Thanks for this day.. May God bless us everyone and everywhere..
Diberdayakan oleh Blogger.

Jumat, 30 April 2010

Nyanyian Seruling Menjelang Tengah Malam

Saat malam berangsur menjadi satu kepekatan yang sangat sempurna
Saat rembulanpun tersaput kabut kelabu, pucat pasi tak benderang...bahkan sinarnya seolah ditelan sang awan yang tak rela membiarkan cahayanya luruh ke bumi
Saat sepi kian merebak dengan teganya

Saat aku bercengkrama bersama embunku yang tersenyum indah
Memelukku dengan ribuan kesejukkannya
Tak kudengar suara apapun juga
Hanya binatang malam yang berkuasa penuh atas suasana ini, diselingi suara tokek yang menggema

Tiba-tiba, sayup kudengar, nyanyian seruling yang sangat menyayat kalbu
Satu nyanyian sunda yang tak kutahu judulnya
Mengalun menemani suasana gelap dan pekatnya malam

Suara nyanyian seruling bambu itu kemudian terhenti, dan diganti oleh suara tangisan seorang bayi, yang menjerit seolah ada kesakitan yang dirasakannya
Malam yang menghasilkan echo, benar-benar membahana
Sementara embunku masih bersamaku
Suara seruling itu kini muncul kembali, seiring menghilangnya suara tangisan bayi
Kembali mengalun, mendendangkan satu lagu sunda yang utuh, tak terpotong sedikitpun
Echonya sang malam yang mengantarkan suara itu ke telingaku
Aku hanya bisa diam terpaku bersama kesejukan embunku

Masih bersama embunku, ketika satu lagu penuh terurai
Seketika itu juga, suara deru motor tiba-tiba berseliweran, lewat di jalan ini...
Siapakah gerangan yang memainkan seruling itu hingga utuh penuh dinyanyikannya satu lagu?
Bayi siapakah yang menangis, menjerit membelah sunyinya malam ini?

Entahlah...
Tapi satu yang pasti, aku masih tetap bersama embun kesejukanku di sini...




Bandungku, benarkah aku sekarang telah menjadi soulmate mu, hingga engkau berkenan menyanyikan satu lagu untukku di malam sepi ini?

cerita dari sisi

kini sisi sudah beranjak dewasa. dia kelas satu SMA dan sudah mulai mengenal yang namanya cinta. setiap permasalahan yang ada pada dirinya, selalu diceritakannya kepadaku. sebisa mungkin, aku menjadi pendengar yang baik, dan bila perlu, aku menghajarnya dengan keras demi kebaikannya.

sisi, yang beranjak dewasa, dengan dunia yang baru dikenalnya, kini telah benar-benar dewasa dengan pemikirannya. humanismenya cukup bagus, dan tak heran jika ia dengan cepat punya temen spesial. berawal dari satu kesalahan nomor ponsel, dia berkenalan dengan seorang lelaki yang bernama sandi. biasanya ni, sisi selalu gengsi jika temen spesialnya tidak memiliki motor yang bisa mengajaknya berjalan-jalan. tetapi entah mengapa, sepertinya sisi sudah kepincut sama yang namanya sandi. walau sandi sangat sederhana dengan penampilannya, juga dengan pendidikannya, tetapi sisi tetap menyukainya. dia juga heran dengan sikapnya ini. mungkin, karena sandi memiliki satu power dari dalam dirinya, yang bisa menyenangkan dan mampu membuat nyaman bagi sisi.

hampir dua minggu, dia sudah menjadi kekasih sandi. cerita demi cerita mengalir dengan spontan, bagai air sungai yang tak berdaya menghentikan laju airnya sendiri. hingga suatu saat, di satu percakapan yang hangat, di balik ponsel mereka masing-masing.
"udah shalat, san?" tanya sisi
"belum yank.." jawab sandi
"kenapa? udah mau abis lho waktunya..." lanjut sisi lagi
"duh, gimana ya..."
"gimana apanya?"
"mmmhhh..gimana ya yank...aku belum bisa shalat..." jawab sandi malu-malu
"haaa?" begitu ekspresi sisi waktu itu
"iya...mau ga kamu ngajari aku?"
"hehehehe..." sejenak sisi hanya tertawa pelan, terlihat agak heran dengan pernyataan sandi.
"ok, boleh...kapan kamu mau mulainya...kamu punya iqra ga?
"ga punya..."
"tp kamu punya Al-Qur'an kan?" tanya sisi lagi, sambil berkata dalam hatinya, wah..kebangetan deh kalo sandi sampai ga punya Al-Qur'an.
"punya yank.." jawab sandi. alhamdulillah...batin sisi sambil tersenyum.
"ok deh ntar aku ajarin kamu." sambut sisi menenangkan hati sandi.
"ok, thanks ya yank..sekarang, aku mau mandi dulu ya..." lanjut sandi.

satu percakapan yang menarik untuk disimak bahwa, untuk menjadi sosok di dalam diri orang yang kita kasihi, sangatlah diperlukan adanya kejujuran. satu syarat ke arah kebaikan, yang ditampilkan sisi kepada kekasihnya, sudah berhasil membuka mata hati sandi untuk menjadi insan yang lebih baik lagi dari pada hari kemarin.

sisi, yang beranjak dewasa. dia mampu memahami kondisi dari satu pribadi yang jujur dan mengatakan apa adanya. dia lebih menghormati kejujuran itu sendiri di atas segala-galanya. sisi tidak menertawakan kekasihnya, meski di usia yang hampir dua puluh tahun itu, belum mengenal sembahyang lima waktu. dengan senyum bersahabat, dan santun, sisi berusaha untuk menjadi yang terbaik bagi orang terdekatnya, selain keluarganya. mungkin dia belum tentu akan bersama selamanya dengan sandi, tetapi niat dari sebuah kemanuasiaan menuntutnya untuk melakukannya. satu hal yang aku suka dari sisi adalah bahwa, sisi tidak serta merta menghakimi sandi dengan semena-mena dengan merasa dirinya benar. sisi kini telah mampu menjadi dirinya sendiri, memiliki pribadi yang kuat dan rendah hati.




bandungku, ternyata sisi memang sudah beranjak dewasa...

Senyumku di Pagi Hari Ini

Menyibak kelammu dengan senyum termanisku di pagi hari ini
Diantara kerlip-kerlip lampu di jajaran gunung-gunung, di seberang sana, di sejauh mataku memandang
Kulihat angin menyapa dedaunan dan pepohonan depan kamarku
Menggoyangkannya dengan sangat lembut dan hati-hati hingga ke rerumputan yang kian menghijau

Tampak embun pagiku tersenyum penuh kasih
Sebuah kasih yang mengharukan, setelah semalam kau bermain dengan duniamu sendiri
Sekarang embun pagiku ada bersamaku, dengan berjuta ketulusan dan kesejukan yang dibawanya
Menemaniku untuk menyambut cahaya pagi hari ini : selalu...

Embun pagiku yang samar namun kuat menjagaku, hingga mampu menemaniku dalam keadaan apapun juga
Meski ragaku sendiri, tapi jiwaku ditemani embunku : selalu...

Senyum di pagi hari ini, membawaku untuk selalu memandangmu dalam kesederhanaan dan (lagi-lagi) ketulusan
Senyum di pagi hari ini, membawaku untuk selalu rendah hati dan penuh kasih
Itulah salah satu filosofi dari embun pagiku

Senyumku, senyummu, adalah senyum milik kita bersama
Yang kan selalu menemani kita untuk sepanjang hari ini
Dengan semangat yang baru untuk saling menghargai apapun itu

Embun pagiku, simpanlah selalu senyum termanisku di pagi hari ini, dan di pagi-pagi mu yang seterusnya
Jadikanlah dia penyemangatmu dalam menyejukkan bumi dan seluruh isinya...




Bandungku, aku juga tersenyum manis buatmu...seharian, kita telah bermain bersama di pusat kotamu

Rabu, 28 April 2010

moment bersejarah

mengejar sesuatu yang ga akan bisa ada di esok hari.
aku harus bisa ke tempat itu...
kalo ga hari ini, besok....pokoknya sebelum tanggal 1 mei 2010 deh..
sebelum loko itu beroperasi menjadi malabar...




bandungku, tunggu aku...jangan tinggalin aku dong...

Rindu Awal Musim Semiku


Duh...rasanya kurang asik deh kalo kaya gini. Tiba-tiba kebangun di tengah malam atau seperempat waktu lamanya menuju pagi, dari tidurku yang jenak, walau jenak-ku rasanya hanya beberapa saat saja. Entah mengapa, malam ini tidurku ga bagus, ga berkualitas. Gampang banget terbangun. Padahal, suasana sepi, ga ada yang menggangguku...termasuk secuil gonggongan anjingpun.

Ahh, daripada bengong, mending aku nulis di blogku, dari ponsel jimatku berwarna merah hati. Sambil baring, aku tuangkan kata demi kata ke halaman blogku.
Siippp...udah kelar ni...untung edge-nya ga error, ampe aku selesai nulis. Aku berhasil nerbitin satu entri baru judulnya Aku dan Matahari Cintaku.

Mmmhh...terus ngapain lagi ya....? Duh, ini mataku ngantuk, tapi ga mau merem juga. Ada apa ini sebenernya...
Apakah embun pagiku yang membangunkan aku ya? karena, biasanya sih suka gitu. Dia ngebangunin aku dengan santun penuh kesejukan dan kelembutan. Meski santun dan lembut, kehadirannya mampu membuatku terbangun dan mata menjadi segar. Hingga beberapa mesjid terdengar melantunkan azan awal. Damn it! masih belum bisa tidur juga...! Kemana larinya kantukku ya? Bermain ayunan sama embun pagiku kah? Atau main perosotan.... atau... aahhh... entahlah... Embun pagiku ga kaya gini deh... biasanya kamu manjain aku koq...

