Dalam ajaran agama manapun juga, yang namanya hutang harus dan wajib untuk dibayar. Agama mengajarkan bahwa yang namanya manusia tak boleh berhutang; bukan berarti manusia tidak boleh untuk ngutang. Tetapi, tidak boleh ngemplang, tidak boleh jeblug.
Niat baik untuk membayar hutang harus menjadi sebuah niat yang benar-benar kuat dan ikhlas, bahwa seharusnyalah kita tidak merugikan orang lain.Setidaknya, aku pernah mengalami hal ini, sehingga ada perasaan tertipu. Ada perasaan kapok untuk berbuat baik lagi; yaitu menolong sesama yang membutuhkan pertolongan.
Alih-alih membayarkan hutangnya, eh malah membeli sebuah mobil baru. Ga peduli mobil second atau first, tapi yang kuherankan adalah.... Mengapa tak segera membayarkan hutang yang sudah punya sebuah rentang waktu hampir satu tahun, sementara ia bisa membeli sebuah mobil? Padahal, jumlah hutangnyapun tak sebanding dengan harga mobil yang dibelinya. Meski buatku, nominal yang ada padanya tak kecil pula jumlahnya. Apa ia selingkuh kata dari pasangannya, sehingga ia merasa takut ketahuan jika ia telah berhutang? Aahhh... Betapa kasihannya jika memang itu terjadi padanya. Di depan pasangannya saja ia sungguh-sungguh tak berdaya dan tak punya kuasa untuk mengeluarkan suara bahkan keinginannya; berikut segala kesulitan yang tengah dihadapinya. Mmhhh...betapa menderitanya, karena di keluarga kecilnya saja ia tak bermanfaat bagi dirinya sendiri, dan hanya terkesan egois, dengan menampilkan sesuatu yang nampak harmonis di depan orang banyak. Hanya nampak ideal di depan mata orang banyak. Sementara dalemannya............ (Mohon diisi titik-titik di samping ini-red).
Kalo anak kecil dengan usia hampir setahun, pastilah ada lucu-lucunya. Kita merasa terhibur dengan kehadirannya. Rasa capek, letih dan lelah lahir batinpun seketika hilang saat senyum lucu dan tingkah polahnya ada di depan mata. Nah, kalo hutang...? Semakin lama ga dibayar, malah semakin gondok, bikin segala rencana jadi hancur. Ditagih malah merasa ga enak dan bahkan balik marah. Terus apa maunya...?
Aku tahu, dengan ngomong atau menulis apapun juga, dengan bahasa santunpun tak kan pernah digubris. Mungkin seperti sudah kehilangan hati nuraninya. Tapi setidaknya agar cukup tahu, bahwa hutang itu tak kan pernah kulupakan sampai kapanpun juga. Biarlah nominal itu kuserahkan padaNya, Sang Empunya Kehidupan ini. Sang Empunya Jagat Raya ini. Yang selalu menyejukkan hatiku, pada saat-saat muncul sifat-sifat manusiawiku.
* Embun pagiku... Terima kasih... Karena senyummu telah meluluhkan kembali hatiku yang beku karena berbagai beban di pundakku...:)
6 komentar:
hutang tetep hutang...tp kalo ga bisa dibayar mau gimana lagi???ya sudahlah...lupakan saja..
Hutang,, bkin g nyenyak...
enggak sangggup untuk untuk mengisi koLom titik-titik di atas, dikhawatirkan yang keLuar adaLah bahasa hujatan. karena membaca kisah di atas, merupakan sebuah tindakan seseorang yang terrrrLaLu!!!.
@julicavero...hehehe...sbenernya ga bs kaya gitu dong..koq ga kaya mo minjemnya..ingin dipercaya, tetapi setelah itu, malah ga bertanggung jawab...ga ada seninya banget kan...??
@lone fighter...iya..bener..mending jngn ngutang dan ngutangin, mas..hehe..jd kapok mo nolong lagi..
@om rame...hehehe...gpp koq om, ga usah diisi..haha..tp pasti hati om udah mengisi titik2 itu kan..?hihihi...
entahlah om..niat baek selalu begini..semoga aku ga kapok untuk berniat baek untuk nolong sesama...:)
titik itu sudah terisi di daLam hati, karena saya mengaLami pengaLaman demikian. Laksana air susu di baLas air tuba, hehehe...
yah, titik2 itu sudah terisi di daLam hati. karena saya mengaLami haL tersebut, Laksana air susu di baLas di baLas air tuba. hehehe...
Posting Komentar