, tak peduli apapun yang melekat di dalam diri kita, dan siapapun diri kita.
Gambaran kehidupan yang tampak pada pakaian, mulai dari asalnya hingga dia menjadi sebuah proses, adalah merupakan contoh buat kehidupan kita. Bagaimana kita dengan cinta kasih Tuhan telah berkenan menciptakan kita hingga kita terlahir sempurna, sampai kepada seluruh proses pendewasaan melalui suka duka hidup kita yang akan membuat kita kuat lahir dan batinnya. Bahwa memang, kita melalui hari demi hari seperti pakaian yang dicuci, dipakai, dan dicuci kembali, begitu seterusnya. Demikian juga, pada saat pakaian kita disetrika, seperti kita sedang dimurnikan dan akhirnya seperti pakaian yang dipilah...bahwa kita, tak selamanya akan bersama dengan orang-orang terkasih kita.
Bandungku, aku cinta kamu, dan orang-orang sekitarku, dan juga dia......
Pakaian juga memerlukan perawatan, agar warna dan kualitasnya tetap terjaga hingga waktu yang lama, tergantung dari jenis kainnya.
Salah satu perawatannya adalah dengan mencuci pakaian tersebut, dan kemudia n menyetrikanya, agar pakaian senantiasa tampak halus dan indah. Semua itu ada caranya.
Seperti kita manusia yang hidup di dunia ini, dengan banyak karakter, suku, dan bahasa, juga religinya, adat istiadat, kebudayaan, dan lain-lain, yang menandakan corak seperti pada kain yang tercipta. Semua perbedaan itu harus kita pelihara agar tercipta satu harmony yang sangat indah.
Jika kita masih berada di dalam lingkungan keluarga kita, artinya kita belum berpisah karena pekerjaan atau sekolah, yang mengharuskan kita tidak bersama lagi dengan keluarga kita, tentunya mencuci dan menyetrika tidak dilakukan sendiri-sendiri. Secara bersamaan, kita akan mencucinya, kemudian menyetrikanya.
Ada hal yang menarik perhatianku pada saat aku menyetrika pakaian. Semua, aku kerjakan tanpa pandang bulu. Aku lakukan dengan tulus. Kemudian pada saat memilah pakaian berdasarkan pemiliknya, akupun jadi berpikir bahwa, kita manusia akhirnya akan mengalami kesendirian. Artinya, bahwa pada akhirnya, kita akan mengalami kematian, yang akan membawa seluruh amal dan perbuatan kita selama kita bersama-sama di dalam lingkungan kita, dimanapun kita berada. Semuanya sendiri-sendiri, masing-masing, tak peduli apapun yang melekat di dalam diri kita, dan siapapun diri kita.
Gambaran kehidupan yang tampak pada pakaian, mulai dari asalnya hingga dia menjadi sebuah proses, adalah merupakan contoh buat kehidupan kita. Bagaimana kita dengan cinta kasih Tuhan telah berkenan menciptakan kita hingga kita terlahir sempurna, sampai kepada seluruh proses pendewasaan melalui suka duka hidup kita yang akan membuat kita kuat lahir dan batinnya. Bahwa memang, kita melalui hari demi hari seperti pakaian yang dicuci, dipakai, dan dicuci kembali, begitu seterusnya. Demikian juga, pada saat pakaian kita disetrika, seperti kita sedang dimurnikan dan akhirnya seperti pakaian yang dipilah...bahwa kita, tak selamanya akan bersama dengan orang-orang terkasih kita.
Bandungku, aku cinta kamu, dan orang-orang sekitarku, dan juga dia......
0 komentar:
Posting Komentar