Entah mengapa, tiba-tiba aku menangkap seonggok kertas dan buku di sudut kamar dekat lemari. Aku menghampirinya, dan membongkar kertas-kertas dalam plastik bening dengan pelan sekali. Lembar demi lembar aku baca sekilas. Tampak sebuah nama di sudut kertas itu. Dia seakan mengajakku tersenyum dan menggapai tanganku. Mungkinkah aku merindukannya? Ah, masa sih...? Aku ga percaya deh..!

Sejenak, jantungku seakan berhenti sejenak. Musim semiku, apa kabar dirimu? Cerita laluku; awal dari musim semi di dalam hidupku. Dialah yang pertama kali memperkenalkan padaku, apa dan bagaimana cinta yang indah itu, penuh dengan percikan-percikannya. Dia bisa membawaku terbang melampaui tata surya di alam ini... Hingga ke ruang hampa udara sekalipun..!!!
Cinta yang sejatinya memang harus dirasa demikian. Semua terpancar dalam setiap bahasa, sikap, senyum, dan tatapan matanya, yang meluluhlantakkan seluruh isi di kalbuku. Membuatku hampir pingsan demi mengalami keindahannya saat itu.

Namun di balik itu semua, musim semiku juga telah memperkenalkan padaku, apa dan bagaimana sebuah luka yang sesungguhnya...!! Begitu sempurnanya dia mengajarkan padaku. Hingga aku tertatih-tatih dengan seluruh air mataku. Sampai detik ini, aku tak mengerti, apa maksudmu memberi sebuah musim, tetapi sekaligus menghancurkannya sampai serpihan-serpihannya sangat tak tampak lagi. Lumat dengan bumi dan air, juga udara dan panas. Bagai sebuah musim pancaroba yang tiada habisnya, yang anginnya membawa kesakitan dan luka. Diiringi daun-daun yang jatuh berguguran...muram dan kelabu.

Musim semiku, meski engkau adalah cerita laluku, namun aku tidak akan pernah lupa akan segala pengajaranmu padaku. Engkau telah membuatku menjadi insan sempurna, yang masih boleh merasakan segala perjalanan rasa yang terjal, berliku, dan licin...berikut tawa bahagia, senyum, merasakan kasih, dan cinta. Engkau bagian hidupku yang ada di balik jiwaku yang rapuh... Tak ada harapan yang lebih indah, semoga engkau selalu menikmati apapun yang memang harus kau nikmati, seperti diriku.



Bandungku, apakah musim semiku juga tengah mengingatku, di sana di balik bumi ini...?

aku dan matahari cintaku : bersinarlah terus


Aku hanyalah seekor burung yang lemah dengan sayap-sayap yang rapuh. Aku bukan rajawali; aku hanya mempunyai mata dan hati rajawali. Walaupun jangkauanku terbatas, aku memberanikan diri untuk menatap Matahari Ilahi, Matahari Cinta, dan hatiku mengatakan YA, jangan berhenti. Seekor burung ingin terbang menuju kilauan matahari yang mempesonakan matanya. Apa yang terjadi dengan dia? Mati karena malu melihat dirinya tak berdaya?

Oh..No!

Burung itu bahkan tidak mau kecewa. Dengan penuh keyakinan dia ingin terus menatap dengan seksama Matahari Cintanya. Tak ada yang mampu membuatnya mundur, tidak angin, tak juga hujan. Dan jika kegelapan awan datang dan menyembunyikan Matahari Cintanya, burung itu tidak beranjak dari tempatnya; sebab dia tahu bahwa di atas awan yang gelap itu Matahari Ilahinya tetap bersinar, kecemerlangannya tidak akan pernah pudar sekejap pun.




Bandungku, ajari aku untuk bijaksana dalam menerima diri, namun tetap berkeyakinan penuh akan hal-hal yang baik

Selasa, 27 April 2010

berdiri di puncak menara


Petir itu datang mengusir ketenangan seisi belantara... Pertanda apakah ini?
Kesunyian yang damai, yang dinikmati dengan beribu-ribu tawa diamini seisi jagad, akankah kembali gaduh??

Pertapa hina ini harus kembali beranjak ke kegelapan alam, tak ada satu cahaya pun yang dapat menembus pelukan lebatnya dahan, berpayung rimbun daun. Semak-semak yang terhampar menutup jejak sang pertapa.
Tolonglah, wahai alamku! Tenggelamkan aku dalam gelapmu, hapus bayangku dalam peluk ribuan pilar hidupmu.

Tidak bisakah sejenak aku berdialog dengan bahasa yang paling komunikatif...kesendirian...

Tuhanku, perjalanan ini cukup letih...haruskah kembali terusik??
Kepasrahan ini sebagai keyakinan bulatku tanpa sedikitpun keraguan atas naskah-naskah yang Engkau tulis buatku...


BUT, WHY NOW?

Kemanakah aku harus lari?
Kurang dalamkah belantara yang aku lalui? Atau...kurang terjalkah jalan ini?
Ribuan pertanyaan ini kembali menumpuk, membabi buta dalam seluruh tarikan nafasku.

Dalamnya lubang semut berselimut gelapnya malam...
Masih saja bagai berdiri di puncak menara.


Banggakah aku?
Sombongkah aku?
Lemahkah aku?
Kurang ajarkah aku?

Bodohnya aku, masih saja tidak mengerti arti kata sendiri...



Bandungku, aku ingin berbisik padaNya... Ampuni aku, Tuhanku...

langitku masih sama




langit yang kutatap pagi ini, masih biru... sebiru yang kemarin aku tatap
udara yang kuhirup pagi ini, masih segar... sesegar yang kemarin aku hirup
senyum yang terukir pagi ini, masih manis... semanis yang kemarin aku ukir
wajah yang sumringah pagi ini... masih terpancar indah... seindah yang kemarin aku pancarkan
hari ini cerah, secerah hari-hari kemarin yang kujalani
angin yang menyapaku ramah, seramah penuh kasih
malam ini indah, seindah malam-malam kemarin yang menaungiku

tetapi

mengapa semua terasa ada yang berbeda
mengapa semua terasa ada yang lain
mengapa semua terasa asing bagiku
mengapa semua seperti sesuatu yang aneh.....
mengapa, mengapa..... dan .... mengapa....

adakah salah di jiwaku?
atau....
karena prahara yang sedemikian berat menghantamku?
dengan kuat, dia benar-benar menghujamku
sampai dia mencair, menyebar hingga ke seluruh tubuhku

aku tak percaya dengan apa yang aku lihat
aku tak percaya dengan apa yang aku baca
aku tak percaya dengan......... ahhh..........
semua itu telah berhasil membuatku lunglai, tak bertenaga.....

haruskah aku kecewa?
haruskah aku menangis?
haruskah aku marah?
T I D A K ! ! !

aku harus tegar menghadapinya
aku harus tetap memuliakannya
memuliakan semua yang terjadi atasku....

aku hanya memohon...
tolong kembalikan hari-hariku
kembalikan semua bersama kesamaannya
kesamaan yang persis sama

aku ingin kembali merasakan semua itu
yang telah hilang ditelan kepalsuan
yang telah rancu dengan keindahan alami
yang terbentuk bukan dalam waktu yang singkat

itu semua milikku.....itu semua milikku....
meski aku menyadari, bahwa itu semua tidak abadi
namun setidaknya, itu sangat berarti bagiku saat ini........



bandungku, tolong bantu balikin milikku dong....

Senin, 26 April 2010

when my perots in luv



i don't know what can i say, when i saw this..
i think, that love is really really universal thing..
so, we can found it, in my fishes..
we can learn also from this, that to love each other is the priceless thing, and the wonderful thing in our live..


bandung, i saw them falling in luv

bisikanmu


Rangkaian cerita di batinku, setelah aku mendengar bisikan embun pagiku...
Mengawali di setiap hari baruku, dengan senyuman termanis penuh syukur dan berjuta kedamaian yang berkenan menghampiriku, penuh rendah hati. Tak peduli mataku yang baru saja terpejam, sesaat setelah bermain-main dengan embun pagiku...mesra, penuh tawa, dengan pelukan kesejukannya yang seakan enggan kulepaskan, karena kau akan melebur bersama degup jantungku dan mengalir hingga ke otakku, tulang sumsumku, dan ke dalam sanubariku yang paling dalam.

Sejenak, sesaat setelah aku dengar bisikan embun pagiku, aku terpesona dengan kata-kata indahnya, dan tak terasa air mataku mengalir perlahan menyusuri di setiap lekuk wajahku hingga ke dalam putihnya hatiku. Mendebarkan seluruh jaringan sel-sel darah di tubuhku, mengguncangkannya dengan sangat lembut sehingga membuat lidahku kelu, tak bisa berkata apapun.....yang ada, aku hanya bisa menikmati setiap getaran yang tercipta dengan alami sebagai salah satu wujud anugerah dari Yang Maha Mengerti.

Sejenak sesaat aku dengar bisikan embun pagiku...setelah airnya sanggup membuat dua sungai mungil, diiringi bau rumput yang memukau...
Rasanya ingin aku memelukmu dengan tubuh yang melunglai. Mendekapmu dengan erat dan menumpahkan segala air mataku di sana, hingga aku melebur di dadamu yang luas. Menikmati kesejukan yang berangsur menjadi kehangatan yang samar, tapi sanggup membuatku nyaman.
Rasanya ingin aku menghambur ke arahmu dengan segala dayaku dan menyentuh setiap jengkal keindahanmu dengan tanganku yang membelai lembut. Menyentuh wajahmu, dan menempelkannya ke wajahku, di antara senyum dan tangis haru...
Menikmatinya dengan unsur-unsur alam lainnya. Bersama bulan yang sebentar lagi pamit... Bersama suara kokok ayam jantan yang membelah kesunyian pagi yang masih pekat.

Apakah aku hadir di hatimu, bermain-main dalam otakmu, menemani di jalan pikiranmu, dan berayun-ayun di setiap detak jantungmu yang mengalirkanku di dalam darahmu yang sanggup membuatmu semangat dalam menyambut aktifitasmu di sepanjang hari-harimu, kemarin, hari ini, dan esok?
Aku tak peduli....! Tetapi satu yang pasti, aku akan selalu menikmatimu dalam setiap helaan nafasku, di sepanjang waktuku.




