Pancaran sukacita... Itulah tema dalam acara silaturahmi di Keluarga Besar Unpar, 22 September 2010 dengan penceramah Bapak Dr. H. Achmad Suherman, Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama Kota Bandung, dan dihadiri pula oleh Bapak H. Dada Rosada, sebagai Walikota Bandung.
Di dalam sambutannya, Bapak Dada mengemukakan beberapa program yang sedang dilakukan oleh Kota Bandung, diantaranya Program Sejuta Pohon, Program Sejuta Bunga, Program Kali Cikapundung, akan dibuat juga jalan tol yang menghubungkan antara daerah Ujungberung dan Majalaya, dll.
Pak Dada menyebutkan betapa pentingnya peduli lingkungan. Nabi Muhammad sendiri mengajarkan kepada umatnya, "Menanamlah dengan benih pohon di tanganmu, walau esok kiamat" Ini menunjukkan bahwa betapa pentingnya merawat dan memelihara lingkungan serta mencintainya. Kemudian, jika berperang Nabi tidak menganjurkan untuk merusak pohon.
Walikota juga menambahkan bahwa Kota Bandung adalah Kota Agamis, bukan Kota Islami, karena menyadari akan keberagaman yang ada di Kota Bandung. Di Kota Bandung sendiri, pemeluk yang beragama Islam 89% sedangkan sisanya yang 11% terdiri dari Kristen, Katolik, Hindu, Budha, Konghucu.
Dalam kesempatan ini juga, Pak Walikota menyampaikan bahwa ternyata, silaturahmi ini yang seolah hanya terkesan milik orang muslim saja, namun ternyata di Keluarga Besar Unpar pun, ia dapat menemukannya, dan inilah yang menurutnya adalah sesuatu yang sangat luar biasa, sampai-sampai ia membatalkan acara peresmian mesjid di sebuah daerah.
Walikota Bandung
Di akhir sambutannya Pak Dada menghimbau agar setiap warga mau menanam pohon barang satu pohonpun. Meski di Bandung ini banyak terdapat suku-suku lain yang ada di Indonesia ini, namun hendaknya mencintai juga Bandung, sebagai tempatnya berusaha dan tinggal.
Bapak Achmad, Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama Kota Bandung
Di dalam renungannya Bapak Achmad, menyampaikan beberapa hal yang baru aku dengar. Gaya dakwahnya lucu, bikin segar, dengan banyolan-banyolannya yang khas. Dia menyampaikan bahwa arti sebenarnya shaum sama dengan puasa. Puasa diambil dari Bahasa Jawa : Ngeposake Rasa (baca : ngeposake roso). Dan di dalam Alquran sama dengan puasa berbicara. Dalam renungannya juga beliau memaparkan bahwa ada kesamaan antara Alquran dan Injil. Salah satunya tentang hari kiamat. Bahwa tak seorangpun yang tahu kapan itu terjadi. Baik Nabi Isa atau Nabi Muhammad, atau para malaikatpun. Jadi yang mengetahui akan hari kiamat itu hanyalah Tuhan semata.
Adapun filosofi ketupat. Kenapa ketupat tidak dibuat dari daun pisang, tapi daun kelapa. Karena secara keseluruhan pohon kelapa sangat berguna bagi manusia. Dibuat dari janur, yang saling mengikat dan menguatkan. Di dalamnya ada beras sebagai lambang kemakmuran. Pada masanya, ketupat juga dipercaya sebagai penolak bala.
Ceritanya waktu jaman wali, bahwa ada satu wali yang bikin ketupat, dan wali yang diberi ketupat itu kemudian memberi lagi ketupat pada wali yang telah memberi ketupat, disajikan dengan santan yang diartikan sebagai pangapunten. Jadi ketupat dan santan itu diintisarikan sebagai saling memohon maaf atas segala kalepatan, nyuhunkeun pangapunten (baca : meminta maaf).
Dalam ceramahnya juga, Pak Achmad merasa heran dengan tradisi mudik. Mengapa setiap lebaran harus mudik, sementara kita mencari nafkah di Bandung, tinggal di Bandung. Tapi kenapa pada saat lebaran malah merayakan di kampung halaman, dan membayar jakat juga di lembur? (lembur : kampung, desa).
Lagi, soal lingkungan menjadi titik utama dalam ceramahnya. Bahwa di dalam kehidupan ini ada dua hubungan yang harus dilestarikan, dan memaparkan hadits Nabi yang sempat disinggung oleh Pak Walikota.
Adalah Habluminallah dan Habluminnanas. Hubungan manusia dengan Tuhan, dan hubungan dengan makhlukNya. Di dalam hubungan yang kedua ini, terbagi lagi menjadi dua, yaitu hubungan antara biotik dan abiotik. Bahwa selain kita berhubungan dengan sesama kita, juga hewan, tumbuhan, dst (biotik), kita juga berhubungan dengan abiotik, seperti udara, air.
Tentang udara......
Berapa banyakkah kita menghirup udara dari kita lahir sampai sekarang. Hehehe..beliau juga menghitung 'subsidi' yang diberikan oleh Tuhan dalam satu bulan. Ternyata, Tuhan telah memberi 'subsidi' sebanyak 11.400.000 perak...!! Itu kalo oksigen dihitung pertabungnya 40.000 perak... (Sebenernya beliau ngasih perinciannya sih... Tapi ga keburu dicatet, keasyikan ngedengerin hehehe...)
Tentang air......
Ada penelitian di Jepang tentang air, ternyata air itu bisa mendengar dan memiliki perasaan. Saat kita menghaturkan terima kasih padanya, kemudian secara mencengangkan kristal-kristal air itu membentuk dirinya menjadi sesuatu yang indah. Dan jika diperdengarkan musik Mozart, ia pun bisa membentuk dirinya menjadi seperti bunga. Berbeda saat air mendengar musik yang keras, brang breng brong...hihi.. Air akan membentuk kristal yang ga bagus. hehe.. air aja udah kaya gitu, apalagi orang ya...hihi...Eh, tapi orang mah malah ada yang bisa menikmati itu...hihihi.. Ah..Betapa Tuhan itu selalu memberi keajaiban bagi umatNya...
Kaitannya dengan udara dan air... Bagaimana kita memperlakukan mereka dengan sebaik-baiknya. Menanam pohon dan menghemat air... Menggunakan mereka dengan bijak dan penuh cinta. Agar alampun menyayangi kita pula. Tak seperti di Brasil, bahwa angin tornado pun, yang biasanya berupa angin, kini sudah berubah bentuk menjadi angin tornado yang membawa api, yang jika ditelisik lagi, ternyata pohon-pohon sudah tak ada lagi di sana. Itulah kekuasaan Tuhan, selain memperlihatkan matahari yang menjadi empat di China, pasir yang menyembul terus menerus di Saudi Arabia, dan fenomena-fenomena lainnya.
Akhirnya... aku bisa menyimpulkan, bahwa di atas segalanya... Kebersamaan itu indah. Kerukunan itu cantik, dan perbedaan itu bagai pelangi yang memancarkan keindahannya tersendiri, unik, dan mengagumkan. Silaturahmi itu mulia dan menyenangkan. Dan... kapan lagi aku bisa bersalaman dengan Bapak Dada Rosada heheheh...
* mohon maaf jika terdapat kesalahan, mohon koreksinya yaaa...:)