Mengingatkan sesama kita di dalam kehidupan sehari-hari tidak harus dengan cara yang bisa melukai hatinya.
Tersebutlah seorang ayah dari dua orang anak itu mempunyai hutang di warung, bekas dia mengambil kopi serta kebutuhan lainnya.
Waktu berlalu hingga usia hutang itu telah mencapai hampir satu bulan setengah. Pihak manajemen *halaahh* warung itu tidak berupaya menagih ke rumahnya, tapi menunggu orang itu dengan kesadarannya sendiri pergi ke warung itu untuk melunasinya. Sementara memang, semenjak orang itu berhutang di warung ini, dia menghilang bak ditelan gelap, tak pernah lagi sekalipun lewat di depan warung itu.
Suatu hari, anaknya yang bernama Puteri yang berusia sekitar empat tahun itu datang ke warung dan berkata, "Ini kata ayah sambil bayar hutang," katanya lugu.
Rupanya, manajer *halah* warung itu sempat berkata sehari sebelumnya kepada Puteri, katanya, "Neng, nanti tolong bilangin ke ayah ya, kalo mau ngambil kopi dan lain-lain masih ada, gitu... Jangan lupa ya neng..." Katanya sambil penuh senyum ke anak itu.
Anak itu cuma mengangguk sambil berkata, "Iya..."
Puteri, sang mediator kecil itu pasti telah mengungkapkan apa adanya kepada ayahnya, apa yang dikatakan oleh si pemilik warung itu. Dengan ceria, anak polos itu berkata, "Makasih kata ayah..."
Dengan cara yang halus dan lembut, sang pemilik warung itu telah berhasil menyelesaikan masalah tanpa menimbulkan masalah yang baru. Orang itu malah berterima kasih bahwa dirinya telah diingatkan untuk membayar hutang-hutangnya. Karena tak sedikit orang, yang jika diingatkan akan hutangnya, dia malah akan balik membenci, bahkan bisa juga sang pemberi hutang malah dibunuhnya dengan kejam (tak peduli besar atau kecil nominalnya)...
Jadi, memang sepantasnyalah kita berterima kasih kepada pemberi hutang, berapapun nominalnya, jika kita diingatkan untuk membayarnya. Karena hutang akan tetap hutang jika tidak dilunasi, bahkan sampai kita menghadap Sang Ilahi...
10 komentar:
pada dasar kewajiban yg berhutang harus membayar dan kewajiban yg menghutangkan harus menagih, tetapi ada kriteria tertentu dimana yg menghutangkan untuk memenuhi kewajibannya seperti pada cerminan kisah di atas.
dgn saLing pengertian tentunya diharapkan keduanya saLing menjaLankan kewajibannya. yakni pada tahapan awaL, yg menghutangkan hanya sekedar mengingatkan dgn bahasa yg bijak dan sebaLiknya yg berhutangpun akan menyikapi dgn bijak. sehingg dengan pd tahapan awaL saja semua masaLah sudah terseLesaikan.
tidak seperti kasus yang baru2 ini saya saksikan, "master bajakan" VS "penembak misterius". kasian tuh org (kayaknya) Lg merasa dipojokan kaLi yah, yg hirapkan justru berbading terbaLik (menurut saya). hakhakhak...
@om rame..yup..betul om..semuanya akan beres jika kedua belah pihak menyadari akan adanya 'etika' dalam bersikap, bertutur, dan pola pikir..kadang ada dng bahasa yg lembut sj dia sudah mengerti maksud kita..nah, celakanya ni kl kita berhadapan sm org yg ga ngerti dng bahasa lembut kita...dan kitanya sndr ga bs bersikap pake bahasa kasar spt yg dia mau...:)
hehe..mengenai penembak misteriusnya om..hehe..iya..kesian jg sih om..dia blom paham aja dengan bahasa yg kita pake...jd semuanya serba serius...:)
hutang tetap hutang
harus tetap dibayar
atau
sampai ada kata sepakat untuk menghapuskan
trik mengingatkannya mantap neh
betul, hutang seberapapun harus tetap dibayar...
setiap orang pasti punya hutang ya teh.. dalam bentuk apapun.. tanpa hutang berarti seseorang ga pernah sosialisasi.. justru berhutang adalah sebuah seni dalam hidup.. hehe
kebetulan bgt, saya juga buat cerpen judulnya hutang, tp hutang ibu dan bapak pada perhatian kepada anak2x, hutang kakak atas teladan yang baik buat adik2x...hutang pemakai tisu buat orang2 kampung, mbak...
ouh rame betul,,,tp sayang blognya ko agak berat sih neng,,hehe
@bang atta...yup, betul sekali bang..thanks ya...:)
@joe..iya..sebisa mungkin kita hrs membayarnya...:)
@goyang karawang..hihihi..hidup lebih berwarna kayak pelangi kl kita pny hutang ya haha..bisa aja deh...:)
@antoninilez..yup..bgs lah mas..tar kapan2 aku jg mo posting jg ttg hutang yang satu itu...thanks bwt idenya ya...:)
@julicavero..iya agak berat ya..hikkss..pantesan si abang yg satu ini jarang kemari hehe..tar aku mo oprek lagi deh..:)thanks..
saya sepaham Mbak, dgn tutur kata yg haLus untuk mengingatkan seseorang beLum tentu mengena. dan biLa disampaiakn dengan tutur kata kasar, beLum tentu kita mampu untuk meLakukannya. Lebih parah Lg dikhawatirkan, yg bersangkutan akan saLah daLam menafsirkannya.
haL yg deLimatis memang, dan mau diapakan Lagi sudah begitu jaLan yg harus diLaLui. sehingga Lebih baik mengaLir seperti air aja yah Mbak, berhembus seperti angin.
betul om...berarti kita sehati dan se pola pikir hehe..
memang semuanya itu sebaiknya dibiarin mengalir seperti air dan seperti hembusan angin...hihi..om ni udah mulai puitis deh kata2nya hahah...sip sip...:)
Posting Komentar