Bandungku, aku sedang menikmati indahnya kemurnian, dengan segenap kesederhanaanku...

Minggu, 25 April 2010

embunku : selalu...


Kembali, air mataku menyirami di seluruh tanah batinku, menyentuh segala tetumbuhan yang berkenan tumbuh di sana, dengan lembut.
Aneka bunga berwarna warni, dan dedaunan yang hijau subur seakan tersenyum menyambutnya.
Segera, keharuman yang mewangi menyeruak penuh keanggunan, penuh sensasi. Semerbak wanginya yang eksotis, memicu segenap rasa yang kian penuh haru.

Aku melihat pelangi melengkung melindungi tanaman cintaku, memayunginya dengan serinya yang elegan. Indah, namun tetap rendah hati.
Matahari yang benderang saat itu, cantik dengan kilau yang tak seperti biasanya. Terangnya teduh, tak menyilaukan mata, dan tak membakar kulitku.

Anginpun menyapa ramah seluruh tanaman di batinku, yang masih basah dan kian segar dengan siraman dari mata air abadi. Dia seolah ingin ikut ambil bagian dalam suasana yang romantis dan getaran-getaran halusnya. Diiringi lagu yang tak akan pernah berhenti, bagai sebuah kelompok orchestra yang megah, melengkapi paduan keindahan dari suatu karya beethoven.

Air yang kian mengalir deras dari mata airnya, seolah tak ingin berhenti menyirami tanah dan bagian-bagian yang tak terjangkau olehnya.

Deraian air dari mata air alami ini, akan senantiasa mengijinkan setiap butiran embunnya menemani di setiap malamku, menyelimutiku, dan akan aku biarkan lenyap melalui pori-poriku, membiarkan dia menyatu bersama aliran darahku...menyusuri setiap nadinya, agar memberiku kesejukan dan kesegaranmu...yang senantiasa membantuku di dalam setiap jengkal karya-karyaku yang sederhana ini...
Terima kasih embunku...



Bandungku, semoga embunku selalu segar dan sejuk menjaga diriku selalu...

eksistensi

Pagi cerah dan ceria, tak sepeti kemarin sore, hujan badai dan butiran-butiran es melanda kotaku tercinta... Mungkin dan cenderung pasti, banyak daerah-daerah dan jalan-jalan protokol di bandung airnya meluap, banjir... Mungkin banyak kendaraan yang mengantri di jalanan, karena macet, dan mungkin juga banyak kendaraan yang mogok, karena mesinnya terendam air dari jalanan dan sungai-sungai kecil, got, dan parit yang airnya tak cukup lagi buat tertampung di sana. Pasti juga banyak pohon yang patah, dan roboh ke bumi...

Pagi ini, cerah ceria... Berada di rumah ibadah, bersyukur dan sejenak meninggalkan urusan-urusan duniawi rutinku...
Tampak salah satu lampu yang bertangkai panjang itu, dari sekian banyak lampu yang ada di situ, bergerak sendiri...berayun-ayun, bagai ada yang sedang bermain di sana....
Mmmhhhh...itulah satu bentuk eksistensi dari dirimu...hehehe...iya, aku tahu koq, kalo kamu pengen dilihat dan diakui bahwa kamu eksis saat itu, meski aku tak dapat melihat wujudmu... Ga tanggung-tanggung...kamu ingin terlihat kalo kamu eksis tuh selama sejam lho...hehehehe...betah amat, nyaman ya...
Berarti yang ngerasa nyaman saat berada di rumahNya bukan aku, dan mereka yang hadir saat itu, tapi kamu juga suka ya...

Oke deh, ga apa-apa juga koq kalo kamu ngerasa nyaman dengan bermain di rumahNya.. Toh DIA juga yang menciptakan dan memilikimu... Asal kamu tetap santun ya hehehe...



Bandungku, lagi ada yang pengen eksis ni....

Sabtu, 24 April 2010

is that true?


That the patience is always have the boundaries?
That the love is always blind?
That the tears will have drying?

The answers are depends of our sincerity and humble....



Bandung, may I know?

Jumat, 23 April 2010

bumi



Bumiku, bumi kita bersama... Kau begitu sabar dalam menopang dan mengayomi seluruh isi yang hidup dan apapun yang berpijak di tubuhmu.
Segala makhluk Tuhan yang bernafas maupun yang telah mati, senantiasa membutuhkan keramahan dan keikhlasanmu.

Hamparan samudera raya, seluruh aliran-aliran sungai dari yang paling kecil hingga sungai-sungai yang paling besar dan terpanjang, dari yang tak bernama hingga yang benar-benar legendaris sekalipun.
Tak terkecuali seluruh hamparan sawah, kebun, dan ladang, padang belantara, dan segala jenis padang rumput. Semak belukar, rawa-rawa, hutan rimba, gunung-gunung, goa, dan gurun pasir yang maha luas, semua membutuhkan ruang darimu...

Betapa semua itu menuntut keagungan, kearifan, dan kebijaksanaanmu. Engkau, diciptakan oleh Yang Maha Pencipta dengan penuh kasih pada awal mula sebelum semuanya dijadikanNya. Dengan menghasilkan buah-buah manis, bunga-bunga yang cantik dan unik, pohon-pohon yang rindang sebagai peneduh jalanmu, tempat berlindung segala binatang yang hidup di darat, di udara, dan di air, yang terlihat maupun yang tidak terlihat, dan sebagai tumpuan milyaran manusia yang ditugaskanNya sebagai penguasamu. Engkau menyerap segala curah hujan dan salju, menampung lebihnya air dari langit.
Belum lagi, segala kekayaanmu yang terus dapat dikeruk oleh manusia, makhluk yang katanya paling mulia, dengan minyak bumi, aneka tambang yang melimpah ruah menantikan tangan-tangan yang bijaksana, penuh cinta kasih dalam menggunakannya.

Manusia adalah yang paling bertanggung jawab memeliharamu. Mencintaimu dengan sepenuh daya. Tak ada sedikitpun salah di dirimu, jika suatu saat, engkau ingin bergerak dan memuntahkan isi di gunung-gunungmu, menggoyangkan dasar di samuderamu yang luas. Karena telah bermilyaran tahun, engkau seperti dituntut untuk diam saja, meski semua menginjakmu dan membebanimu di sepanjang waktu demi kepentingan manusia. Tak ada yang salah di dirimu, jika ada banyak daerah yang longsor di dunia ini. Semua itu karena kerakusan manusia juga yang tidak bertanggung jawab atas tugasnya. Tak ada yang salah di dirimu, jika pada akhirnya engkau menjadi panas bagi para penghuninya. Telah banyak sekali, tak terhitung...berapa banyak pohon-pohonmu yang tercerabut demi kepentingan seluruh umat manusia dan makhluk hidup lainnya.
Engkau dilukai, engkau disakiti, engkau dizalimi, dianiaya, disiksa. Manusia biasanya baru tersadar, jika engkau telah marah, memporak porandakan semuanya. Karena engkau sangat paham betul dengan kerakusan, ketamakan, dan kesewenang-wenangan dari makhluk yang katanya paling mulia ini...

Bumiku, mungkin telah terlambat bagi kami untuk mencintaimukah? Setelah semuanya terjadi begitu memilukan bagi kami manusia, yang kurang - bahkan tak menghargaimu sama sekali. Menyepelekan kehadiranmu sebagai tempat yang maha agung untuk kami tinggali? Kami hanya mengeksplor terus-terusan tanpa memikirkanmu yang akhirnya merugikan kami sendiri. Terlambatkah kami sekarang untuk mengasihimu? Setelah lapisan ozon kian menipis...
Wahai bumiku terkasih...terlambatkah kami untuk peduli lagi padamu? Dengan berbagai gerakan penghijauan kembali yang kami lakukan... Go Green, Gerakan Sejuta Pohon, atau apapun namanya....yang sesungguhnya semua itu pada akhirnya adalah untuk kami sendiri...
Terlambatkah?

Masihkah kau mencintai kami, wahai bumiku tersayang?

Detik ini, aku menangis untukmu, menyadari segala kekhilafan dan segala bentuk 'penindasan' yang telah kami lakukan padamu. Meski aku tahu, bahwa air mataku tidaklah cukup untuk menggantikan segala bentuk lukamu.
Betapa kami membutuhkanmu...tetapi tak merawatmu dengan segenap cinta dan hati...
Kurang menyadari arti dan makna yang sesungguhnya dari penciptaanNya bagi kami sendiri. Menghargai setiap penyelenggaraanNya melalui engkau dalam setiap detik hidup kami...
Sekarang, kami hanya bisa menantikan sebuah konsekuensi logis dari apa yang telah kami lakukan padamu, apapun itu. Karena engkau telah lama terdiam ditelan deru kehidupan kami, seluruh dunia. Engkau tak membutuhkan kami semua, melainkan kamilah yang membutuhkan engkau.
Semoga, apa yang dapat kami upayakan sekarang-sekarang ini, dapat membuatmu tersenyum kembali, dan mampu memperbaiki keadaan yang telah lama rusak.



Bandungku, selamat hari bumi ya...terimalah cinta kasih kami, dan dengan rendah hati, pantulkanlah kembali segala kebaikanmu dengan kesegaran dan kesejukanmu...

