Minggu pagi, saat kabut masih pekat menyelimuti segala yang ada di bumi ini. Saat embun pagiku juga menemani langkahku dengan kesejukan yang sederhana dan indah. Senyum memukau membayangi di setiap langkahku saat itu yang hendak pergi ke rumahNya...
Matahari belum menyinariku dengan kehangatannya, artinya embun pagikulah yang masih memelukku mesra dengan rangkulan ramah dan bersahaja, namun menyegarkan seluruh nafasku saat itu. Aku benar-benar bersyukur masih boleh merasakan kehadiran embun pagiku berikut pesonanya.
Bertemu di persimpangan jalan, dua orang wanita yang searah dengan perjalananku saat itu. Mereka lantas ada di depanku, karena langkah mereka lebih dulu ada di persimpangan jalan itu daripada aku.
Dengan otomatis, aku melihat pemandangan yang memukau. Baju mini dengan balutan stocking berwarna krem. Sedangkan yang lainnya menggunakan pakaian yang super ketat agak menerawang. Akupun segera bisa menebak, bahwa mereka adalah waria. Mmmhhh... Aku sempat berfikir, koq mereka ga kedinginan ya.. Sementara kabut masih pekat, masih berkuasa untuk menurunkan hawa yang lumayan dingin.
Mereka pun kudengar asyik mengobrol, sementara suara mereka terdengar membahana di antara kesunyian pagi itu. Langkah-langkah kami yang berpadu saat itu, laksana pasukan pengibar bendera deh hahaha... Suara sepatu mereka juga berwibawa, laksana model di atas catwalk dengan hak tinggi, sekitar 7 cm. Aku kalah deh pokoknya...!
Belum lagi kalo ngeliat body-nya... cihuy deh... Langsing, tinggi, dan juga seksi, dengan riasan bedak yang sedikit menor. Entah dari mana dan mau ke mana mereka pagi-pagi begini. Karena setelah beberapa meter, aku dan mereka berbeda haluan. Hanya beberapa saat saja kami jadi paskibra dadakan di pagi itu hehe...
Sebuah kondisi sosial yang mereka ambil dan mereka pilih, meski mungkin itu tak dikehendakinya. Mereka berjuang dengan resiko yang tinggi. Penuh dilema, karena ada satu kekuatan yang mendorong mereka menjadi demikian.
Aku, tak menertawakan mereka, apalagi menyepelekan dan menghakimi mereka, karena aku sangat mengerti bagaimana perjuangan mereka semalaman, yang pastinya sangat berarti buat kehidupan mereka sendiri. Apapun yang terjadi nantinya.
Hanya selintas dalam pandanganku, namun dapat membuatku semakin mengerti akan pernak pernik kehidupan dan warna warninya, yang senantiasa menjadikan aku untuk bersyukur atas pemeliharaanNya.
Bandungku, biarkanlah warna-warni dari kehidupan ini melintas di depanku.
Matahari belum menyinariku dengan kehangatannya, artinya embun pagikulah yang masih memelukku mesra dengan rangkulan ramah dan bersahaja, namun menyegarkan seluruh nafasku saat itu. Aku benar-benar bersyukur masih boleh merasakan kehadiran embun pagiku berikut pesonanya.
Bertemu di persimpangan jalan, dua orang wanita yang searah dengan perjalananku saat itu. Mereka lantas ada di depanku, karena langkah mereka lebih dulu ada di persimpangan jalan itu daripada aku.
Dengan otomatis, aku melihat pemandangan yang memukau. Baju mini dengan balutan stocking berwarna krem. Sedangkan yang lainnya menggunakan pakaian yang super ketat agak menerawang. Akupun segera bisa menebak, bahwa mereka adalah waria. Mmmhhh... Aku sempat berfikir, koq mereka ga kedinginan ya.. Sementara kabut masih pekat, masih berkuasa untuk menurunkan hawa yang lumayan dingin.
Mereka pun kudengar asyik mengobrol, sementara suara mereka terdengar membahana di antara kesunyian pagi itu. Langkah-langkah kami yang berpadu saat itu, laksana pasukan pengibar bendera deh hahaha... Suara sepatu mereka juga berwibawa, laksana model di atas catwalk dengan hak tinggi, sekitar 7 cm. Aku kalah deh pokoknya...!
Belum lagi kalo ngeliat body-nya... cihuy deh... Langsing, tinggi, dan juga seksi, dengan riasan bedak yang sedikit menor. Entah dari mana dan mau ke mana mereka pagi-pagi begini. Karena setelah beberapa meter, aku dan mereka berbeda haluan. Hanya beberapa saat saja kami jadi paskibra dadakan di pagi itu hehe...
Sebuah kondisi sosial yang mereka ambil dan mereka pilih, meski mungkin itu tak dikehendakinya. Mereka berjuang dengan resiko yang tinggi. Penuh dilema, karena ada satu kekuatan yang mendorong mereka menjadi demikian.
Aku, tak menertawakan mereka, apalagi menyepelekan dan menghakimi mereka, karena aku sangat mengerti bagaimana perjuangan mereka semalaman, yang pastinya sangat berarti buat kehidupan mereka sendiri. Apapun yang terjadi nantinya.
Hanya selintas dalam pandanganku, namun dapat membuatku semakin mengerti akan pernak pernik kehidupan dan warna warninya, yang senantiasa menjadikan aku untuk bersyukur atas pemeliharaanNya.
Bandungku, biarkanlah warna-warni dari kehidupan ini melintas di depanku.
2 komentar:
judulx mewakili segalax...judul itu keren bgt, buat judul novel pasti keren...perjuangan semalam, lumayan, mungkin gak dpt apa2...
*menurutmu apa yg mereka perjuangkan?
ahaha...aku blom bisa bikin novel mas...diharapkan ke depannya aku bs bikin itu..
*menurutku, perjuangan yg mereka perjuangan ya kehidupannya..bukan semata untuk memenuhi cost mereka, tp lebih pada sebuah mental dan moral mereka sendiri yg penuh perjuangan..krn mereka ekslusif..ada sebuah tekanan yg menyertai kehidupannya yg mengikuti mereka dlm memenuhi kebutuhan hidupnya...
aku balik tanya..menurutmu sndr apa?
Posting Komentar