Ngomong soal pengharapan!
Di atas buih ilusi aku kerap membangun rumahku, maka roboh beribu kali tanpa bekas dihantam oleh ombak. Pasir di pantai sering kali menjadi fondasi bangunanku dan kehancurannya tak terelakkan lagi.
Aturan-aturan dalam hidupku kerap muncul dari berbagai kemungkinan yang ada, dan psikologi-psikologi yang baku serta hasil-hasil yang tampak nyata oleh mata. Tetapi aku masih punya sebuah kata yang terakhir di pagi hari ini : aku masih bisa, masih ada pengharapan; besok pasti akan lebih baik.
Mulailah sekali lagi!
Jika sampai sekarang kita masih mengalami kehancuran dalam hidup, sejak sekarang juga ada istana dari sebuah cahaya yang mengarahkan sinarnya menuju sudut-sudut kekekalan. Jika sampai sekarang kita masih memanen bencana, ingatlah : warna-warni musim semi sudah mendekat.
Di balik malam gulita ada gunung-gunung yang menjulang tinggi, di balik gunung yang berjajar menyingsinglah fajar. Memang sangat indah percaya kepada cahaya di waktu malam hari. Di balik kesunyian, kita menghirup Tuhan. Di dalam kesendirian eksistensi kitalah yang menempatkan diri, dan di sana, di atas sudah menunggu peristirahatan kita dan kebebasan.
Jika sampai sekarang keberhasilan dan kegagalan silih berganti dalam hidupku seperti siang dan malam, sejak sekarang, tiap pagi pula aku dan seperti bunga-bunga mulai bermunculan di musim semi di sela-sela daun-daun yang kering di musim gugurku. Aku akan menang di dalam diriku untuk mengalahkan keegoisan dan kematian. Ya! Seorang saudara akan memegang tanganku dan menuntunku menuju bukit-bukit perubahan di dalam kontemplasi. Akan kembali berkibar bendera-benderaku yang lama : Kekuatan, Cinta, Kesabaran...
Kemurnian akan menegakkan kepalanya, dan bunga-bunga yang indah mulai berguguran digantikan dengan munculnya buah-buah yang kecil, prosesnya pelan-pelan sekali, tak kelihatan, suatu kerendahan hati yang tak mampu diungkapkan dengan kata-kata.
Mulailah sekali lagi!
Lihat : bintang-bintang itu, biru dan merah, berkedip-kedip dari kekal sampai kekal. Janganlah lelah, tetaplah bersinar. Taburlah benih-benih di ladang dan di bukit-bukit yang gundul dengan rasa belas kasihan, pengharapan, dan kedamaian. Janganlah lelah untuk menabur, meskipun tak akan pernah melihat bulir-bulir keemasan. Orang-orang miskin suatu ketika akan melihatnya.
Berjalanlah! Tuhan adalah cahaya bagi mataku, makanan bagi otot-ototku, obat bagi luka-lukaku dan tujuan bagi perjuanganku...
Mulailah sekali lagi dan sekali lagi!
by: Suardana, I Made Kadek
Bandungku, bisikkanlah terima kasihku pada yang meninggalkan jejak ini, dan semoga pengharapan akan senantiasa mengalir dalam setiap aliran darah di nafasku...
Di atas buih ilusi aku kerap membangun rumahku, maka roboh beribu kali tanpa bekas dihantam oleh ombak. Pasir di pantai sering kali menjadi fondasi bangunanku dan kehancurannya tak terelakkan lagi.
Aturan-aturan dalam hidupku kerap muncul dari berbagai kemungkinan yang ada, dan psikologi-psikologi yang baku serta hasil-hasil yang tampak nyata oleh mata. Tetapi aku masih punya sebuah kata yang terakhir di pagi hari ini : aku masih bisa, masih ada pengharapan; besok pasti akan lebih baik.
Mulailah sekali lagi!
Jika sampai sekarang kita masih mengalami kehancuran dalam hidup, sejak sekarang juga ada istana dari sebuah cahaya yang mengarahkan sinarnya menuju sudut-sudut kekekalan. Jika sampai sekarang kita masih memanen bencana, ingatlah : warna-warni musim semi sudah mendekat.
Di balik malam gulita ada gunung-gunung yang menjulang tinggi, di balik gunung yang berjajar menyingsinglah fajar. Memang sangat indah percaya kepada cahaya di waktu malam hari. Di balik kesunyian, kita menghirup Tuhan. Di dalam kesendirian eksistensi kitalah yang menempatkan diri, dan di sana, di atas sudah menunggu peristirahatan kita dan kebebasan.
Jika sampai sekarang keberhasilan dan kegagalan silih berganti dalam hidupku seperti siang dan malam, sejak sekarang, tiap pagi pula aku dan seperti bunga-bunga mulai bermunculan di musim semi di sela-sela daun-daun yang kering di musim gugurku. Aku akan menang di dalam diriku untuk mengalahkan keegoisan dan kematian. Ya! Seorang saudara akan memegang tanganku dan menuntunku menuju bukit-bukit perubahan di dalam kontemplasi. Akan kembali berkibar bendera-benderaku yang lama : Kekuatan, Cinta, Kesabaran...
Kemurnian akan menegakkan kepalanya, dan bunga-bunga yang indah mulai berguguran digantikan dengan munculnya buah-buah yang kecil, prosesnya pelan-pelan sekali, tak kelihatan, suatu kerendahan hati yang tak mampu diungkapkan dengan kata-kata.
Mulailah sekali lagi!
Lihat : bintang-bintang itu, biru dan merah, berkedip-kedip dari kekal sampai kekal. Janganlah lelah, tetaplah bersinar. Taburlah benih-benih di ladang dan di bukit-bukit yang gundul dengan rasa belas kasihan, pengharapan, dan kedamaian. Janganlah lelah untuk menabur, meskipun tak akan pernah melihat bulir-bulir keemasan. Orang-orang miskin suatu ketika akan melihatnya.
Berjalanlah! Tuhan adalah cahaya bagi mataku, makanan bagi otot-ototku, obat bagi luka-lukaku dan tujuan bagi perjuanganku...
Mulailah sekali lagi dan sekali lagi!
by: Suardana, I Made Kadek
Bandungku, bisikkanlah terima kasihku pada yang meninggalkan jejak ini, dan semoga pengharapan akan senantiasa mengalir dalam setiap aliran darah di nafasku...
0 komentar:
Posting Komentar