Kamis, 22 April 2010

cinta


cinta.... dia agung, luhur, dan mulia
biarlah dia tetap ada di hatiku selamanya
dan biarkan dia dengan segala getaran-getarannya yang ada....

nikmatilah bunga mawar itu...
nikmati saja keindahannya, nikmati keharumannya, dan kagumi Sang Penciptanya...

jangan dipetik dan dimiliki... karena saat kaupetik bunga itu, maka bunga itu akan menjadi layu...
cinta, untuk dinikmati, bukan dimiliki



bandungku, ini satu dialog saat menyadari bahwa segala yang terjadi adalah sebuah anugerah yang tak ternilai....apapun dan bagaimanapun caranya....

ga salah

ga salah, jika aku menyapamu dengan sebutan embun pagiku
karena engkau sanggup mengubah satu keadaan yang gersang dan berdebu, bagai di gurun pasir, menjadi sesuatu yang sangat sejuk dan segar

butiran-butiranmu mampu membasuh seluruh ketidaknyamananku saat itu
beningmupun sanggup melepaskan dahaga dari terik yang menyengatku
terik yang disebabkan oleh apapun juga dan oleh siapapun juga

ga salah, jika aku menyapamu dengan sebutan embun pagiku
karena engkaulah yang senantiasa membimbingku dengan rendah hati
tak bisa terlihat, namun kau begitu terasa di hati
kau, bekerja dengan sangat indah...

terima kasih, wahai embun pagiku... terima kasih... karena aku masih boleh melihatmu lagi, di pagi hari ini...
tetaplah menjadi yang terindah bagi kalbuku, dan melindungiku dengan ketulusanmu
di setiap gerak langkahku


bandungku, beneran cocok deh, aku memanggilnya dengan sapaan embun pagi..hehe..

Rabu, 21 April 2010

ga ada tempat yang aman




ternyata, sejauh perjalananku...ga ada tempat yang membuatku nyaman dan aman...semuanya penuh kepalsuan dan gila kehormatan.
memang, ga ada yang salah jika dunia ini berlaku demikian, karena segala kemungkinan bisa saja terjadi.
hanya, entah kenapa, aku demikian ga siap untuk menerima segala kenyataan yang semula aku bayangkan indah dan membuatku bisa untuk beristirahat dari sekian waktuku. padahal, sebersit dari dalam diriku, entah apapun namanya, sempat memberitahukan hal yang buruk tentang semua ini. instink kali ya...

wasting time? ga juga...
ini semua terjadi di luar kehendakku....! mungkin ini merupakan awal dari pembelajaranku, mengapa aku harus bertemu dengan orang-orang unik seperti ini.
di lain sisi, dia sempat menjadi berkat bagiku dan sesamaku...tapi di lain sisinya lagi, dia bagaikan ga peduli dengan ucapannya sendiri....kalo dipikir, ngeri juga ya...jadi bertolak belakang, antara apa yang dia ucapkan dan apa yang dia perbuat. atau mungkin juga aku yang tolol ya...terlalu polos, nerima sesuatu yang asing, lantas mempercayainya sebagai sebuah blessing?
ternyata, dimanapun kita berada, sepertinya ga ada tempat yang bener-bener indah seperti kata orang-orang. atau mungkin juga, aku yang ga mampu menempatkan diriku di tengah gejolak yang berkepanjangan ini? tapi masa iya sih? apa kurangnya aku? aku udah sedemikian mengumpulkan stok pikiran yang positif, berharap sesuatu yang bernilai yang membuat orang lain nyaman dengan kehadiranku dan apa yang aku perbuat... tapi koq balesannya seperti ini ya..
bukannya aku berharap kembali atas sesuatu yang buatku sangat positif ini, dengan sebuah yang indah pula. tapi wajar juga dong kalo aku beroleh kembali apa yang menjadi hakku... aku ga minta apapun dari siapapun juga koq, terlebih darinya....salahkah aku? bohong kalo aku ga ngerasa sedih dengan semua ini. tapi, apakah air mata bisa membuatku lega? kayanya ga deh... mungkin air mataku lebih baek dipake buat nyiramin cinta aku aja...biar cintaku boleh tumbuh dengan subur dan bisa bermanfaat buat orang yang aku kasihi, yang peduli padaku juga...

mmmhhh... apapun yang terjadi, yang penting aku sudah membuat suatu hal yang bernilai buatnya. ga peduli ntarnya gimana...aku masih percaya koq, kalo hukum alam masih berlaku. makanya, aku serahin aja semuanya sama alam ini. yang setiap waktu bisa kuhirup udaranya dengan cuma-cuma, meski pada kenyataannya, ga ada satu hal yang terkecilpun, yang gratis di dunia ini.
aku akan hadapi semua ini, karena ga ada tempat buatku untuk sembunyi. lagian, kalopun ada tempat buat sembunyi, tetep deh.. ga akan aman....



bandungku, boleh ga aku bete barang sejenaakkk aja...

RADEN AJENG KARTINI


Memandang keteduhan di matamu, kelembutan di wajahmu, kesederhanaan di sikapmu, kehangatan di senyummu...bak lukisan tercantik di batinku, melebihi lukisan senyum monalisa yang penuh misteri.
Dibalik gelar alami yang kau sandang, di balik anggunnya parasmu, sikapmu, dan tutur katamu, tersimpan satu pemikiran yang sangat kuat, menjadi satu bentuk perjuangan yang sanggup menjadi inspirasi dalam sepanjang masa, bagi seluruh wanita di negeri ini, dalam setiap generasinya, tanpa meninggalkan kodratmu sebagai wanita.

Engkaulah salah satu wanita terpilih oleh Tuhan, di antara banyak bunga yang terhampar luas. Dari perjuanganmulah, kami mengenal arti kata emansipasi.
Kau bukan sekedar layak untuk dikenang, seiring dengan karnaval hari kartini pada setiap tahunnya. Tetapi lebih dari pada itu semua, semangat dan cita-citamu sangatlah patut untuk menjadi nafas bagi sebuah keberadaan yang mengaliri seluruh sendi pada setiap bidang, menjadi darah bagi seluruh nadi yang senantiasa mempengaruhi pemikiran, gagasan, dan aktifitas cemerlang dari wanita-wanita Indonesia seutuhnya.

Bahagialah engkau Ibu Kartini, dengan senyum termanismu, di surga dengan namamu yang kian mewangi... semoga, kami dapat menjaga perjuanganmu menjadi bunga-bunga cantik yang lembut dan hangat, namun memiliki kekuatan yang penuh untuk tetap menjadi yang terbaik di dalam hal terkecil, hingga pada suatu hal yang terbesar.


Bandungku, selamat memperingati hari Ibu Kartini ya......

Selasa, 20 April 2010

kangen embun pagiku




hari lewat hari berlalu bagai sebuah putaran roda
yang tak peduli melindas apapun juga yang harus terlewatinya
tak terkecuali aku, tertindas oleh roda-roda sang waktu
yang kangen dengan embun pagiku....
rindu ceriamu yang selalu menampakkan keindahan

pastikan semuanya akan baik-baik saja, katamu...
dan aku akan menunggumu, di tempat biasa



bandungku....duh, waktu terasa lama....

Betapa Indahnya



Keletihan demikian terpancar di wajahnya yang menawan, di antara manisnya senja ini... Meski senyum tak pernah hilang dari bibirnya, namun tetap jelas terbaca satu kepenatan di dahinya.
Meski demikian, aku selalu bangga padanya. Aku selalu merasa tersanjung dan terlindungi olehnya, dengan tutur kata yang manis, jiwanya yang penuh etika, sikapnya yang santun dan romantis, dan selalu menghargai setiap tutur kata dan sikapku.

Betapa indahnya... inti dari saling memberi arti, tergambar di antara ribuan karya kita yang telah tercipta selama ini, sebelum dan sesudah kita bertemu secara alami, diiringi senyum dan gelak tawa tata surya yang menaungi kita.
Betapa indahnya... inti dari saling memberi, membentuk sinergi yang terindah, tak ternilai oleh semua mata manusia di bumi ini...

Memberi, dalam arti sebuah doa.... memberi dalam arti sebuah ketulusan.... memberi, dalam arti sebuah harmoni yang penuh sensasi.... memberi, dalam arti sebuah kasih yang tak terbatas oleh ruang dan waktu, oleh jarak yang membelah kita...

Saling memberi kesejukan, memberi tawa riang...
Saling memberi keteduhan, di bawah sinar matahari yang hangat dan lembut, namun sekaligus terik dan kejam...
Saling memberi kesegaran, di antara keletihan yang mendera...
Saling memberi atensi, di tengah ramainya transaksi kehidupan...
Saling memberi senyum yang paling bermutu saat kepedihan ingin menyapa dan tinggal sementara bersama kita...
Saling memberi kesumringahan, yang berarti kekuatan buat kita...
Saling memberi ruang di hati, dengan kebeningan dan keheningan yang ada, hingga kita benar-benar sanggup menikmati hawanya kebebasan yang bertanggung jawab...
Saling memberi makna dengan kesederhanaan yang benar-benar bersahaja...

Betapa indahnya.... setiap langkahmu, langkahku, langkah kita bersama yang senantiasa diiringi oleh cahaya rembulan di malam hari, lentera jiwa kita yang senantiasa bersinar, cahaya matahari dari awal pagi di sepanjang hari-hari kita berikut angin sepoi dan lirihnya senandung dari lagu-lagu kita bersama, yang disenandungkan oleh dewa dewi yang bersemayam di seluruh alam ini, bersama tetes hujan yang penuh cinta dan kedamaian....


