Hari Selasa sore saat hujan dengan riangnya membasahi Bumi Parahyangan. Aku kembali harus melakukan perjalanan ini; masih dengan kemacetan dan pernak perniknya.
Pemandangan di angkot yang kutumpangi kini berbeda dengan kemarin sore, meski suasananya sama : hujan dan padat penumpang berikut macet yang tiada tara.
Akupun dengan kesadaran penuh ingin menikmati perjalanan ini tanpa bantuan hiburan apapun juga.
Satu wanita muda baru saja naik angkot dan duduk di depanku. Ia senyum-senyum sendiri sambil memandang barisan kalimat di hapenya, hingga pada saat ada penumpang yang naik ia hanya diam, ga mau geser. Mungkin karena ia asik dengan dunia kecilnya, sampai dia ditengok penumpang lainnya dengan mata yang menghakimi, seolah berkata, "geser dong, koq malah diem aja..." Namun akhirnya cewek itupun menggeserkan badannya sambil masih tersenyum-senyum sendiri.
Tak lama berselang, naik lagi seorang wanita dengan aneka bawaan di kedua tangannya. Semuanya besar-besar hingga ia tak bisa menaruh kedua tentengan yang besar-besar itu di dekatnya. Tampaknya belanjaannya kini adalah untuk prepare Lebaran. Ia kemudian duduk di sampingku. Baru sekitar sepuluh menit, wanita berkerudung di sampingku ini menerima telepon, dan kelihatannya ia dikabari oleh adiknya tentang seorang anak yang sakit panas (39 derajat celcius), sehingga ia menyarankan untuk memberikan sanmol, obat paracetamol.
Begitulah kepanikan demi kepanikan sangat kental terasa. Sepertinya ia ingin terbang melintas kemacetan ini untuk menolong. Ia beberapa kali menerima telepon yang akhirnya ia menyarankan agar segera dibawa ke dokter, jangan menunggu dirinya karena masih jauh dan jalanan macet. Ia tak ingin anak itu sampai step.
Itulah selintas peristiwa yang membuatku sempet ikut merasakan kegusaran dan kepanikannya. Aku hanya berharap bahwa semuanya akan baik-baik saja. Membayangkan sebuah hari raya yang seharusnya penuh suka cita, namun ini malah ada yang sakit, apalagi jika yang sakit adalah anak kita yang masih kecil.
Pastinya yang mengalami hal serupa ini bukan yang terlihat oleh diriku saja.
Namun, lagi-lagi kuberharap, semoga mereka tetap mendapatkan hikmah di hari nan fitri esok hari, bagaimanapun dan apapun suasananya....
Sebuah Puisi di Hari Ibu
1 hari yang lalu
7 komentar:
Bumi serasa berguncang karena hiruk pikuk orang lalu lalang mudik ke tempat asalnya untuk bersilaturrahmi serta merayakan lebaran.
Mohon maaf lahir batin kawand ya
mengucapkan selamat hari raya idul fitri 1 syawal 1431 H mohon maaf lahir batin...:)
semoga dalam keadaan apapun kita dapat lebih memaknai hari nan fitri nanti... amin
asswrwb..weleh..kalimat terakhirnya asiik bgt sis, semoga mereka tetap mendapatkan hikmah di hari nan fitri esok hari, bagaimanapun dan apapun suasananya.... ohya. mt idul fitri mhn maaf lhr batin...tq
@sahabat-sahabatku terkasih...met idul fitri ya, mohon maaf lahir dan batin...:)
tidak jarang juga daLam menyikapi persiapan seperti perayaan Lebaran misaLnya, seolah semuanya disibukan oLeh masing2 aktifitas daLam menciptakan aneka suasana penyambutan di hari "H" penuh dengan warna2 tersendiri dari masing2 individunya. sehingga seoLah orang2 satu negara menjadi hiruk-pikuk untuk dapat merasakan warna2 tsb.
terLebih Lagi seperti kisah yg disampaikan di atas, dgn reLa harus meninggaLkan anaknya untuk mendapatkan warnanya tersendiri. kenapa tidak dipersiapkan sejak jauh2 hari kaLau hanya sekedar untuk berbeLanja dan sejenisnya, sehingga semua tidak terkesan mendadak.
semoga haL ini dapat dimaknai seutuhnya dgn kebersamaan untuk medapatkan hari raya yg penuh makna, namun tetap pada koridor kebahagian dgn warnaa-warni keceriaan.
@om rame..iya om..ini semua jd pembelajaran bwt kita semua..bhw lebih bijak jika kita melakukan prepare jauh hari sebelumnya...
ya, katakanlah kalopun yg sakit ini bukan anaknya, tp setidaknya ia bisa menolong lebih cepat lagi...jd tidak harus ada panik di hatinya, dan sekaligus dapat melegakan hati orang tuanya juga...:)
Posting Komentar