Bandungku, aku rindu serinya yang senantiasa terukir buatku...

pagiku, auraku...

ketika aku menyibak tirai jendela kamarku...segeralah udara pagi berhamburan menerpa wajahku, berlarian ke ruangan kamarku, dan menjadikannya sejuk segar, berikut embun pagi ini, dan aroma bunga di kebun kecilku.

mentari belum memperlihatkan serinya. langit masih kelam dan pekat, tanpa ada bintang satupun yang nampak...apalagi senyumnya bulan yang tadi sore terlihat sabit. langit begitu sepi...
yang terdengar hanya suara kokok ayam jantan milik tetangga yang bersahutan, dan lantunan azan di mesjid seberang rumah dan sebelah rumah, bersahutan pula.
sesekali terdengar suara burung yang kata orang, burung itu adalah sebagai penanda kematian. jika burung itu bernyanyi tak jauh dari rumah kita, maka konon, akan ada yang meninggal dunia di dekat dengan lingkungan kita. hiiiiiii suaranya lumayan bikin merinding.... tak ada suara lain yang hadir pagi itu, di saat itu...

aku segera bangkit dan duduk bersimpuh, sambil kuhela nafas panjang, dan membuangnya kembali dengan sangat perlahan, sambil aku pejamkan mataku....
sejenak, udara yang masuk ke paru-paruku membuatku sadar seutuhnya, mengalir hingga ke otakku, dan seluruh pembuluh darahku.
aku satukan hati dan pikiranku untuk diam sesaat, memaknai sebuah pagi yang sebentar lagi merekah. memaknai sepinya, heningnya, dan berharganya pagi ini. memaknai sebuah pagi sebagai anugerah terindah bagiku. new day, new start!!

pagi yang mengantarkan aku bangun dari mimpi-mimpiku... pagi yang mengantarkan aku untuk berdoa dan menghargai satu awal kehidupan baru dan mensyukurinya... pagi yang mengantarkan aku untuk merawat kebun mungilku... pagi yang mengantarkan aku prepare buat berkarya di sepanjang hari ini... pagi yang mengantarkan aku melihat cahaya agung yang berkuasa mengusir kegelapan di kelamnya malam.

satu yang membuatku sangat merasa istimewa di pagi ini, adalah.... bahwa.... aku boleh melihat dan berjumpa kembali dengan embun pagi yang sangat indah, dengan kilauannya yang bening dan murni menyejukkanku selalu di sepanjang waktuku.

tolong, jangan pernah berubah, wahai embun pagiku.... karena engkaulah auraku!
rasanya, sangatlah patut jika aku berterima kasih kepada pagiku yang telah berkenan memberi auramu untukku. meski hanya setitik, namun engkau sangat berharga bagiku, selamanya...


bandung, aku cinta pagi dan embunnya....selamanya....

Senin, 19 April 2010

berkat


Jika kita dapat menghitung berkat dari langit...betapa hebatnya kita...
Berkat, bagai air hujan yang melimpah turun ke bumi dengan sekehendaknya, mana mungkin kita dapat menghitung pilar-pilar dan mahkota-mahkotanya?
Jika berkat yang setiap saat harus kita terima, adakah yang dapat menghentikan lajunya?
Pun dengan kecelakaan yang tak kita harapkan sedikitpun...

Jalan kita sudah tersedia, tak ada yang dapat menolaknya...
Jika saja kita bisa memperbaiki keadaan yang paling sulit sekalipun, dapat ditukar dengan satu detik lari jauh...

Jalan kebaikan dan kesusahan akan senantiasa ada
Menyapa seluruh kehidupan kita...
Akan ada jalannya, jika kita memang harus berjaya, setelah lelah berjerih payah
Lelah letih kita yang akan tampak berkatnya
Namun jangan lupa, jalan kehancuranpun selalu mengintai, jika kita lengah barang sedetikpun...


Bandungku, semoga lelah letih kita boleh berbunga dan berbuah berlimpah-limpah selamanya...amin

suatu ketika

ketika kamu berarti bagi seseorang...
apa yang akan kamu lakukan untuknya?
ketika kamu dirindukan oleh seseorang...
apa yang akan kamu perbuat padanya?
ketika kamu ternyata dicintai oleh seseorang...
apa yang hendak kamu katakan padanya?

ketika kamu mengetahui bahwa dia telah menangis karenamu dan untukmu...
apa yang akan kamu bisikkan di telinganya?
ketika kamu mengetahui bahwa dia kagum padamu...
apa yang akan kamu reaksikan padanya?
ketika kamu akhirnya menyadari bahwa dia ternyata memikirkanmu...
apa yang akan kamu berikan padanya?
ketika kamu menyadari, bahwa dia peduli padamu...
apa yang akan kamu persembahkan buatnya?
ketika kamu mengetahui, bahwa dia menunggumu...
apa yang akan kamu sampaikan padanya?

berjuta gugusan bintang di langit tak akan sanggup membalasnya
pun dengan kerlap kerlip cahaya yang terbias di baliknya
hawa pegunungan dan angin sepoinyapun tak akan sanggup mengombang-ambingkannya...
berjuta nada yang tersimpan di udara tak akan sanggup untuk membuatnya bahagia di saat dia menangis...
bahkan, gemerlapnya duniapun tak akan sanggup menebusnya!!!

hanya ketulusan yang suci, yang sanggup membuatnya nyaman
hanya kesederhanaanlah yang mampu membuatnya tenteram
hanya senyum dan kasih murnilah yang sanggup menjadi filternya
hanya kejujuran dan kesetiaanlah yang sanggup meluluhkannya
hanya pikiran positiflah yang sanggup membalasnya
hanya ucapan santunlah yang sanggup memanjakannya
hanya pengertianlah yang sanggup membuatnya menjadi agung

jika semua hal ini telah ada di batinmu...
maka bersiaplah untuk menjadi kekasihnya...
karena, dia tak akan pernah membiarkan dirimu menjadi angkuh dan arogan...
melainkan dia akan menumbuhkan di hatimu rasa hormat dan rendah hati...


bandungku, aku ingin menikmatimu dengan utuh....di suatu ketika....

Sabtu, 17 April 2010

pakaian

kehidupan, tak ubahnya seperti pakaian yang kita gunakan sehari-hari. Dia terbuat dari alam, yang berasal dari pohon kapas. Kapas dipintal, dan akhirnya menjadi kain. Kain tidak hanya satu warna, melainkan banyak warna, dengan motif yang beraneka pula. Kain, belum bisa maksimal kegunaannya, sebelum kita bentuk sesuai dengan kebutuhan kita. Kain sprei, kain jeans, kain kaos, kain katun, dan apapun jenisnya, bisa kita gunakan jika telah dijait menjadi pakaian buat kita. Tentu saja ini menjadikan pakaian tak pernah bisa lepas dari kehidupan kita sehari-hari yang merupakan kebutuhan primer.
Pakaian juga memerlukan perawatan, agar warna dan kualitasnya tetap terjaga hingga waktu yang lama, tergantung dari jenis kainnya.
Salah satu perawatannya adalah dengan mencuci pakaian tersebut, dan kemudia n menyetrikanya, agar pakaian senantiasa tampak halus dan indah. Semua itu ada caranya.

Seperti kita manusia yang hidup di dunia ini, dengan banyak karakter, suku, dan bahasa, juga religinya, adat istiadat, kebudayaan, dan lain-lain, yang menandakan corak seperti pada kain yang tercipta. Semua perbedaan itu harus kita pelihara agar tercipta satu harmony yang sangat indah.

Jika kita masih berada di dalam lingkungan keluarga kita, artinya kita belum berpisah karena pekerjaan atau sekolah, yang mengharuskan kita tidak bersama lagi dengan keluarga kita, tentunya mencuci dan menyetrika tidak dilakukan sendiri-sendiri. Secara bersamaan, kita akan mencucinya, kemudian menyetrikanya.

Ada hal yang menarik perhatianku pada saat aku menyetrika pakaian. Semua, aku kerjakan tanpa pandang bulu. Aku lakukan dengan tulus. Kemudian pada saat memilah pakaian berdasarkan pemiliknya, akupun jadi berpikir bahwa, kita manusia akhirnya akan mengalami kesendirian. Artinya, bahwa pada akhirnya, kita akan mengalami kematian, yang akan membawa seluruh amal dan perbuatan kita selama kita bersama-sama di dalam lingkungan kita, dimanapun kita berada. Semuanya sendiri-sendiri, masing-masing, tak peduli apapun yang melekat di dalam diri kita, dan siapapun diri kita.

Gambaran kehidupan yang tampak pada pakaian, mulai dari asalnya hingga dia menjadi sebuah proses, adalah merupakan contoh buat kehidupan kita. Bagaimana kita dengan cinta kasih Tuhan telah berkenan menciptakan kita hingga kita terlahir sempurna, sampai kepada seluruh proses pendewasaan melalui suka duka hidup kita yang akan membuat kita kuat lahir dan batinnya. Bahwa memang, kita melalui hari demi hari seperti pakaian yang dicuci, dipakai, dan dicuci kembali, begitu seterusnya. Demikian juga, pada saat pakaian kita disetrika, seperti kita sedang dimurnikan dan akhirnya seperti pakaian yang dipilah...bahwa kita, tak selamanya akan bersama dengan orang-orang terkasih kita.


Bandungku, aku cinta kamu, dan orang-orang sekitarku, dan juga dia......

Jumat, 16 April 2010

adrenalin

Bicara soal adrenalin memang asik...banyak tantangan yang terlampaui berkat adrenalin kita yang memuncak.
Seperti kisahku saat aku masih kelas dua sekolah dasar. Hari itu, aku tidak pergi ke sekolah karena sakit. Sakitku disebabkan oleh demam tinggi mulai waktu sore hari hingga malam dan kepala yang pusing.

Besok sorenya, ibuku membawaku ke dokter umum yang berjarak sekitar 700 meter dari rumahku. Dengan berjalan kaki, aku digandeng oleh ibuku. Aku ingat, waktu itu sore cukup cerah, dan aku mengenakan baju anget berwarna merah. Aku lebih familiar dengan sebutan baju anget daripada jacket, karena baju angetku yang bertekstur kaya selimut, yang kainnya agak berbulu.

Ibuku, membawaku ke jalan setapak, biar cepet nyampe, karena jalan itu merupakan jalan pintas menuju ke dokter.
Di tengah perjalanan, aku melihat eng-eng, orang-orang menyebutnya demikian. Dia adalah seorang tuna netra dengan tongkat di tangan sebagai penunjuk jalan baginya. Aku, yang masih kecil, takut jika melihat atau berjumpa dengannya. Dia selalu berteriak-teriak sambil berjalan, yang bagiku suaranya sangat menakutkan pada saat itu. Oleh karenanya, jika aku sudah mendengar teriakannya dari jauh dengan suaranya yang khas, aku langsung lari ke dalam rumah, atau jika ada ibuku, aku langsung sembunyi di balik badan ibuku. Hehehe, kalo dipikir ya, apa yang membuatku takut, sementara dia tidak bisa melihat, dan dia ga tau aku sembunyi atau tidak. Tapi itulah kenyataannya. Aku takut karena teriakannya dan profilnya yang menakutkan bagi windflowers kecil.

Saat aku melihat dia, dan hendak berpapasan dengan eng-eng, aku langsung melepaskan tanganku dari genggaman tangan ibuku, dan aku lari sekenceng-kencengnya... Ibuku tak bisa menahanku, meski beliau sempat bilang padaku bahwa, dia ga akan menggangguku. Karena rasa takut yang mendalam, aku tak menghiraukan nasihat ibuku, dan genggaman tangan ibuku pun aku lepaskan. Tak kuhiraukan teriakan ibuku yang memanggi-manggil namaku. Aku lari lumayan agak jauh, dan masuk ke rumah salah satu warga di gang itu, dengan nafas yang tersengal. Keringatpun bercucuran. Mungkin juga wajahku pucat pasi karena selain rasa takutku, juga karena kondisi badanku yang sedang sakit. Ibuku mencariku ke mana-mana. Beliau agak kehilangan jejakku. Sampai saat ibu menemukanku, beliau berkata kepada pemilik rumah, "punten ibu, ini anak saya udah tiba-tiba masuk ke rumah ibu. Maaf ya bu, mangga...permios." Kata ibuku meminta maaf pada pemilik rumah, karena aku udah sembunyi di rumahnya. Sebetulnya aku ga masuk ke dalem rumahnya sih. Hanya di teras yang tertutup benteng rumahnya. Jadi aku tak terlihat oleh eng-eng. Ibu pemilik rumahpun berkata dengan ramah, "ga apa-apa ibu, namanya juga anak-anak." Kata pemilik rumah, setelah ibuku bercerita sedikit mengapa aku sampai di sini.

Setelah saling bertukar senyum, ibuku langsung menggamit tanganku dan menuntunku. Sambil berjalan pulang, aku bilang sama ibuku bahwa aku ga mau ke dokter, karena kepalaku udah ga pusing lagi, dan suhu tubuhkupun sudah normal kembali. Ibuku menuruti keinginanku, setelah beliau menyentuh kening dan leherku dengan tangannya. Memang, tubuhku saat itu dingin, karena aku berkeringat.

Akhirnya aku benar-benar tak jadi ke dokter, karena aku sudah bisa pergi ke sekolah pada esok harinya. Sebuah ketakutanku yang mampu memicu adrenalinku muncul ke permukaan, sehingga bisa menjadi obat bagi sakitku, mampu menciptakan sebuah anti bodi untuk daya tahan yang alami bagi tubuhku, sehingga dia menjadi segar kembali.

Hingga kini eng-eng masih ada dan masih suka berkeliaran, tetapi dia sudah tidak berteriak-teriak lagi, karena mungkin dia sudah tua. Jika kebetulan dia lewat di depan rumahku, aku jadi ingat peristiwa ini, puluhan tahun yang lalu, dan tentu saja aku sudah tidak takut lagi jika melihatnya. Yang ada jadi pengen ketawa, jika ingat kekonyolanku waktu ku kecil dulu.
Terima kasih eng-eng, karena engkau udah jadi berkat bagi kesembuhanku waktu itu, meski aku harus mengumpulkan adrenalinku terlebih dahulu. Aku tak tau namamu yang sebenarnya, tapi aku yakin, doaku buatmu ga akan tertukar dengan yang lainnya.


Bandungku, nostalgiku...hehehe

mutiaraku




Kau hadir disaat aku galau, oleh berbagai pengalaman hidupku
Kau hadir menepis keraguanku, bahwa kau bukan hanya sekedar sebuah ilusi bagiku
Kau hadir di tengah malam gelap dan dingin
Membawa sebentuk cahaya nan indah gemerlap, masuk ke dalam hatiku yang mengharu biru

Setiap tutur katamu, menjadi sebuah doa bagiku, yang mampu menyemangati dan menyadari, bahwa hidup ini penuh warna
Setiap tutur katamu, bukanlah mantra bagiku, yang membuatku malas berjuang menjalani lakon sejatiku
Setiap tutur katamu, adalah rangkaian pengharapanku akan sebuah masa yang sangat cantik
Setiap tutur katamu, adalah pengajaran bagiku, yang senantiasa mendidikku, bahkan terkadang menghajarku demi satu kebaikan yang tersembunyi di baliknya

Tak mudah aku untuk menemukanmu, di antara sebegitu banyaknya lentera yang bersinar, dengan cahaya dan kualitas sinar yang sama
Aku hampir tak bisa membedakannya, hanya dengan hati dan intuisi alami dan tuluslah yang mampu menemukanmu
Merasakan sentuhan senyummu yang mengobati luka
Merasakan belaian tanganmu yang lembut menenangkan nurani
Merasakan kapasitas yang kau tawarkan dengan ke-eksotisanmu

Tak mudah aku menemukanmu, di antara jalan yang berliku, penuh bebatuan, beribu-ribu kilometer jauhnya, penuh tikungan dan tanjakan 45 derajat
Di antara cabang jalan yang harus kupilih, hanya dengan kepekaan inderaku, aku akhirnya menemukanmu
Menemukanmu dalam pekatnya malam dan sejuknya pagi

Kau telah menjadi mutiara bagi kalbuku
Kau telah menjadi mutiara yang berkilau terangnya di seluruh lahan hatiku
Kaulah mutiaraku yang tak lekang oleh waktu
Kaulah mutiaraku yang akan selalu kujaga dengan segenap jiwa dan ragaku, tetapi dengan segenap kesederhanaanku dan ketulusanku
Kaulah mutiara yang paling indah yang pernah aku temui
Kaulah mutiara...mutiara yang selalu tersenyum hanya buatku, meski kau selalu dipandang indah oleh orang-orang yang menjangkau dirimu, melihat pesona senyummu
Kaulah mutiaraku buat selamanya.....


Bandungku, jangan kau ambil mutiaraku....

Kamis, 15 April 2010

saling mengasihani

di manapun kita berada, dan siapapun diri kita, kita pasti pernah mengalami sebuah rasa belas kasihan yang muncul dari dalam hati kita terhadap teman atau siapapun dia, karena kita melihat kondisinya. entah itu karena kondisi ekonominya, atau kondisi dirinya sendiri, atau faktor lainnya yang melekat pada diri seseorang.

ini terjadi ketika para wanita khususnya, melihat penawaran tas yang bisa dicicil dengan beberapa kali angsuran. harganya sih lumayan mahal, karena barang ini import dari luar negeri. tak banyak yang mengambil barang ini, karena dirasa cukup mahal. aku aja, kalo ga ada yang ngasih, rasanya sayang, untuk mengeluarkan uang yang bagiku cukup besar, hanya untuk sekedar tas, meski aku tau, kualitasnya pasti bagus.

satu hari, akhirnya ada satu ibu yang mengambil tas itu. kita hanya saling pandang. kita, melihat dia membeli barang itu, bukan karena ga boleh. tapi kita tau kondisi keuangannya, yang pas-pasan. aku juga heran, kenapa dia sampai berani ngambil barang itu, padahal kalo diliat, tasnya belum rusak, bahkan cenderung masih bagus dan kuat. ya sudahlah, ga usah dibahas lagi tentang itu. mungkin memang dia sangat membutuhkan barang itu.

hingga sampailah pada suatu hari, aku mengetahui alasan yang sebenernya, mengapa dia mengambil tas tersebut. dari cerita yang didapat, ibu itu mencicil tas hanya karena rasa iba kepada penjualnya. dia merasa kasihan, karena teman-teman yang lain ga beli barang yang ditawarkan oleh orang itu.

tawa dari bibirku yang melebar, setelah mendengar alasan dari ibu itu. karena aku juga mengetahui, bahwa si penjualnya juga merasa kasihan kepada ibu itu, karena dia tau kondisinya. lebih tepatnya, si penjualnya merasa ikut berempati dengan keadaan ibu itu, dan dia malah merasa keberatan, koq malah ibu itu yang mengambil barang dagangannya. kami tak bisa menahan tawa manakala mengetahui bahwa hal ini benar-benar terungkap, karena selama ini ibu itu meminta kepada teman yang menceritakan itu, untuk tidak memberitahukannya kepada penjualnya. tetapi teman itu yang juga adalah teman ibu itu dan si penjual, tetap menceritakan apa yang diucapkan oleh ibu itu, setelah teman itu mendengar keluhan dari si penjual, karena sampai hari ini, ibu itu belum membayar cicilannya.

peristiwa yang boleh dibilang unik dan lucu. bahwa niat suci tak selamanya ada pada tempatnya. seperti ibu itu. sebenernya niatnya yang ingin membantu, tetapi dia melupakan kondisinya sendiri yang tak mampu untuk memenuhi cicilannya kelak. dan itu telah terbukti.
sementara si penjualnya juga dengan niat yang suci mau melepas barang dagangannya kepada ibu itu, karena merasa kasihan, tetapi sekaligus merasa tak berdaya dengan dugaannya sendiri. apakah ini bisa juga disebut dengan kasih yang salah? hehehe

sejatinya, rasa belas kasihan dari dalam hati kita hendaknya proporsional, tak berlebihan, dan mampu menjadikan sebuah amal bakti yang tulus buat sesama kita, tanpa harus merugikan diri kita sendiri, terlebih merugikan orang lain.


bandungku, kasihanilah daku....hehehehe....

Rabu, 14 April 2010

this night


i don't know why, that this nite i'm just woke up from my sleeping tight, and suddenly, i just remember you... this is sound a classic thing, i think so, but i can't do anything about my mind and my hard feelings... so, i'm writing here bout my nite for this moment.

i can hear the song of the wind at this moment, and i can enjoy with all my heart, all the things what happening in this time, in my nite. my eyes can't sleep anymore, coz my sleepy was gone, and my feeling can see that you are here, with your charms, your smiles, and your soul.
now, let me guess what you doing too. i'm sure with my feeling, that you're doing some jobs and some tasks, or you aren't have time for yourself to get a quality for rest. but i hope, that now, you were sleeping with your sweet dreams in your great nite.

through the line, i can see what you do, what you thinking about, and what you wants.
through the line, i can feel so happy with you and everything can to do to me. i love this moment. i love how you treat me, anyway.
i can remains all about you that you are the best thing for me.
through the line, i want to pray for the peaceful of the world, especially for you, for your health, your body and your soul, that you might be always do the best from the best there are. can do the best in everything can do, just for yourself, whatever, whenever, and wherever you are.

please make the peoples in your environment always be happy just because of you.
with your smiles, you must to be the nice person for each others.
with your love, you must be lovely.
with your care, you must to be a sensitive person for helping your sesame in every your way, wherever that you are.
with your great capability, once again, you must to be the best, not to be number one, and always keep your responsibility in every step you made.
with your brain and your smart, you must to prove that you can build something priceless for you and for others, for your job at isolated area, and many more districts which need your reach help in all situations.

with my prayers for you, i hope that can make you to be stronger than yesterday, that will accompanying you in every your steps in your life, can make the breath for your words, that you can say, for your behave for your kind behavior, for your thinking about everything, and for your better wisely in all your day, forever... amen...


my bandung, my heart will on and on for the prayers
in the middle of my nite, 01.10 am... at 14042010

nyamuk

di suatu senja yang cerah tanpa mendung dan hujan, dengan langit yang biru bersih di musim kemarau kala itu, saat anak-anak ibuku berkumpul, mengaso, termasuk aku, setelah bekerja seharian, dengan penuh kehangatan di dalam keluargaku. di tengah candaan dan cerita yang diselingi joke-joke yang segar, membuat satu paduan tawa yang bisa jadi membuat tetanggaku iri. aku sangat bersyukur dengan keadaan keluargaku, karena dengan jujur tetanggaku itu pernah berkata padaku, bahwa kehangatan keluargaku tidak bisa didapat oleh keluarga-keluarga yang lain, termasuk di keluarganya. pada saat itu, aku hanya tersenyum mendengar kata-katanya.

pada saat berkumpul itulah, aku melihat ada nyamuk di pipi kakakku yang cowok. dengan sigap, tanganku mendarat di pipinya, sementara dia masih berceloteh tentang cerita di kantornya.
"plaaakkkkkkk!" terdengar suara tanganku membentur pipinya dengan keras
"aduuuhhhh... apaan sih ini?" tanya kakakku yang kelihatan kaget, setelah 'ditampar' olehku.
"heheheh...itu ada nyamuk, mas..." jelasku sambil nyengir
"tapi, nyamuknya ga kena...dia keburu terbang...hehehe," sambungku lagi, sambil menahan tawa, dan diselingi rasa bersalah padanya.
"daripada kamu tampar, aku mending digigit nyamuk, dah...biarin bentol sebentar," kata kakakku sambil mengelus-elus pipinya.
kontan, tawa seluruh kakak beradik yang sedang berkumpul di situ meledak...kami waktu itu ada ber-enam, termasuk ibuku.
akupun segera mengelus-elus pipinya sambil meminta maaf padanya, apalagi setelah aku lihat cap jari-jari tanganku yang menempel merah di pipi kirinya. kakakku pun tersenyum, sambil mengelus rambutku. ah...indahnya kekeluargaan ini...

nyamuk, memang satu hewan yang kecil bersayap, yang bisa dianggap musuh bagi manusia, karena dia dapat mengakibatkan penyakit yang mematikan, akibat gigitannya yang sederhana dan tampak sepele.
namun, di lain sisi, nyamuk juga punya hak hidup. aku pernah mendengar dari kakekku perihal nyamuk. nyamuk hanya dikasih umur selama dua minggu saja, artinya, perkembangannya yang mulai dari telur hingga dia dewasa, memerlukan waktu sekitar sepuluh hingga dua belas hari, dengan kemampuan terbang berkisar antara empat puluh hingga seratus meter, dari tempat berkembang biaknya.

kakekku waktu itu sempat menuturkan, bahwa, kita manusia, selalu heboh dengan hewan kecil yang punya daya yang super sebentar itu, termasuk aku, yang heboh ingin mematikan nyamuk dari pipi kakakku. aku melakukan itu, karena aku sangat menyayangi kakakku. namun ternyata, rasa sayang yang aku tunjukkan, dapat menimbulkan masalah baru buat dia. selain rasa sakit karena tertampar olehku, cap jari-jari tanganku yang membekas di pipinya, membuat dia malu untuk keluar rumah, walau untuk sekedar membeli rokok di warung depan rumah. hehehehe...maafin aku ya mas...aku janji, ga akan aku ulangi lagi, kalo suatu saat nanti ada nyamuk yang hinggap di pipimu, atau di jidatmu. aku ga akan heboh lagi deh...aku akan nurutin juga apa yang kakek omongin, tapi bukan berarti pula tak berhati-hati dengan hal-hal yang bersifat sepele dan sederhana...dan dengan keyakinanku, bahwa nyamuk yang menggigit kita, ga akan bikin kita sakit. tapi membantu mematangkan telur yang ada di rahim nyamuk betina itu, karena daya waktu mereka yang sangat sebentar itu.


bandungku, aku jadi kangen saat-saat seperti yang aku ceritain...tapi, aku ga bakal nyakitin lagi siapapun...

Selasa, 13 April 2010

pelajaran di suatu pagi

perjalananku di suatu pagi, ketika semuanya hendak pergi memenuhi panggilan hidupnya, kecintaan yang mengejawantah, dan dengan suka cita menyambut pekerjaan yang hendak dilakukannya dengan semangat di suatu pagi yang cerah, dengan sinar matahari yang menyelusup di sela-sela dedaunan rimbun di jalan yang kulalui.

tampak seorang lelaki dengan berkendara sepeda motor jenis bebek, dengan berbagai macam makanan di belakangnya...ada kerupuk aci berwarna kuning, yang biasanya ditaburkan di santapan bubur atau nasi kuning, atau nasi uduk, dan beberapa kantong hitam yang tak bisa kutebak isinya.
tapi jika diamati, mungkin lelaki ini hendak berjualan di sebuah tempat yang harus dituju dengan sepeda motornya.

sepintas lalu, tak ada yang istimewa dengan apa yang aku lihat. namun setelah aku amati dengan jelas, aku melihat seperti ada kuk yang dibawa serta juga oleh lelaki ini...(aku ga tau dia bapak-bapak atau masih muda...soalnya aku ngeliatnya dari belakang hehehe).
dia menidurkan kuk nya memanjang di sebelah kiri, sama dengan letak untuk memindahkan gigi sepeda motornya. aku mengernyit demi memperhatikan apa yang aku lihat ini. setelah aku amati dengan seksama, aku baru sadar ternyata lelaki ini punya satu kekurangan di kaki sebelah kanannya. alangkah terpananya aku melihat pemandangan ini. betapa untuk mencari rejeki harus benar-benar butuh perjuangan dengan kerasnya. aku jadi malu dan lalu introspeksi dengan diriku sendiri. aku yang terlahir sempurna, tak ada kekurangan apa-apa, malah sering malas dengan apa yang ada di depan mataku. bahkan kadang, aku lupa buat bersyukur untuk satu hari saja yang telah aku jalani sepanjang hari tanpa ada gangguan apapun juga.

mungkin apa yang aku lihat tadi pagi, ga ada yang aneh...ga ada yang istimewa...sangat sederhana...
tetapi buat aku..makna dari penglihatanku pagi itu sungguh memberikan sebuah cermin yang amat berharga. sebuah cermin yang mahal banget...
aku ga sempet mengabadikan salah satu bentuk perjuangan yang aku lihat ini, karena saking terpananya...tertegun, hingga dia berlalu di balik kendaraan-kendaraan lain yang ada di depanku.


bandungku, hikmahmu begitu indah buatku...

Senin, 12 April 2010

pelangi


sore itu di antara kepenatan otak dan raga setelah seharian menyelesaikan tanggung jawab dengan sepenuh cintaku.
setelah sekian jam berkutat dengan segala permasalahan yang ada, tak ada sesuatu yang terkecilpun yang dapat aku lupakan.
aku ingin menyelesaikan segalanya dengan sempurna, atau setidaknya tidak ada yang tercecer...semua bisa terselesaikan saat itu juga.

kemacetan kota yang lumayan padat, karena saat sore itu adalah saat-saat di kebanyakan instansi juga memberlakukan jam yang sama
dengan saat aku pulang.
letih dan lelah masih harus aku jalani...sepanjang jalan pulang, aku selalu menggenggam hp, hanya untuk sekedar mengisi kepenatanku, aku biasanya browsing, atau mendengarkan musik dari mp3-nya.

mendung yang mengiringiku ketika itu...aku rasakan cukup lumrah untuk kotaku tercinta ini..
kondisi cuacanya yang susah ditebak, dengan bahasaku, cuaca yang manja, karena semuanya ga bisa diprediksi. sebentar panas, tapi sebentar langsung mendung, dan tak lama kemudian hujan...
mendung sehabis hujan yang tak terlalu deras...masih di jalan yang aku lalui.....

ternyata aku mendapatimu di sana, dari arah timur seolah kau tengah memperlihatkan semyummu padaku...aku tak menyangka...
rasa penat dan letih tiba-tiba hilang, setelah melihat larik-larik cahaya di atas langit kotaku tersayang ini...
lima larik warna warni cahayamu yang terpancar, meski tak utuh. dengan lengkunganmu..telah membuatku benar-benar bahagia.
bahagianya seperti bertemu orang yang paling terkasih yang sudah sekian lama tidak berjumpa....

senyumku mengiringi keindahanmu, meski aku melihatmu di tengah kota yang padat, saat orang-orang juga bermaksud sama denganku, pulang ke rumah dengan selamat..
kepadatan di jalan itu beserta hiruk pikuknya, tak mengurangi keindahanmu barang setitikpun
engkau tetap menyimpan keabadian indahmu, terangmu, agungmu, dan tulusmu.

aku menyadari, bahwa hadirmu hanya sesaat, bahkan hanya sangat sesaat lalu, karena setelah aku sampai di pintu rumah, kau telah melebur kembali bersama duniamu di atas sana.

dengan sederhana aku abadikan moment ini sebisa mungkin, agar terbentuk satu kenangan dan ikatan batin antara kau dan aku...
aku menganggapmu sebagai anugerah, karena aku dapat melihatmu dengan salah satu inderaku, dan terlebih lagi karena engkau salah satu tanda kekuasaanNya, yang turun dari langit, meski secara ilmiah, engkau hanyalah titik-titik air yang tersinari oleh matahari..
engkaulah tanda bagiku bahwa DIA masih mencintaiku dengan apa adanya diriku dan mengampuniku, juga seluruh umat manusia di bumi ini...


Bandungku, hatiku damai dan tenteram setelah melihat pelangimu, dan aku akan terus merindukannya...teruslah kau mewarnai bumimu, laksana pelangi yang sudah menentramkan hatiku...

Minggu, 11 April 2010

kekasih hati


Senantiasa menemani langkahku di setiap detiknya
Senantiasa ada dalam setiap helaan nafasku
Menyisakan rasa haru yang begitu mendalam, membuatku menitikkan air mata yang bening dan murni
Rasaku benar-benar luruh, seiring air mata yang mengalir pelan, seperti membentuk anak sungai di kedua pipiku
Takkan kubiarkan air mata ini berhenti mengalir
Aku ingin dia terus mengalir...hingga dadaku lega dan menyucikan sanubariku

Di setiap keramaianku kau senantiasa hadir, pun di saat-saat sepiku
Dalam setiap indahnya alam yang sempat kujangkau, kaupun selalu ada berikut senyum yang menawan
Siap memenjarakan hatiku...

Aku tak berdaya menolak semua rasa ini, karena aku tak berani untuk melawannya
Aku tak kuasa menatap sinar matanya yang memancar bagai menghujam jantungku, meski penuh kelembutan
Aku tak berani menghindarinya...
Sungguh, aku tak berani...!!
Jangankan untuk lari menghindari, beringsut satu milipun darimu, aku tak berani
Aku tak punya kuasa apapun untuk lari sejauh mungkin darimu...
Tulang-tulangku terasa rapuh, bagai kena osteoporosis (hiii amit-amit, jangan nyampe deh..!!), jika aku tak menyebut namamu

Aku tak bisa lagi untuk mengingkari semua ini
Tak bisa memungkiri perjalanan rasa yang begitu damai, saat aku bersamamu
Aku ingin kau gandeng tanganku selalu, menuju ke tempat yang katanya indah itu
Aku ingin kau gendong, jika aku mulai letih di perjalanan hidupku, hingga hanya ada sepasang telapak kakimu saja yang kau tinggal sebagai jejakmu
Aku ingin kau jadi pelindungku di saat-saat aku paling membutuhkanmu dalam hari-hariku
Aku ingin kau selalu mengajari aku apapun juga, termasuk segala ilmu pengetahuan dan seluruh balada yang ada di bumi ini kepadaku, dengan kelembutan dan kesabaranmu, juga dengan kebijaksanaanmu
Aku ingin pundak dan dadamu, untuk tempatku menangis di saat aku ingin menangis, karena deraan hidup yang terus membayangiku
Aku ingin kau menjadi tempatku tertawa dan tersenyum
Aku ingin kau menjadi sandaran hatiku dan pelabuhan jiwaku selamanya, hingga ku menemukanmu di dalam tubuh dan jiwa.....


Bandungku, kulihat pelangi di langitmu...

Sabtu, 10 April 2010

berbagi


Kau, telah memberiku hadiah terindah yang mungkin tak kau sadari
Kau, telah membuatku mereguk udara baru yang belum pernah aku reguk sebelumnya
Kau, telah memancingku untuk belajar apapun yang belum aku ketahui sebelumnya
Kau, telah memberiku sepi yang paling berharga bagiku

Aku rasakan semuanya, seperti aku tengah berdua denganmu di malam yang hanya diterangi sinar rembulan dan kedipan bintang-bintang yang ikut bahagia melihat kehadiran kita dalam hamparan alam yang senantiasa memberi nafas buat kau dan aku dengan cinta yang tak bisa diukur dengan kata-kata

Aku alami ini, seperti aku tengah berdua denganmu di dalam semilir angin yang bergelombang halus, dan tatapan mata teduhmu yang memandangku penuh kasih dan kekaguman yang sempurna, membuat jantungku berdegup semakin tak beraturan memompa aliran darahnya menjadi sesuatu yang amat bergejolak di dadaku

Aku rasakan semuanya, seperti saat kau genggam tanganku, lalu kau kecup dengan mesra punggung tanganku dengan seluruh rasa hormat dan apresiasimu padaku, seolah aku ini adalah wanita yang paling mulia di dunia ini, di tengah eksotisnya pantai ini

Aku merasakan semua ini, seperti saat aku berada di dalam dekapanmu yang hangat, sambil berbincang seadanya, namun tetap memiliki local content yang berkualitas untuk diperbincangkan, sambil terkadang kau cubit hidungku disela tawa kita yang memecah suasana romantisnya

Aku merasa, seperti tengah kau ajak aku dengan menggandeng tanganku pergi ke suatu tempat yang amat asing bagiku, namun sangat sejuk dengan keasrian yang alami, merasakan petualangan baru bagi kita berdua, bagai berada di bukit dan lembah yang hijau nyaman berseri

Aku merasakan semua ini, seperti tengah kau ajari aku sesuatu sambil kepalaku bergayut manja di dadamu yang luas dan dengan kelembutanmu mengajarkan aku, selalu membuat dadaku kembali bergemuruh menikmati setiap ucapan dan kelembutan yang seolah hanya ada buatku

Aku merasakan semua ini, seperti sebuah kebebasan yang menghambur ke arahku, karena kau terlihat sangat menghargai kebebasan yang bertanggung jawab dengan satu jiwa yang tak menuntut apapun dan menerimanya dengan setulusnya jiwamu, dibiarkan mengalir alami, sealaminya alam

Aku merasakan semua ini bahwa kau seperti membimbingku ke tempat yang tenang dan teduh untuk menikmati seutuhnya getaran-getaran yang tercipta secara natural tanpa rekayasa dan menyimpannya di dalam hati, kemudian mencurahkannya dalam bentuk perhatian, semangat hidup, kangen, dan selalu berpikiran positif dalam segala hal

Aku merasakan semua ini hanya dengan memejamkan mataku
Melalui senandungnya malam, kau seperti tengah menunggu tidurku, menyelimuti tubuhku dengan cinta kasihmu, mengecup keningku dengan segala tutur katamu yang santun

Aku merasakan semua ini seperti kau sedang berada jauh dari pelukanku, menunaikan kewajiban yang penuh dengan rintangan dan cobaan, tanpa sedikitpun kau mengeluh demi kehidupan yang kaujalani, dan aku hanya bisa berdoa untuk seluruh keselamatanmu

Aku merasakan semua ini bagai aku mengisi lembaranmu, dan kau mengisi lembaranku
Sinergi yang indah, tercipta dengan sendirinya tanpa ada yang memintanya...semua terjadi sangat pelan-pelan
Kau telah membuat tempat bagiku untuk berkreasi dengan kemampuanku yang seadanya, menjadi seperti kemampuan yang sangat luar biasa

Inikah cinta?
Semua yang kurasakan sangat unik tak bisa disamakan dengan apapun juga di dunia ini...

Inikah cinta?
Dengan getaran-getaran yang halus, tak tampak oleh sensor tercanggih sekalipun, namun dapat terasa oleh hati yang peka..

Inikah cinta?
Jika semakin dibagi, maka semakin bertambahlah sesuai dengan kodratnya, karena cinta bukan sepotong roti, yang jika dibagi dia bisa habis

Akan kunikmati sepenuhnya keunikan ini
Karena aku ingin mengerti kapan kau sedih, kapan kau bahagia, ingin mengerti kapan kau malu, ingin mengerti saat kau terluka, dan ingin mengerti kapan kau kangen

Dinamika cinta yang sarat dengan makna, karena keunikan dan keindahan cinta itu justru terletak pada dinamika cinta itu sendiri saat kita berbagi, yang bergerak memenuhi hati, dan oleh karena itu lah mengapa cinta tak dapat diukur

Sekali lagi, aku akan menikmati semua yang kualami kini dan akan kusimpan di dalam hatiku selamanya
Karena cinta adalah sesuatu untuk dinikmati, bukan untuk dipetik...


Bandungku, hatiku penuh bunga

kuncen hatiku

Terbangun dari tidurku malam itu
Saat kabut pekat turun, dan embun pun mulai memerciki dedaunan dan rerumputan ilalang
Meluruhkannya ke bumi dengan sangat rendah hati
Kuhirup udara yang penuh kasih tulus itu
Kukecup air embun itu dan mengecapnya dengan penuh syukur
Angin dan partikel alam yang menemukan kau dan aku.....

Seraut wajah itu kembali membayang
Di antara gugusan bintang yang bertabur, berserak di langit maha luas
Rasi yang tergambar seolah menampilkan wajahmu
Bagai slide silih berganti
Saat kau senang, saat kau sedih

Tak kan kubiarkan pandanganku berlalu dari wajahmu
Tak kan kubiarkan kau lari dari relungku
Tak kan kubiarkan senyum dan sedihmu sirna dari kalbuku
Bukan hanya karena kau indah bagiku
Tetapi lebih dari pada itu, kau telah mampu membuat dirimu hadir di mimpiku, dan larut dalam seluruh cairan tubuhku, otakku, cara berpikirku, dan seluruh panca inderaku
Kau, mengobati dehidrasi tubuh dan jiwaku
Cukup dengan satu sentuhan senyum di wajahmu, yang sangat spesial buatku

Kau, mampu membuatku mengerti dalam setiap helaan nafasku yang sangat berharga ini
Mengisinya dengan petualangan-petualangan kecil namun sangat berarti banyak
Menaburkannya ke dalam media kasih
Menanamnya dengan penuh keyakinan
Bahwa kelak, bunga-bunga yang indah ini akan menjadi buah-buah yang manis
Yang boleh dinikmati oleh banyak orang tanpa mengenal musim...


Bandungku, aku ga bisa terlena lagi di pagimu yang indah ini..sayang jika moment ini dibiarkan berlalu begitu saja, meski mentarimu belumlah muncul